8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa b. 8 Desember 1711 d. 20 Desember 1749 - Keturunan (Inventaris)
Dari Rodovid ID
perkawinan: <1> ♀ Raden Ayu Srie Berie Budjang [?]
perkawinan: <2> ♀ Kanjeng Ratu Kencana / Ratu Mas (Raden Ayu Sukiya/Subiya) [Pakubuwono I]
perkawinan: <3> ♀ Ratu Mas Wirasmoro [?] d. 15 Januari 1728, Kertasura
gelar: 15 Agustus 1726 - 1742, Kartasura, Raja Kasunanan Kartasura
perkawinan: <4> ♀ Raden Ayu Tembelek [Pakubuwono I]
perceraian: <4!> ♀ Raden Ayu Tembelek [Pakubuwono I]
perkawinan: <5> ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo [Amangkurat III] b. 1723
perceraian: <5!> ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo [Amangkurat III] b. 1723
gelar: 1745 - 11 Desember 1749, Surakarta, Raja Susuhunan Surakarta Ke-I
wafat: 20 Desember 1749, Surakarta
Awal Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Prabasuyasa, putra Amangkurat IV dari permaisuri keturunan Sunan Kudus. Ia dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1711.
Pakubuwana II naik takhta tanggal 15 Agustus 1726 dalam usia 15 tahun. Karena masih sangat muda, beberapa tokoh istana bersaing untuk menguasainya. Para pejabat Kartasura pun terbagi menjadi dua kelompok, yaitu golongan yang bersahabat dengan VOC dipelopori Ratu Amangkurat (ibu suri), dan golongan anti VOC dipelopori Patih Cakrajaya.
Tokoh penting lain adalah Arya Mangkunegara kakak Pakubuwana II {lain ibu} yang dulu terlibat Perang Suksesi Jawa Kedua, namun menyerah dan diampuni ayahnya (Amangkurat IV). Kini ia menjadi tokoh kuat yang dibenci Patih Cakrajaya. Pada tahun 1728 Cakrajaya berhasil menjebaknya seolah ia berselingkuh dengan istri Pakubuwana II. Atas desakan Pakubuwana II, VOC terpaksa membuang Arya Mangkunegara ke Srilangka, kemudian ke Tanjung Harapan.
Pada tahun 1732 terjadi perselisihan antara Pakubuwana II dengan Patih Cakrajaya (yang juga bergelar Danureja). Pakubuwana II meminta VOC membuang patihnya itu tahun 1733. Tentu saja VOC melaksanakan permintaan tersebut dengan senang hati. Sebagai patih baru ialah Natakusuma yang ternyata juga anti VOC.
Hubungan Pakubuwana II dengan VOC pada awalnya memang cukup baik. Pakubuwana II secara rutin mengangsur hutang-hutang biaya perang sejak zaman kakeknya, Pakubuwana I dahulu.
Geger Pacinan Pemberontakan orang-orang Cina yang juga dikenal dengan nama Geger Pacinan pada Oktober 1740 menjadi penyebab runtuhnya Kartasura. Peristiwa ini dipicu oleh pembantaian warga Cina oleh masyarakat Eropa di Batavia atas izin Adriaan Valckenier, gubernur jenderal VOC saat itu.
Warga Cina yang selamat menyingkir ke timur melancarkan aksi penyerbuan terhadap pos-pos VOC yang mereka temui. Pakubuwana II didesak kaum anti VOC supaya mendukung pemberontakan Cina. Maka, pada bulan November 1741 Pakubuwana II pun mengirim 20.000 prajurit membantu kaum pemberontak mengepung kantor VOC di Semarang. Sebelumnya, ia juga menumpas garnisun VOC yang bertugas di Kartasura bulan Juli 1741.
Jatuhnya Kartasura Cakraningrat IV bupati Madura (barat) adalah ipar Pakubuwana II namun membenci pemerintahan Kartasura yang dianggapnya bobrok. Ia menawarkan diri membantu VOC asalkan dibantu lepas dari Kartasura. VOC terpaksa menerima tawaran itu.
Keadaan pun berbalik. Kaum Cina dipukul mundur. Pakubuwana II menyesal telah memusuhi VOC yang kini unggul setelah dibantu Madura. Perdamaian pun dijalin.[[ Kapten Baron von Hohendorff]] tiba di Kartasura bulan Maret 1742 sebagai wakil VOC menandatangani perjanjian damai dengan Pakubuwana II.
Perdamaian ini membuat para pemberontak sakit hati. Mereka mengangkat raja baru, yaitu Raden Mas Garendi (cucu Amangkurat III yang baru berusia 12 tahun) dengan gelar Amangkurat V alias Sunan Kuning (karena memimpin kaum kulit kuning). Mayoritas pemberontak kini bukan lagi kaum Cina, melainkan orang-orang Jawa anti VOC, yang semakin banyak bergabung.
Pada bulan Juni 1742 Patih Natakusuma yang anti VOC dibuang Pakubuwana II. Para pemberontak membalas dengan menyerbu Kartasura secara besar-besaran. Pakubuwana II dan von Hohendorff pun melarikan diri ke Ponorogo.
Mendirikan Surakarta Cakraningrat IV berhasil merebut Kartasura bulan Desember 1742 dan mendesak VOC agar Pakubuwana II dibuang saja karena dinilai tidak setia. Namun VOC menolak permintaan itu karena Pakubuwana II masih bisa dimanfaatkan. Cakraningrat IV terpaksa menyerahkan Kartasura karena khawatir VOC batal membantu kemerdekaan Madura.
Pakubuwana II kembali ke Kartasura bulan November 1743. Sebelumnnya, Sunan Kuning telah tertangkap pada bulan Oktober. Perjanjian dengan VOC semakin memberatkan Pakubuwana II. Selain hutang atas biaya perang yang wajib dilunasi, raja juga dilarang mengangkat putra mahkota dan patih tanpa mendapat persetujuan VOC terlebih dahulu.
Karena istana Kartasura sudah hancur, Pakubuwana II memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala, yang bernama Surakarta. Istana baru ini ditempatinya mulai tahun 1745.
Keadaan Surakarta Belum Aman Posisi Cakraningrat IV makin kuat. Ia banyak merebut daerah-daerah di Jawa Timur dalam penumpasan Geger Pacinan. Daerah-daerah tersebut ingin dimasukkannya ke dalam wilayah Madura, namun ditolak VOC.
Cakraningrat IV akhirnya memberontak pula. VOC secara resmi memerangi bekas sekutunya itu pada Februari 1745. Beberapa bulan kemudian Cakraningrat IV terdesak dan melarikan diri ke Banjarmasin. Namun, sultan negeri itu justru menangkap dan menyerahkannya kepada VOC. Cakraningrat IV pun dibuang ke Tanjung Harapan.
Sisa-sisa pendukung pemberontakan Cina yang masih bertahan adalah Raden Mas Said putra Arya Mangkunegara. Pakubuwana II mengumumkan sayembara berhadiah tanah Sokawati untuk siapa saja yang berhasil merebut daerah itu dari tangan Mas Said.
Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II memenangkan sayembara itu tahun 1746. Ia dulu juga ikut mendukung pemberontakan Cina, namun kembali ke istana dan diterima Pakubuwana II. Saingan politiknya, yaitu Patih Pringgalaya membujuk raja supaya tidak menyerahkan hadiah sayembara tersebut.
Muncul pula[[ Baron van Imhoff]] gubernur jenderal VOC yang memperkeruh suasana. Ia datang ke Surakarta mendesak Pakubuwana II agar menyewakan daerah pesisir kepada VOC dengan harga 20.000 real tiap tahun. Pangeran Mangkubumi menentang hal itu. Terjadilah pertengkaran di mana Baron van Imhoff menghina Mangkubumi di depan umum.
Akhir Pemerintahan Pakubuwana II Pangeran Mangkubumi sakit hati dan meninggalkan Surakarta untuk bergabung dengan Mas Said sejak Mei 1746. Meletuslah perang saudara yang oleh para sejarawan disebut Perang Suksesi Jawa Ketiga.
Di tengah panasnya suasana perang, Pakubuwana II jatuh sakit akhir tahun 1749. Baron von Hohendorff, kawan lamanya yang kini menjabat gubernur pesisir Jawa bagian timur laut, tiba di Surakarta sebagai saksi VOC atas jalannya pergantian raja. Pakubuwana II bahkan menyerahkan kedaulatan kerajaan secara penuh kepada von Hohendorff.
Perjanjian pun ditandatangani tanggal 11 Desember 1749 sebagai titik awal hilangnya kedaulatan Kasunanan Surakarta ke tangan Belanda. Sejak itu, hanya VOC yang berhak melantik raja-raja keturunan Mataram (Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman). Peraturan ini terus berlaku sampai zaman kemerdekaan Indonesia.
Pakubuwana II akhirnya meninggal dunia akibat sakitnya itu tanggal 20 Desember 1749, dan digantikan putranya yang bergelar Pakubuwana III.
Catatan Pakubuwana III melanjutkan Perang Suksesi Jawa III melawan kaum pemberontak, yaitu:
1.Pangeran Mangkubumi, pamannya, kelak bergelar Hamengkubuwana I.
2.Raden Mas Said, sepupunya, kelak bergelar Mangkunegara I.2
gelar: Dan setrusnya menjadi PANCER dari keturunannya ( Trah Kyai Adipati Nitidiningrat - Pasuruan )
perkawinan: <6> ♀ Garwo Padmi [ Putri Dari Tjakraadiningrat V, Nama Tidak Tercatat ] [Tjokrodiningrat - Sampang Madura]
gelar: 27 Juli 1751 - 8 November 1799, Pasuruan, Bupati Pasuruan I bergelar Kyai Adipati Nitiadiningrat I
Radenajoe Berie waktoe dieparingken kapada Patih Wongsonegoro soedah berhamil, darie itoe Kangdjeng Soesoehoenan Pakoeboewono ada pesen pada oetoesan Pangeran doewa jaitoe darie pada hamilan Raden ajoe itoe kaloe meiahirken lakie-lakie soepaia itoelah jang bakal menggantie kedoedoekan djadie Boepatie die Pasoeroewan. Kijaie Toemenggoeng Nitienegoro ini meningga! taoen 1751 die koeboer ada die Pekuentjen kotta Pasoeroewan. Dan Radenajoe Berie ada toeroenan darie Wali; Soesoehoenan Ampel Soerabaia die mana telah die periksa die Sedjarah Ampel toeroet oeroesan kedapet jang Raden ajoe Berie ada toeroenan ka ,,toedjoe kalie" darie Soesoehoenan Ampcl tadie. Djoega Radenajoe Berie meninggal dan die koeboer die Pekoentjen tapie ada terpiesah tempatnja darie pada Toemenggoeng Nitienegoro' tadie.
Fafzal III.
Kedjadian die dalem; taoen 1740 koetika Patih Wongsonegoro mangkat djadie Boepatie Pasoeroewan hamilan Radenajoe Serie itoe doeloe melahirken ,,poetra lakie" jaitoe ada die pasanggrahan desa Groedo district Kraton Pasoeroewan memang sengadja Radenajoe die bertempatken die sana sebab choewatir-nja Toemenggoeng Nitienegoro barangkalie anak toeroenannja Toemenggoeng Nitienegoro sendirie jang darie lain Iboe ada kaniatan djahat kapada Radenajoe dan anaknja tapie slamet tiadalah halangan apa-apa dan troes poetra lakie itoe die brieken nama Raden Groedo" serta soedah besar pakei gelaran Raden Bagoes Ingaebei Soemodrono jaitoe dia menggantie kadoedoekan djadie Boepatie die Pasoeroewan menoeroet resolutie 27 Juli 1751 koetika Gouverneur Ed. van Hohendorff bergelar Toemenggoeng Nitienegoro mendjadie itoe waktoe dia misi ocmoer 11 lahoen lantas die blakang gantie nama dan gelaran Kijaie Adipatie Nitiadinginrat serta tinggal beroemah die roemah kaboepaten die Pasoeroewan jang sekarang inie.perkawinan: <7> ♀ Kanjeng Ratu Kencana [Wiroredjo]
perkawinan: <8> ♀ Mbok Ajeng Wiled [Wiled]
gelar: 15 Desember 1749 - 26 September 1788, Kartasura, Susuhunan Surakarta Ke-II bergelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono III DIPUTUS: 26145; 26151; 26153; 322833; 469952
wafat: 26 September 1788, Surakarta
Awal Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Suryadi, putra Pakubuwana II yang lahir dari permaisuri putri Pangeran Purbaya Lamongan (putra Pakubuwana I). Pakubuwana III naik takhta Surakarta tanggal 15 Desember 1749 menggantikan ayahnya yang sakit keras (meninggal tanggal 20). Ia dilantik sebagai raja oleh Baron von Hohendorff gubernur pesisir Jawa bagian timur laut, yang mewakili VOC.
Pakubuwana III melanjutkan Perang Suksesi Jawa III menghadapi pemberontakan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said. Pemberontakan Mangkubumi ini telah meletus sejak tahun 1746. Pihak pemberontak sendiri telah mengangkat Mangkubumi sebagai raja dan Mas Said sebagai patih tanggal 12 Desember 1749 di markas besar mereka, yaitu bekas daerah lama Mataram.
Yogyakarta Mendapatkan Kedaulatan Pasukan pemberontak semakin kuat. Para pejabat Surakarta yang bergabung dengan mereka pun semakin banyak. Berkali-kali mereka menyerang istana namun tidak mampu mengusir Pakubuwana III yang dilindungi VOC.
Pada tahun 1752 terjadi perpecahan antara Mangkubumi dan Mas Said. Pihak VOC segera menawarkan perdamaian dengan Mangkubumi sejak 1754. Perundingan-perundingan berakhir dengan kesepakatan Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755. Perjanjian tersebut berisi pengakuan kedaulatan Mangkubumi sebagai raja Mataram yang menguasai setengah wilayah kekuasaan Pakubuwana III. Mangkubumi pun bergelar Hamengkubuwana I yang membangun istana baru bernama Yogyakarta tahun 1756 sebagai pusat kerajaan Mataram.
Pada perkembangan selanjutnya, Kesultanan Mataram yang dipimpin Hamengkubuwana I lebih terkenal dengan nama Kesultanan Yogyakarta, sedangkan kerajaan yang dipimpin Pakubuwana III (yang wilayahnya tinggal setengah) terkenal dengan nama Kasunanan Surakarta.
Akhir Pemberontakan Mas Said Sesuai isi Perjanjian Giyanti, Mas Said pun menjadi musuh bersama VOC, Pakubuwana III, dan Hamengkubuwana I. Mas Said yang mulai terdesak akhirnya bersedia berunding dengan VOC sejak 1756.
Puncaknya, pada bulan Maret 1757 Mas Said menyatakan kesetiaan terhadap VOC, Surakarta, dan Yogyakarta melalui Perjanjian Salatiga. Sejak itu, Mas Said bergelar Mangkunegara I. Daerah kekuasaannya bernama Mangkunegaran, yaitu sebidang tanah pemberian Pakubuwana III yang berada di dalam wilayah Surakarta. Sisa-sisa Pemberontak Setelah tahun 1757 suasana Pulau Jawa masih panas karena masih ada pemberontakan namun sifatnya relatif kecil. Pemberontakan ini dipimpin oleh Pangeran Singosari, paman Pakubuwana III dan berpusat di Jawa Timur.
Pangeran Singosari dahulu juga ikut bergabung dalam kelompok Mangkubumi dan Mas Said. Kini ia tetap melanjutkan pemberontakan dengan dukungan keturunan Untung Suropati di daerah Malang. Tawaran damai yang diajukan Pakubuwana III dan Hamengkubuwana I ditolaknya.
Pasukan VOC menyerang Jawa Timur tahun 1767. Pangeran Singosari tertangkap tahun 1768. Pengadilan menjatuhinya hukuman buang namun ia lebih dulu meninggal dalam tahanan Surabaya. Sementara itu, keturunan terakhir Untung Suropati berhasil ditangkap tahun 1771.
Akhir Pemerintahan Pakubuwana III merupakan raja yang sangat tunduk kepada VOC. Setiap keputusan VOC selalu diterimanya dengan patuh karena perasaan ketergantungannya terhadap bangsa Belanda itu.
Kelemahan politik Pakubuwana III menyebabkan keadaan istana tegang. Muncul komplotan-komplotan yang berusaha mengendalikan pemerintahannya. Suasana tegang ini berlangsung sampai kematiannya tanggal 26 September 1788.
Pakubuwana III digantikan putranya, yang bergelar Pakubuwana IV, yaitu seorang raja yang jauh lebih cakap dan pemberani dibanding dirinya.3
81/3 <3+6> ♀ Raden Ayu Rawoeh [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]perkawinan: <10> ♂ Raden Adipati Suroadinegoro / Babah Sam [HAN dinasti - China]
gelar: (Isteri ke 1)
perkawinan: <11> ♂ Raden Panji Tumenggung Tjokronegoro I / Raden Panji Djangrana (Djayengrono) (Raden Notopuro) [Ki Ageng Brondong]
perkawinan: <12> ♂ Ki Tumenggung Djimat Djoyonegoro [Ki Ageng Brondong]
pekerjaan: Bupati Puger, NB: Rumah kediaman keluarga di Klatak tepi laut pantai Selatan (segara kidul)
pekerjaan: Pasuruan, Bupati Pasuruan Th 1799-1809 dengan Surat Keputusan Pejabat Bupati: Besluit tg 28 Pebruari 1800, de jong dee XII No:498.
perkawinan: <13> ♀ Puteri ke ...dari Raden Adipati Suroadinegoro / Babah Sam / Bupati Ridder [HAN Dinasti - China]
wafat: Dimakamkan di belakang Masjid Kota Bangil - Pasuruan - Jawa Timur
pekerjaan: Malang, Bupati Malang Th 1820-1839, menjabat Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16.
wafat: Malang, Wafat dimakamkan di Pesarean Gribik di Malang
perkawinan: <14> ♂ Mas Adipati Djoyodirono II [Ki Ageng Brondong]
wafat: Wafat dimakamkan di Pesarean Kromodjayan Bibis (Utara Stasiun KA Semut Surabaya / Plaza Semut, belakang Masjid.
gelar: Gelar tsb mengikuti jabatan suami Raden Tumenggung Tjokronegoro, Bupati Pati. NB: RB Yasin mencatat bahwa RT Tjokronegoro sebelumnya sebagai Prajurit/tentara berpangkat Letnan di Malang, dan yang menurunkan Embah Raden, di desa Pagentan/Tjungkup Singosar
perkawinan: <15> ♂ Raden Djoyolelono [Soeropati]
perkawinan: <12!> ♂ Ki Tumenggung Djimat Djoyonegoro [Ki Ageng Brondong]
pekerjaan: R kertonegoro Patih Pasuruan
perkawinan:
perkawinan: <17> ♂ 4. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono II [Hb. 1.4] [Hamengku Buwono I] b. 7 Maret 1750 d. 3 Januari 1828, Yogyakarta
wafat: 1826
perkawinan: <18> ♀ Raden Ayu Pamogan [Majapahit]
perkawinan: <19> ♀ Kanjeng Raden Ayu Handoyo / Raden Ayu Adipati Anom (Ratu Kencana) [Cakraningrat]
perkawinan: <20> ♀ Ratu Kencanawungu / Raden Ayu Sukaptinah [Pakubuwono]
perkawinan: <21> ♀ Mas Ayu Rantansari Joyokartiko [?]
perkawinan: <22> ♀ Raden Retnodiningsih [Mangkuyudho III]
gelar: 29 September 1788 - 2 Oktober 1820, Surakarta, Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdur Rahman Sayyidin Panotogomo IV
wafat: 2 Oktober 1820, Surakarta
Awal Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Subadya, putra Pakubuwana III yang lahir dari[[ permaisuri keturunan sultan Demak]]. Ia dilahirkan tanggal 2 September 1768 dan naik takhta tanggal 29 September 1788, dalam usia 20 tahun.
Pakubuwana IV adalah raja Surakarta yang penuh cita-cita dan keberanian, berbeda dengan ayahnya yang kurang cakap. Ia tertarik pada paham Kejawen dan mengangkat para tokoh golongan tersebut dalam pemerintahan. Hal ini tentu saja ditentang para pejabat Islam yang sudah mapan di istana.
Para tokoh Kejawen tersebut mendukung Pakubuwana IV untuk bebas dari VOC dan menjadikan Surakarta sebagai negeri paling utama di Jawa, mengalahkan Yogyakarta.
Peristiwa Pakepung Keadaan Surakarta semakin tegang. Para pejabat yang tersisih berusaha mengajak VOC untuk menghadapi raja. Pakubuwana IV sendiri membenci VOC terutama atas sikap residen Surakarta bernama W.A. Palm yang korup.
Residen Surakarta pengganti Palm yang bernama Andries Hartsinck terbukti mengadakan pertemuan rahasia dengan Pakubuwana IV. VOC mulai cemas dan menduga Hartsinck dimanfaatkan Pakubuwana IV sebagai alat perusak dari dalam.
VOC akhirnya bersekutu dengan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I untuk menghadapi Pakubuwana IV. Pada bulan November 1790 bersama mereka mengepung Keraton Surakarta. Dari dalam istana sendiri, para pejabat senior yang tersisih ikut menekan Pakubuwana IV agar menyingkirkan para penasihat rohaninya. Peristiwa ini disebut Pakepung.
Pakubuwana IV akhirnya mengaku kalah tanggal 26 November 1790 dengan menyerahkan para penasihatnya yang berpaham Kejawen untuk dibuang VOC.
Sikap terhadap Yogyakarta Atas prakarsa VOC, maka Pakubuwana IV, Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I bersama menandatangani perjanjian yang menegaskan bahwa kedaulatan Surakarta, Yogyakarta, dan Mangkunegaran adalah setara dan mereka dilarang untuk saling menaklukkan.
Meskipun demikian, Pakubuwana IV tetap saja menyimpan ambisi untuk mengembalikan Mataram-Yogyakarta ke dalam pangkuan Surakarta. Sejak tahun 1800 tidak ada lagi VOC karena dibubarkan pemerintah negeri Belanda. Sebagai gantinya, dibentuk pemerintahan Hindia Belanda yang juga dipimpin seorang gubernur jenderal.
Herman Daendels gubernur jenderal Hindia Belanda sejak 1808 menerapkan aturan yang semakin merendahkan kedaulatan istana. Dalam hal ini Pakubuwana IV seolah-olah menerima kebijakan itu karena ia berharap Belanda mau membantunya merebut Yogyakarta.
Pakubuwana IV juga pandai bersandiwara di hadapan Thomas Raffles, wakil pemerintah Inggris yang telah menggeser pemerintahan Hindia Belanda tahun 1811. Sementara itu Hamengkubuwana II (pengganti Hamengkubuwana I terkesan kurang ramah terhadap bangsa asing.
Pakubuwana IV memanfaatkan kesempatan itu. Ia saling berkirim surat dengan Hamengkubuwana II yang berisi hasutan supaya Yogyakarta segera memberontak terhadap penjajahan Inggris. Harapannya, Yogyakarta akan hancur di tangan Inggris.
Pihak Inggris lebih dulu mengambil tindakan. Pada bulan Juni 1812 istana Yogyakarta berhasil diduduki dengan bantuan Mangkunegara II. Hamengkubuwana II sendiri ditangkap dan dibuang ke Penang.
Persekutuan dengan Orang-Orang Sepoy Surat-menyurat antara Pakubuwana IV dan Hamengkubuwana II terbongkar. Pihak Inggris tidak menurunkan Pakubuwana IV dari takhta tapi merebut beberapa wilayah Surakarta.
Pakubuwana IV belum juga jera. Pada tahun 1814 ia bersekutu dengan kaum Sepoy dari India, yaitu tentara yang dibawa Inggris untuk bertugas di Jawa. Tentara Sepoy ini diajak Pakubuwana IV untuk memberontak terhadap Inggris, serta menaklukkan Yogyakarta yang saat itu dipimpin Hamengkubuwana III.
Persekutuan ini kandas tahun 1815. Sebanyak 70 orang Sepoy yang terlibat pemberontakan diadili pihak Inggris. Sejumlah 17 orang di antaranya dihukum mati, sedangkan sisanya dipulangkan ke India sebagai tawanan. Thomas Raffles juga membuang seorang pangeran Surakarta yang dianggap sebagai penghasut Pakubuwana IV.
Akhir Pemerintahan Pakubuwana IV masih menjadi raja Surakarta tanpa diturunkan Inggris. Sebaliknya, ia mengalami pergantian pemerintah penjajah, dari Inggris kembali kepada Belanda tahun 1816.
Pakubuwana IV meninggal dunia tanggal 2 Oktober 1820. Ia digantikan putranya yang bergelar Pakubuwana V.
Selain dikenal sebagai ahli politik yang cerdik, Pakubuwana IV juga terkenal dalam bidang sastra, khususnya yang bersifat rohani. Ia diyakini mengarang naskah Serat Wulangreh yang berisi ajaran-ajaran luhur untuk memperbaiki moral kaum bangsawan Jawa.
Pujangga besar Ranggawarsita mengaku semasa muda ia pernah belajar beberapa ilmu kesaktian kepada Pakubuwana IV. Ranggawarsita sendiri merupakan cucu angkat Pangeran Buminoto, adik Pakubuwana IV.perkawinan: <23> ♀ Raden Ayu Adipati Notodiningrat [Dermoyudo]
pekerjaan: 14 November 1825, Bangil, Bupati Bangil Th.1825-1854 Th 1832 jadi Adipati
wafat: 1853, Wafat umur 70 tahun, dimakamkan di belakang Masjid Kota Bangil - Pasuruan
4
431/4 <14+14> ♂ R Adipati Panji Arya Prawirodirdjo / Panji Dongke [Ki Ageng Brondong]pekerjaan: Bupati Japan (Mojokerto);
perkawinan:
pekerjaan: Onder Collecteur Ronggo di Bangil.
perkawinan: <25> ♂ Raden Notodirdjo [Tdk ada Catatan]
perkawinan:
pekerjaan: Wedana Winongan, Pasuruan
pekerjaan: Wedana Wangkal, Pasuruan
perkawinan: <204!> ♀ Raden Ayu Aminah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] , <205!> ♀ Raden Ayu Asiyah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <26> ♂ Raden Tumenggung Ronggo Kertokusumo [R Tumenggung Arya Adikoro - Pamekasan]
pekerjaan: Bupati Malang 1839-1854.
perkawinan: <112!> ♀ Raden Ayu Arinah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <27> ♀ Raden Ayu Arsinah [RT Soeryoamidjoyo]
perkawinan:
perkawinan:
perkawinan:
perkawinan: <28> ♀ Nyonya Tjwan Tie [Tiong Hwa - China]
perkawinan: <28!> ♀ Nyonya Tjwan Tie [Tiong Hwa - China]
perkawinan:
perkawinan:
pekerjaan: Wedana Bendungan, Singkalan-Sidoarjo (= Sidokare)
wafat: RT Djodirono III, Th.1827 turut serta dalam peperangan melawan Kyai T. Kertowiryo/bupatinya P.Dipenogoro (Java Oorlog 1825-1830) di Kertosono, mengalami kekalahan. Wafat dimakamkan di Ds Kramattumenggung (pinggit sungai Brantas/jl besar, 5 Km dari Mojoker
pekerjaan: Patih Kanoman - Surabaya
pekerjaan: Wedana Jenggala I - Sidoarjo ( NB:seharusnya Sidokare )
perkawinan: <29> ♀ Raden Ayu Mangkudiningrat ? (Raden Ayu Kustinah) [Kusumowijoyo]
wafat: 13 Maret 1824?, Ambon
Bandara Pangeran Arya Mangkudiningrat/Kanjeng Gusti Pangeran Adipati I b. 1778 (s/o Ratu Mas). Exiled to Penang 1812-1815, Batavis 1815-1817 and Ambon 1817-1824. Became an ascetic and assumed the name of Panji Angon Asmara. m. (first) Radin Ayu Jaya Kusuma, daughter of Pangeran Serang, by his wife, Radin Ayu Serang. m. (second) a selir or junior wife. He d. at Ambon, 13th March 1824 (bur. Imagiri), having had issue:
- Colonel Radin Temenggong Mangku Vijaya/Pangeran Adipati Mangku di-ning Rat II, Prince of Kalibawang (s/o the second wife). Granted the principality of Kalibawang in fief 28th April 1831. Exiled to Ambon in December 1831. m. (div. 1817) Bandara Radin Ayu Mangku Vijaya (m. second, Colonel Gusti Pangeran Adipati Prabhu ning Rat), daughter of H.H. Sampeyan Dalam ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Amangku Buwana III Senapati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid ud-din Panatagama Khalifatu'llah ingkang Yumeneng Kaping, Sultan of Yogyakarta, by his wife, Ratu Kinchana/Ratu Ibu, daughter of Radin Temenggong Pangeran Sasra di-ning Rat I, Bupati of Jipang-Rajegwesi.
- Pangeran Arya Chakra ning Rat. b. 1801 (s/o a junior wife).
- Radem Mangku Wilaya/Radin Marta Atmaya/Pangeran Arya Suriya Mataram (cre. 1825). b. 1802 (s/o a junior wife).
- Radin Sasra Atmaya/Pangeran Arya Paku ning Rat. b. 1803 (s/o a junior wife). Cdr. of Ferryboats during the Java War 1825-1830.
- Colonel Radin Mas Papaki/Radin Temenggong Mangkundirja (cre. 1814)/Pangeran Adipati Natapraya (cre. 1825), Prince of Kalibawang. b. 1804 (s/o Radin Ayu Jaya Kusuma). Succeeded his brother as prince of Kalibawang 1831. He d. at Kalibawang, November 1853.
- Pangeran Arya Papak. b. 1804 (s/o a junior wife).
- Pangeran Arya Paku ning Prang. b. 1805 (s/o a junior wife).
- Major Radin Jaya di-ning Rat/Pangeran Arya Jaya di-ning Rat. b. 1806 (s/o a junior wife).
- Radin Arya Jayang Kusuma. He had issue:
- Radin Adipati Dhanu Praya.
- Pangeran Arya Malaya Kusuma. b. 1808 (s/o a junior wife).
- Gusti Kanjeng. m. Lieutenant-Colonel Pangeran Arya Nata ning Prang, third son of Colonel Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Raja Raja Paku Alam II, by his principal consort, Bandara Radin Ajeng Ratna Supira/Gusti Kanjeng Ratu Anum/Gusti Kanjeng Ratu Anum, twenty-fourth daughter of H.H. Sampeyan Dalam ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana II Senapati ing Alaga Ngah 'Abdu'l Rahman Saiyid ud-din Panatagama Khalifatu'llah ingkang Yumeneng Kaping, Sultan of Yogyakarta. She had issue - see Indonesia (Pakualaman).
- Radin Ajeng Sukina (d/o Jaya Kusuma).
- Radin Ayu Wirya di-Pura.
- Radin Ayu Padma di-Pura.
- Atas permintaan Keluarga Diputus
1. KG.P.Ap Mangkudiningrat 2. Putranya : 850052
BABAD MANGKUDININGRATAN
Teks diawali dengan cerita tentang Pangeran Mangkudiningrat yang mendampingi Hamengku Buwana II, ayahnya yang diasingkan ke Pulau Pinang. Pangeran Mangkudiningrat selalu memohon kepada Tuhan agar ibu,istri, dan anak-anaknya dalam keadaan selamat. Di bagian akhir diceritakan keberhasilan Pangeran Mangkudiningrat (= Panji Asmara) sebagai orang yang dipercaya penduduk Ambon karena kemanjurannya dalam mengobati orang-orang sakit. Bagian akhir teks terputus karena kertas sobek/ lembaran-lembarannya hilang. Di beberapa halaman (h. 142—145, 161—163) terdapat
banyak tulisan yang dicoret sehingga tidak dapat dibacapekerjaan: Bupati Bangil - Pasuruan Th 1809 - 1833
wafat: 30 Januari 1833, Bangil, Dimakamkan di belakang Masjid Kota BAngil-Pasuruan.
Raden Adipatie Nitiadiningrat II, die fatzal VI itoe mempoenjaie anak nama Raden Pandjie Brongtokoesoemo lahir taoen 1782 jang die blakang sameninggalnja dia poenja papa taoen 1809 lantas menggantie kadoedoekanja mendjadi Boepatie die Pasoeroewan, koetika tanggal 1 November bergelar, pada taoen 1815 Raden Adipatie Nitiadiningrat dapet katetepan darie Gouvernement dengen besluit 1 Februari 1820. Djadinja Boepatie lamanja 24 tahoen dan dia toeroet oeroesken reroesoehan die Probolinggo, koetika Majoor tjina Han Kie Khoo die krojok dan die boenoeh oleh orang die desa Kedoepok (Tongas.) (I) Raden Adipatie Nitiadiningrat III, inie meninggal pada 30 Januari dalem taoen 1833 die koeboer die blakang mesdjit Pasoeroewan. Inie Boepatie ketjarita amat kaja dan poenja banjak barang poesaka terseboet .djoega dalem boekoe de Javaans'Che plechtigheid karangan toewan Resident Pasoeroewan S. van Deventer. (I) Reroesoehan itoe die dalem taoen 1813 itoe waktoe dia belom tetep djoemeneng Boepatie. Asal kekajaan itoe terbawa darie jang estrie ia itoe ada toeroenan darie Boepatie Bangil Raden Adipatie Soeroadinegoro jang terkenal oleh orang banjak nama “Boepatie lieder." (Ridder.)
Fatzal VI.
Sabelonnja meninggal Raden Adipatie Nitiadinirigrat III die fatzal V soedah mempoenjaie anak lakie-lakie nama : a. Raden Bagoes Amoen die lahirken Senen legie jam 1/2: 4 soree woekoe Soengsang 14 boelan Poewasa taoen Dal: 1743 atawa 29Juli taoen 1816. Serta. soedah besar koetika papanja . misie hidup Raden Bagoes Amoen itoe telah mendapat besluitnja Kandjeng Goivernement 14 Juni 1832 No. 21 die tetepken pakei gelaran Raden Toemenggoeng Ario Notokoesoemo. b. Raden Bagoes Soedarmo bergelar Raden Ario Soerioadikoesoemo lantas die blakang menoeroet besluit Gouvernement 25 Juni 1854 djadie Boepatie die negrie Bangil menggantie kedoedoekannja Raden Adipatie Ario Notoadiningrat die fatzal VI sda. 3. Raden Ario Soerioadikoesoemo srenta djadie Boepatie lantas dalem boelan Augustus tahoen !867 djadi Adipatie gantie nama sampei dapet gandjaran jaitoe Raden Adipatie Ario Soerioadiningrat, lamanja djadie Boepatie 16 tahoen meningga! die Pasoeroewan tahoen 1873 die koeboer die blakang mesdjit kotta Pasoereewan. Ketjarita Boepatie inie amat die takoetie oleh orang anak negrie sahingga sekarang orang-orang die Bangil misie meloehoerken itoe nama, dia terkenal oleh orang ketjil jaitoe Kangdjeng. Wallie Den Ario. c. Radenajoe Limbook .kawin pada poetranja Kangdjeng Pangeran Ario Prawiroadiningrat Boepatie die Bezoekie meninggal die Bezoekie die koeboer die Tegalmas (Bezoekie.) d. Raden ajoe Soemodiwirio estrinja Wedono district Djatie (Pasoeroewan) meninggal dan die koeboer die Pasoeroewan blakang mesdjit.
e. Radenajoe Arinahi kawin bermoela pada Raden Adipatie Ario Notodiningrat. Ridder die Malang, anak darie Raden Adipatie Notodiningrat die fatzal VI sub. 2. Dan die blakang kawin lagie dapet pada Raden Toemenggoeng Ario Soerioamidjoio, Boepatie di Sitoebondo, anaknja Kandjeng Pangeran Ario Prawiroadiningrat terseboet die c. Radenajoe Arinah inie slama djanda toeroet pada dia poenia soedara die Raden Bagoes Amoen (a). dan dapet onderstand darie negrieperkawinan: <30> ♀ Raden Ayu Sosrokusumo / Ratu Kencana [Martani]
perkawinan: <31> ♀ Ratu Mas / Kanjeng Ratu Ageng [?]
gelar: 10 Februari 1820 - 5 September 1823, Surakarta, Bergelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono V
wafat: 5 September 1823, Surakarta
Kisah Hidup Nama aslinya adalah Raden Mas Sugandi, putra Pakubuwana IV yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Handoyo putri Adipati Cakraningrat bupati Pamekasan. Ia naik takhta pada tanggal 10 Februari 1820, selang delapan hari setelah kematian ayahnya.
Pakubuwana V juga dikenal dengan sebutan Sunan Sugih, yang artinya “Baginda Kaya”, yaitu kaya harta dan kaya kesaktian. Konon, ia pernah membuat keris pusaka dengan tangannya sendiri, bernama Kyai Kaget, yang berasal dari pecahan meriam pusaka Kyai Guntur Geni saat terjadinya pemberontakan orang Cina tahun 1740.
Pakubuwana V juga memerintahkan ditulisnya Serat Centhini berdasarkan pengalaman pribadinya semasa menjabat Adipati Anom. Yang menjadi juru tulis naskah populer ini ialah Raden Rangga Sutrasna.
Pakubuwana V hanya memerintah selama tiga tahun. Ia meninggal dunia pada tanggal 5 September 1823. Raja Surakarta selanjutnya adalah putranya, yaitu Pakubuwana VI, yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional.
SRI SUSUHUNAN PAKUBUWANA V, BUKAN HANYA RAJA dari Karaton Surakarta Hadiningrat, melainkan beliau juga seorang maecenas besar yang pernah dimiliki Indonesia. Meski kekuasaannya berlangsung sangat pendek (1820-1823), namun jasa dan gagasannya terukir panjang. Dari gagasan, dan tentu donasi beliau (yang bahkan telah dimulai ketika masih sebagai putra mahkota bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunagara ing Surakarta, seorang putra Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV), lahirlah pada awal abad 19 itu, Suluk Tambangraras yang kemudian lebih dikenal sebagai Serat Centhini. Serat Centhini, ditulis tahun 1815 oleh tiga pujangga Karaton Surakarta. Yakni, Ki Ngabei Ranggasutrasna, Raden Tumenggung Sastranegara, dan Ki Ngabei Sastradipura. Sebagai sebuah karya sastra, memenuhi syarat sebagai sebuah mahakarya yang memiliki pengaruh luas. Sampai banyak orang bisa berkomentar dan menilai, sekali pun sama sekali belum pernah membacanya, sampai hari ini. Begitu hebatnya ia, sampai-sampai karya ini muncul dalam banyak versi. Setidaknya ditengarai ada 12 versi Serat Centhini, dan itu sudah cukup menunjukkan kelasnya. Daerah tebanya begitu luas. Ia mengenai apa saja. Bukan hanya mengenai sastra atau seni, melainkan juga tentang adat-istiadat, obat-obatan, makanan dan minuman (jaman sekarang disebut kuliner), pengetahuan tentang hewan, tanaman, agama, sejarah, dan bahkan tentang seks. Tentang yang terakhir itulah, Serat Centhini antara lain dikenal luas. Karena Serat Centhini-lah karya sastra Jawa pada waktu itu, yang berbicara berterus-terang perihal seks. Penjabarannya, bukan hanya verbal tetapi kadang liar. Dalam Serat Centhini, juga dikisahkan bagaimana terjadi anal seks atau pun praktik homo-seksualitas. Dan bahkan, seks massal,... Pada bagian-bagian yang berkait dengan seks itu, konon Pakubuwana V sendiri yang turun tangan, menulis langsung. Itu terjadi setelah tiga penulisnya dirasa tidak memuaskannya. Tidak nges, dan kurang lugas. Kurang mak nyus, kata almarhum Prof. Dr. Umar Kayam (yang kemudian ditirukan atau dipopulerkan oleh pakar kuliner Bondan Winarno). Maka, Serat Centhini jilid 5 s.d 10 yang ditulis sendiri oleh sang Raja, sebagaimana kemudian bisa dibaca dalam kitab Serat Centhini sekarang ini. Ia mendapat banyak sebutan, sebagai karya korpus, monumental, sastra kanon yang begitu lengkap dan mencengangkan, karena cakupan isinya yang ensiklopedis, gaya bertuturnya, serta ketebalannya. Bayangkanlah, pada abad 19 itu, lahir karya sastra yang secara liris dan intens, ditulis sebanyak 12 jilid, dengan 722 pupuh tembang (jenis puisi Jawa). Satu pupuh tembang, tak jarang terdiri dari ratusan kuplet (bait), bahkan ada beberapa yang mencapai lebih dari 300 kuplet. Dan masing-masing kuplet terdiri antara 6 hingga 12 baris. Bisa dibayangkan, kepiawaian bahasa para penulisnya. Karena masing-masing pupuh tembang diikat oleh guru wilangan (jumlah suku kata yang terukur dan terhitung pasti), dan guru lagu (akhir suku kata masing-masing baris yang baku, untuk mendapatkan pola pantunnya). Karena itu, kata-kata dalam bahasa Jawa yang dipakai para penulisnya begitu lentur karena mengejar rima dan bunyi. Karena itu ketika Serat Centhini itu dilisankan (ditembangkan) siapa pun sepanjang mengetahui cara menyanyikan pupuh tembang itu, Centhini menjadi komunikatif, mudah untuk diapresiasi, dan mudah untuk disosialisasikan. Bahkan terbuka ditafsirkan dan punya kecenderungan bias, karena faktor pendengaran, pengertian, atau ingatan. Hal ini menjadi mudah terjadi, karena tembang sebagai sastra lisan yang jamak dilakukan pada waktu itu, terjadi dalam berbagai bentuk pertemuan banyak orang, ketika berada dalam upacara sunatan, pengantin, atau berbagai pertemuan-pertemuan rutin, yang diselenggarakan oleh berbagai kelompok masyarakat, dalam berbagai waktu dan tempat. Karena itulah Centhini bisa muncul dalam banyak versi. Seperti Centhini Pegon. Centhini Jalalen. Centhini versi Madura. Dan lain sebagainya. Tidak dalam niat menyamakan, demikian pulalah ketika para sahabat Muhammad SAW hendak mengumpulkan hadist nabi, yang tentunya disampaikan secara lisan. Maka ketika hadist itu hendak dikumpulkan dan dituliskan, dibutuhkan para perawi hadis yang sahih, yang bisa menjamin tingkat kebenarannya. Apalagi, untuk kasus penulisan Alquran, yang dilakukan setelah nabi wafat. Demikian pula dengan kasus penulisan Injil, yang ditulis berdasar penuturan sahabat-sahabat Jesus seperti Lukas, Paul, Johannes dan lain sebagainya. Percontohan dalam karya sastra Indonesia, mungkin bisa ditemui pada novel “Para Priyayi” (1992) Umar Kayam, yang pembagian bab-nya ditulis menurut sudut pandang “aku” tokoh-tokohnya. Atau pada lahirnya novel kwarternarius “Bumi Manusia” (1980) Pramoedya Ananta Toer. Yang konon sebelum dituliskan, justeru dilisankan. Didongengkan terlebih dulu kepada sesama napi di Pulau Buru, untuk kemudian baru ditulis.
Serat Centhini (1815) berada dalam nasib berbeda, karena ia “hanya” sastra Jawa, yang tentu tidak segawat kasus penulisan kitab agama yang membutuhkan kesahihan dan kecanggihan. Demikian pula, ia bukan sastra teks Indonesia yang “mulia”, yang mempunyai para ahli kritiknya masing-masing. Sehingga perlu ada studi perbandingan atau studi kritis, sebagaimana dialami oleh Umar Kayam atau Pramoedya.perkawinan: <32> ♀ Bendoro Raden Ajeng Ngaisah [Mangkunegara I]
gelar: 17 Agustus 1858, Surakarta, Susuhunan Surakarta Ke-VII
wafat: 28 Desember 1861, Surakarta
Pemerintahan Pakubuwana VIII Nama aslinya adalah Raden Mas Kusen, putra Pakubuwana IV yang lahir dari istri selir bernama Mas Ayu Rantansari putri Ngabehi Joyokartiko, seorang menteri Surakarta. Ia dilahirkan pada tanggal 20 April 1789.
Pakubuwana VIII naik takhta pada tanggal 17 Agustus 1858 menggantikan adiknya (lain ibu) yaitu Pakubuwana VII yang meninggal dunia sebulan sebelumnya.
Pakubuwana VIII naik takhta pada usia lanjut, yaitu 69 tahun karena Pakubuwana VII tidak memiliki putra mahkota. Ia sendiri adalah raja keturunan Mataram pertama yang tidak melakukan poligami. Pemerintahannya berjalan selama tiga tahun. Pakubuwana VIII akhirnya meninggal dunia tanggal 28 Desember 1861.
Pakubuwana VIII digantikan putra Pakubuwana VI sebagai raja Surakarta selanjutnya, yang bergelar Pakubuwana IX.perkawinan: <80!> ♀ Ratu Kencana [Pakubuwono III]
perkawinan: <33> ♀ Ratu Paku Buwono [Madura]
perkawinan: <34> ♀ Raden Ayu Retnodiluwih [Joyoningrat]
gelar: 14 Juni 1830 - 28 Juli 1858, Surakarta, Susuhunan Surakarta Ke-VII [1830–1858]
wafat: 28 Juli 1858, Surakarta
Nama aslinya ialah Raden Mas Malikis Solikin, putra Pakubuwana IV yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Sukaptinah alias Ratu Kencanawungu. Ia dilahirkan tanggal 28 Juli 1796.
Pakubuwana VII naik takhta tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, yaitu Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon oleh Belanda. Saat itu Perang Diponegoro baru saja berakhir. Masa pemerintahan Pakubuwana VII relatif damai apabila dibandingkan masa raja-raja sebelumya. Tidak ada lagi bangsawan yang memberontak besar-besaran secara fisik setelah Pangeran Diponegoro. Jika pun ada hanyalah pemberontakan kecil yang tidak sampai mengganggu stabilitas keraton.
Keadaan yang damai itu mendorong tumbuhnya kegiatan sastra secara besar-besaran di lingkungan keraton. Masa pemerintahan Pakubuwana VII dianggap sebagai puncak kejayaan sastra di Kasunanan Surakarta dengan pujangga besar Ranggawarsita sebagai pelopornya. Hampir sebagian besar karya Ranggawarsita lahir pada masa ini. Hubungan antara raja dan pujangga tersebut juga dikisahkan sangat harmonis.
Pakubuwana VII juga menetapkan undang-undang yang berlaku sampai ke pelosok negeri, bernama Anggèr-anggèr Nagari. Selain itu, pada masanya dirilis pula pranata mangsa versi Kasunanan yang dimaksudkan menjadi pedoman kerja bagi petani dan pihak-pihak terkait dengan produksi pertanian. Pranata mangsa versi Kasunanan ini banyak dianut petani di wilayah Mataraman hingga diperkenalkannya program intensifikasi pertanian di awal 1970-an.
Pemerintahannya berakhir saat kematiannya pada tanggal 28 Juli 1758. Karena tidak memiliki putra mahkota, Pakubuwana VII digantikan oleh kakaknya (lain ibu) bergelar Pakubuwana VIII yang naik takhta pada usia 69 tahun.5
871/5 <43> ♀ Raden Ayu Rangga [Ki Ageng Brondong]pekerjaan: Suami R Notodirdjo menjabay Wedana Lamongan
pekerjaan: Mantri Besar/Gede Kabupaten Japan (= Mojokerto).
perkawinan: <36> ♀ R Ayu Roekminah [Kromodjayan]
perkawinan: <37> ♀ Vrouwelijke Ziklinie / Tdk Tercatat Nama [Pangeran Sedayu] b. 30 Mei 1952
pekerjaan: Menikah dengan Bupati Sedayu
pekerjaan: Wedana Jenggala II
pekerjaan: Wedana Rawa Pulo II
perkawinan:
perkawinan:
pekerjaan: Wedana Jenggala IV
pekerjaan: Wedana Bendungan Lengkong
pekerjaan: Asisten Wedana Gunung Kendeng
pekerjaan: R kromoadiputro menjabat Wedana Lengkong
pekerjaan: Isteri Patih Mojokerto
perkawinan: <38> ♂ Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III / Raden Aersadan [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <38!> ♂ Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III / Raden Aersadan [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <38!> ♂ Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III / Raden Aersadan [Kromodjayan - Kanoman]
Kawin karangwulu ketiga kalinya, Dengan suami pertama mendapatkan 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
Wafat dimakamlan dibelakang Masjid Kota Bangilperkawinan: <39> ♀ Raden Ayu Pandamhabibah / Raden Ayu Tumenggung Arya Notodiningrat III [Ki Ageng Brondong]
perkawinan: <208!> ♀ Raden Ayu Djenap [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <40> ♀ R Ay Siti Chotidjah [R Panji Ronokoesoemo] , <41> ♀ Mas Ayu Kaminah [Dermoyudo] , <42> ♀ Mas Ayu Daliyah [Tdk ada catatan] , <208!> ♀ Raden Ayu Djenap [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] , <43> ♀ Nyai Tas [Tdk ada catatan] , <44> ♀ Mas Ayu Sarminah [Dermoyudo]
pekerjaan: Malang, Bupati Malang Tahun 1854-1898
perkawinan:
perkawinan: <42!> ♀ Mas Ayu Daliyah [Tdk ada catatan]
perkawinan:
perkawinan: <40!> ♀ R Ay Siti Chotidjah [R Panji Ronokoesoemo]
perkawinan: <42!> ♀ Mas Ayu Daliyah [Tdk ada catatan]
perkawinan: <40!> ♀ R Ay Siti Chotidjah [R Panji Ronokoesoemo]
perkawinan: <41!> ♀ Mas Ayu Kaminah [Dermoyudo]
pekerjaan: Bupati Bangil 1854-1873. Berdasarkan besluit Gouvernement 25 Juni 1854 djadie Bupatie die negrie Bangil mengganti kedudukan Raden Raden Adipatie Ario Notoadiningrat
gelar: Kanjeng Wali Den Arya = SOERGA SOERGI Pasuruan
penguburan: Wafat dimakamkan di belakang MAsjid Kota Pasuruan.
Raden Ario Soerioadikoesoemo srenta djadie Boepatie lantas dalem boelan Augustus tahoen 1867 djadi Adipatie gantie nama sampei dapet gandjaran jaitoe Raden Adipatie Ario Soerioadiningrat, lamanja djadie Boepatie 16 tahoen meninggal die Pasoeroewan tahoen 1873 die koeboer die blakang mesdjit kotta Pasoereewan.
Katjarita Boepatie inie amat die takoetie oleh orang anak negrie sahingga sekarang orang-orang die Bangil misie meloehoerken itoe nama, dia terkenal oleh orang ketjil jaitoe Kangdjeng Wallie Den Ario.perkawinan: <45> ♂ (nama) Putera Dari Kanjeng Pangeran Arya Prawiroadiningrat [KPA Prawiroadiningrat - Bangil]
perkawinan: <46> ♂ (nama) Wedono District Djati-Pasuruan) [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <47> ♂ Raden Tumenggung Arya Soeryoamidjoyo [Soeryoamidjoyo]
gelar: Raden Ajoe Arinah selama janda menumpang pada saudaranya R Bagus Amoen. dan dapet onderstand darie negrie
perkawinan: <57!> ♂ Raden Adipati Arya Notodiningrat II / Raden Bagus Doro [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
pekerjaan: Collecteur di Malang
perkawinan: <116!> ♂ Raden Panji Astrowinoto [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <115!> ♂ Raden Soerodirdjo [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
pekerjaan: Mantri Polisi di Malang.
perkawinan: <203!> ♀ Raden Ajeng Soekartinah / Wiek [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <203!> ♀ Raden Ajeng Soekartinah / Wiek [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] , <48> ♂ Raden Soebadi [Tdk ada catatan]
perkawinan: <49> ♂ Raden Koesoemoadinoto [Tdk ada catatan]
pekerjaan: Menjabat Patih di Malang
perkawinan: <50> ♀ Raden Ayu Aminah Prawiroadinegoro [RA Proawiroadinegoro]
perkawinan: <51> ♂ Han Siau An [HAN dinasti - China]
perkawinan: <52> ♂ Tan Tik Djoen [Tiong Hwa - China]
pekerjaan: Patih Bangil
pekerjaan: Wedana Jenggala II
perkawinan: <53> ♀ Bendoro Raden Ayu Mangkuwijoyo [Hamengku Buwono III]
perkawinan:
perkawinan: <54> ♀ Bendoro Raden Ayu Sosrodiningrat [Hamengku Buwono III]
- Granted the principality of Kalibawang in fief 28th April 1831. Exiled to Ambon in December 1831. m. (div. 1817) Bandara Radin Ayu Mangku Vijaya (m. second, Colonel Gusti Pangeran Adipati Prabhu ning Rat), daughter of H.H. Sampeyan Dalam ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Amangku Buwana III Senapati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid ud-din Panatagama Khalifatu'llah ingkang Yumeneng Kaping, Sultan of Yogyakarta, by his wife, Ratu Kinchana/Ratu Ibu, daughter of Radin Temenggong Pangeran Sasra di-ning Rat I, Bupati of Jipang-Rajegwesi.
- Lahir dari Ibu selir (Junior Wife), turut dibuang ke Ambon dan wafat di Ambon pada tanggal 13 Maret 1824 dimakamkan di Pemakaman Raja2 Imogiri, Bantul, Yogyakarta
wafat: 1825
- Lahir dari Ibu selir (Junior Wife), turut dibuang ke Ambon dan wafat di Ambon pada tanggal 13 Maret 1824 dimakamkan di Pemakaman Raja2 Imogiri, Bantul, Yogyakarta
wafat: 1825 - 1830
Edited by : Edited by : R.E. Suhendar Diponegoro[1]
- Lahir dari Ibu Selir (Junior Wife), meninggal di Kapal Laut pada saat Perang Jawa 1825-1830.
gelar: 1831 - 1853, Kalibawang, Pangeran Kalibawang
wafat: November 1853, Kalibawang
- Colonel Radin Mas Papak/Radin Temenggong Mangkundirja (cre. 1814)/Pangeran Adipati Natapraya (cre. 1825), Prince of Kalibawang. b. 1804 (s/o Radin Ayu Jaya Kusuma). Succeeded his brother as prince of Kalibawang 1831. He d. at Kalibawang, November 1853.
- Lahir dari Ibu Selir (Junior Wife), (Bandara Pangeran Arya Mangku di-ning Rat/Kanjeng Gusti Pangeran Adipati I. b. 1778 (s/o Ratu Mas). Exiled to Penang 1812-1815, Batavis 1815-1817 and Ambon 1817-1824. Became an ascetic and assumed the name of Panji Angon Asmara. m. (first) Radin Ayu Jaya Kusuma, daughter of Pangeran Serang, by his wife, Radin Ayu Serang. m. (second) a selir or junior wife. He d. at Ambon, 13th March 1824 (bur. Imagiri)
- Lahir dari Ibu Selir RA. Mangkudiningrat pada tahun 1805. (Bandara Pangeran Arya Mangku di-ning Rat/Kanjeng Gusti Pangeran Adipati I. b. 1778 (s/o Ratu Mas). Exiled to Penang 1812-1815, Batavis 1815-1817 and Ambon 1817-1824. Became an ascetic and assumed the name of Panji Angon Asmara. m. (first) Radin Ayu Jaya Kusuma, daughter of Pangeran Serang, by his wife, Radin Ayu Serang. m. (second) a selir or junior wife. He d. at Ambon, 13th March 1824 (bur. Imagiri).
perkawinan: <56> ♀ Ratu Mas [?]
perkawinan: <57> ♀ Ratansari [?]
gelar: 15 September 1823 - 1830, Susuhunan of Surakarta
wafat: 2 Juni 1849, Ambon, Pakubuwana VI meninggal dunia di Ambon pada tanggal 2 Juni 1849. Menurut laporan resmi Belanda, ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut. Pada tahun 1957 jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari Ambon ke Astana Imogiri, yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan Mataram. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis Jend. TNI Pangeran Haryo Jatikusumo (putra Pakubuwana X), lubang tersebut seukuran peluru senapan Baker Riffle. Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas bukan mati karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang anti penjajahan ini diperkirakan mati dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.
Sunan Pakubuwana VI telah ditetapkan pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294 Tahun 1964, tanggal 17 November 1964.
Asal-Usul Nama aslinya adalah Raden Mas Sapardan, putra Pakubuwana V yang lahir dari istri Raden Ayu Sosrokusumo, keturunan Ki Juru Martani. Ia dilahirkan pada tanggal 26 April 1807.
Pakubuwana VI naik takhta tanggal 15 September 1823, selang sepuluh hari setelah kematian ayahnya.
Hubungan dengan Pangeran Dipanegara Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, yang memberontak terhadap Kesultanan Yogyakarta dan pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1825. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan Belanda, Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.
Penulis naskah-naskah babad waktu itu sering menutupi pertemuan rahasia Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro menggunakan bahasa simbolis. Misalnya, Pakubuwana VI dikisahkan pergi bertapa ke Gunung Merbabu atau bertapa di Hutan Krendawahana. Padahal sebenarnya, ia pergi menemui Pangeran Diponegoro secara diam-diam.
Pangeran Diponegoro juga pernah menyusup ke dalam keraton Surakarta untuk berunding dengan Pakubuwana VI seputar sikap Mangkunegaran dan Madura. Ketika Belanda tiba, mereka pura-pura bertikai dan saling menyerang. Konon, kereta Pangeran Diponegoro tertinggal dan segera ditanam di dalam keraton oleh Pakubuwana VI.
Dalam perang melawan Pangeran Diponegoro, Pakubuwana VI menjalankan aksi ganda. Di samping memberikan bantuan dan dukungan, ia juga mengirim pasukan untuk pura-pura membantu Belanda. Pujangga besar Ranggawarsita mengaku semasa muda dirinya pernah ikut serta dalam pasukan sandiwara tersebut.
Penangkapan oleh Belanda Patung Pakubuwana VI di keraton SurakartaBelanda akhirnya berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830. Sasaran berikutnya ialah Pakubuwana VI. Kecurigaan Belanda dilatarbelakangi oleh penolakan Pakubuwana VI atas penyerahan beberapa wilayah Surakarta kepada Belanda.
Belanda berusaha mencari bukti untuk menangkap Pakubuwana VI. Juru tulis keraton yang bernama Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita) ditangkap untuk dimintai keterangan. Sebagai anggota keluarga Yasadipura yang anti Belanda, Pajangswara menolak membocorkan hubungan rahasia Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro. Ia akhirnya mati setelah disiksa secara kejam. Konon jenazahnya ditemukan penduduk di sekitar Luar Batang.
Belanda tetap saja menangkap Pakubuwana VI dan membuangnya ke Ambon pada tanggal 8 Juni 1830 dengan alasan bahwa Mas Pajangswara sudah membocorkan semuanya, dan kini ia hidup nyaman di Batavia.
Fitnah yang dilancarkan pihak Belanda ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu Pakubuwana IX dengan putra Mas Pajangswara, yaitu Ranggawarsita.
Pakubuwana IX sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke Ambon. Takhta Surakarta kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar Pakubuwana VII.
Misteri Kematian Pakubuwana VI meninggal dunia di Ambon pada tanggal 2 Juni 1849. Menurut laporan resmi Belanda, ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut. Pada tahun 1957 jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari Ambon ke Astana Imogiri, yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan Mataram. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis Jend. TNI Pangeran Haryo Jatikusumo (putra Pakubuwana X), lubang tersebut seukuran peluru senapan Baker Riffle.
Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas bukan mati karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang anti penjajahan ini diperkirakan mati dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.pekerjaan: Pasuruan, Bupati Pasuruan Th.1833-1887 R Bagus Amoen setelah dewasa, dan saat Ayahnda masih hidup Raden Bagus Amoen itoe telah mendapat besluitnja Kandjeng Goivernement 14 Juni 1832 No. 21 die tetepken Jumeneng memakai gelar nama : Raden Tumenggung Ario Notokoesoe
perkawinan: <58> ♀ Raden Ayu Boni [Sultan Pakoenataningrat]
Fatzal VII.
Raden Bagoes Amoen Raden Toemenggoeng Ario Notokoesoemo die fatzal IV, sub a. die tetepken menoeroet besluit Gouvernement 18 Maart 1833 No.9. menggantie djadie Boepatie die Pasoeroewan dan installatienja pada harie Senen tangqal 29 April 1833 die rajaken die paseban aloon-aloon Pasoeroewan, itoe waktoe dia poenja oemoer 17 tahoen. Njang djadie Resident die Pasoeroewan toewan van Nes, dan Gouvernement Generaal Graaf van den Bosch. Dia gantie nama Raden Toemenggoeng Ario Nitieadiningrat. Lantas tanggal 25 Juli 1839 atawa 14 Djemadilawal 1757 dia kawin (lantaran darie Kangdjeng Pangeran Ario Prawiroadiningrat Boepatie Bezoekie fatzal Vi sub. c dab e) dapet pada poetrienja Sultan Sumenep Pakoenataningrat jang bernama Radenajoe “Bonie” - Keterangan adanja Raden Toemenggoeng Ario Nitieadiningral IV jaitoe: (Dengen besluit Gouvernement tanggal 16 September 1846 No. 25 die djadiken Adipatie. - Dengan besiuit Gouvernement tanggal 14 Juni 1866 No.13 dapet gandjaran songsong koening. - Dengan besluit Gouvernement tanggal 3 Jarnuari 1876 No.2 dapet gandjaran Medaille Mas. - Die dalam taoen 1877 die djadiken Ridder der orde van den Nederlandschen Leeuw. (tanggal nommer besluit tida die seboet, sebab hiiang.) - Itoe wektoe ada kramean besar bolihnja trimaken itoe bientang ada die “terop agoeng" aloon-aloon dan jang pasang itoe bientang jaitoe toewan van Gorkom Hoofd Inspecteur Cultures, kebetoelan itoe waktoe Inspectie die Pasoeroewan. Residentnja itoe wektoe toewan Mr 0 ' van Nispen. - Pada tanggal 18 Maart 1883. (djoega besluit hilang)' die angkat nama Pangeran beserta dapet gandjaran songsong bjoer mas, itoe waktoe djadie Boepatie 50 taoen. Djoega ada kramean besar sekalie die Pasoeroewan. jang djadie Resident toewan J.J.Rambaldo Gouverneur Generaal's Jacobs waktoe installatie ada berhadelir Ambtenaar-ambienaar Ollanda dan prijaje Djawa sampei wedono saantero Residentie Pasoeroewan dan Ambtennar Djawa Residence Probolinggo. Lantas harie Rebo wagee.tanggal 20 Juli dalem taoen 1887, Kangdjeng Pangeran Ario Nitieadiningrat meningga! die koeboer djoega die blakang mesdjit Kota Pasoeroewan. Mendjadie lamanja dia djadie Boepatie 54 tahoen, sebegitoe lamanja negrie Pasoeroewan slamet dan amat redjo terseboet die tjarita moeka “Pasar -Uang," Tapie koetika Kangdjeng Pangeran Ario Nitiadininegrat misie baroe-baroe djadie Boepatie dalem boelan Augustus 1833. ada djoega reroesoehan jaitoe orang ketji! mogok tida soeka tanem teboe negrie ada beriboe orang jang sAma pergie kotta jang djadie kepalanja Raden Pandjie Tedjokoesoemo, die hoekoem boewang ka Rembang dan jang lain ada nama Pak Goentoer, Pak Ngadisah dan lagie 21 orang-orang kepala die boewang ka Krawang. Inie die dapet die boekoe die namakan “Landelijk stelsel" karangan toewan Resident S. van Deventer, J.S.Z. die deel II, katja 582 die Pasoeroevvan dan ada terseboet namanja ini Boepatie. (1) Semeninggalnja Kangdjeng Pangeran Ario Nitieadiningrat die negrie Pasoeroewan lantas die gantie Boepatie lain toeroenan, jaitoe Boepatie darie Banjoewangie nama Raden Mas Adipatie Ario Soegondo, poetro Mangkoenegoro ka ampat die Soerakarta. (2) Mendjadie darie Nitieadiningrat ka satoe sampei Nitieadiningrat jang ka ampat itoe lamanja ada 135 tahoen. (1.) Die boekoe Landlelijk stelsel itoe katja 666, inie Boepatie di seboet Boepatie jang tjakep
sekalie.
(2.) Lamanja djadie Beopatie die sitoe 14 tahoen, lantas die gantie anaknja nama Darsosoegondo lamanja 13 tahoen.
Fatzal VIII.
Kawinan Kangdjeng Pangeran Ario Nitiadiningrat, dengan Radenajoe Bonie itoe tadie adaiah melahirken poetra anem sama lakie katrangan sepertie die bawah inie: a. Harie Ahad legie, woekoe koroweloet tanggai 4 boelan April 1841 djam setengah satoe tengah harie die lahirken nama Raden Bagoes Nglemadoedin njang die blakang pakei nama Raden Ario Notokoesoemo pangkat jang blakang sendirie jaitoe djadie Patih die Bangil lantas pensioen, meningga! dalem taoen 1900 die koeboer die blakang . mesdjit kota Pasoeroewan ada loewar gedong seblah barat. b. Harie Djemahad kliwon woekoe Medangkoengan tanggal 24 Maart 1843 djam setengah sembiian pagie die lahirken nama Raden Bagoes Sangiddoercharadjie jang die blakang pakei nama Raden Ario Tirtokoesoemo, pangkat jang blakang sendirie jaitoe djadie Patih die Pasoeroewan sahingga dia wafat taoen 1900 die koeboer die koeboeran blakang mesdjit Pasoeroewan di dalem c. Harie Rebo legie .woekoe Prangbaka! tanggai 8 Januari djam setengah 4 pagie die lahirken nama Raden Bagoes Mohamad Kamaludin njang die biakang pakei nama Raden Ario Soerionegoro, pangkat jang blakang sendirie jaitoe djadie Boepatie die negerie Probolinggo, brentie die dalem taoen 1888 dan meninggal pada harie malem Senen wagee tanggal 16 Maart 1914 djam 3 malem die koeboer die koeboeran Mantjielan (Pasoeroe¬wan) jang seblah kiedoel sendirie. d. Harie Septoe langgal 25 Juli 1846 djam 1/2 3 soree woekoe langkir die lahirken nama Raden Bagoes Mohamad Nasiroedin jang die blakang pakei nama Raden Ario Sosrowinoto pangkat jang blakang sendirie jaitoe djadie Wedono Kebontjandie Pasoe¬roewan berentie dalem tahoen 1884 sekarang misie hiedoep, tingga!; beroemah die Pasoeroewan. e. Harie Senen tanggal 17 April 1848 djam satoe tengah harie die lahirken Raden Bagoes Liaoedin meninggal misie moeda die koeboer die biakang mesdjit Pasoeroewan die dalem gedung. _ f. Harie Kemis pon, woekoenja koeningan tanggal 20 Desember 1849 djam setengah sampai deket pagie die lahirken Raden Bagoes Aboebakar-tadjoeddin jang die blakang pakei nama Raden Ario Soerioamidjoio pangkat jang paling blakang jaitoe djadie Ondercollecteur die Pasoernewan, berhentie dalam taoen 1384 dan meningga! die Pasoeroewan koetieka taoen 1902 die koeboer die biakang mesdjt kotta Pasoeroewan koempoel soedaranja fatza! VIII. a.
Poetro-poetro inie masing-masing pegang besluit darie Kangdjeng Gouvernement bolih, pakei gelaran Ario satoeroenannja6
1661/6 <91+37> ♂ R Sudikno [Pangeran Sedayu]pekerjaan: Asisten collecteur Ngimbang
pekerjaan: Asisten Wedana Sumanding - Bojonegoro; Terakhir bertempat tinggal di Gedongsari - Mojokerto
perkawinan: <63> ♀ R Ajeng Kutrik [RTA Suryoningrat]
perkawinan: <64> ♀ Nama tdk Tercatat (asal Prambon Sidoarjo) [Tdk ada Catatan] b. 29 Agustus 1978
perkawinan:
pekerjaan: Menikah dengan Bupati Sedayu
perkawinan: <65> ♂ Raden Ngabei Djoyowinoto / Raden Aeroeto [Kromodjayan - Kanoman]
Menikah dengan suami kedua : Raden Panji Ismaoen Tjondrowinoto, Bupati Sidoarjo.
Wafat dimakamkan di makam Pekuncen Mojokertopekerjaan: Jombang, Menjabat Patih Jombang
perkawinan: <66> ♀ Raden Ayu Umisalamah [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <67> ♀ Nama tidak tercatat (garwo ampeyan (No:2)) [.]
perkawinan: <68> ♀ nama tidak tercatat (garwo ampeyan (No:3)) [..]
perkawinan: <69> ♀ Mas Ayu Fatimah (Garwo ampeyan(No:4)) [Surabaya]
perkawinan: <70> ♀ Mas Ayu nama tidak tercatat (Garwo No:1) [nama tidak tercatat]
perkawinan: <187!> ♀ Raden Ayu Louisah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
pekerjaan: Sidoarjo, Menjabat Patih
perkawinan: <71> ♀ Raden Ayu Soemarmi [Hendrokusumo - dinasti HAN]
perkawinan: <72> ♀ Raden Ayu Nama tidak tercatat [Kusumoadiputro]
perkawinan: <73> ♀ Raden Ayu Siti (Istri No:3) [Surabaya]
pekerjaan: Jombang, Menjabat Asisten Wedana Perak
perkawinan: <188!> ♀ Raden Ayu Maslinah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <74> ♀ Mas Ayu / Garwo Ampeyan . (Nama Tidak Tercatat) [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <188!> ♀ Raden Ayu Maslinah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] , <74!> ♀ Mas Ayu / Garwo Ampeyan . (Nama Tidak Tercatat) [Tdk ada Catatan]
pekerjaan: di Pasuruan, Menjabat Bupati Bangil. Alumni Pendidikan Hoofenschool Probolinggo
perkawinan: <186!> ♀ Raden Ayu Karlinah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <75> ♂ Raden Tumenggung Soendjotoningrat [Womdokusuman Nangkaan - Bondowoso]
perkawinan: <76> ♂ Raden Bei Taranggono Kromoadiredjo [Kromodiredjo]
pekerjaan: Surabaya, Menjabat onder collecteur Surabaya
perkawinan: <77> ♀ Raden Ayu nama tidak tercatat (puteri Raden Ngabei Kromoadiwinoto ( R Mahmoet )) [Kromodjayan - Kanoman]
wafat: Mojokerto, Wafat dalam usia balita
perkawinan: <212!> ♂ Raden Prawoto / Raden Tumenggung Arya Notodiningrat V [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
wafat: Wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Asri Kromodjayan di desa Terusan, Kab Mojokerto
perkawinan: <180!> ♂ Raden Tumenggung Kromodjoyodiningrat (Raden Prawoto) [Kromodjayan - Kanoman]
Saudara sekandung: No:2. Raden Ayu Christinah; No:3. Raden Tumenggung Notodiningrat (Prawoto)
Raden Ayu Karlinah wafat dimakamkan di Bangilperkawinan: <177!> ♂ Raden Ngabei Kromoadiwinoto (Raden Katjanadi) [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <179!> ♂ Raden Ngabei Kromodjoyodirono / Raden Ibnoe Chadjar [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <179!> ♂ Raden Ngabei Kromodjoyodirono / Raden Ibnoe Chadjar [Kromodjayan - Kanoman] , <74!> ♀ Mas Ayu / Garwo Ampeyan . (Nama Tidak Tercatat) [Tdk ada Catatan]
pekerjaan: Bojonegoro, Kepala Kantor Agraria (BPN), pindah Madiun.
perkawinan: <484!> ♀ Raden Ayu Kusumo Wardani Suwari [Kromodjayan - Kanoman] b. 29 Desember 1929 d. 4 Maret 1957
perkawinan: <174!> ♂ RAA Kromodjoyo Adinegoro IV / Raden Mashudan [Kromodjayan - Kanoman] d. 15 Maret 1934
Bupati Malang III R Ay Katarinah wafat Sabtu Wage 22 Oktober 1937
dimakamkan di Sentonoasri Kromodjayan Mojokertoperkawinan: <197!> ♂ Raden Bagus Mohamad Kamaloedin / Raden Tumenggung Arya Soerioningrat [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] b. 8 Januari 1845 d. 16 Maret 1914
perkawinan: <78> ♂ Raden Adipati Panji Arya Tjokronegoro IV / R Bagus Abdulkadir Djaelani [Ki Ageng Brondong]
perkawinan: <122!> ♂ Raden Panji Soeryopoetro [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <122!> ♂ Raden Panji Soeryopoetro [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] , <48!> ♂ Raden Soebadi [Tdk ada catatan]
wafat: Wafat usia muda, dimakamkan di Pesarean Gribig Malang.
perkawinan: <79> ♂ Raden Haryo Widjoyo / Raden Sigit [Sentot Alibasha Prawirodirdjo]
pekerjaan: Bupati Bondowoso
perkawinan: <185!> ♀ Raden Ayu Soemarni / Genoek [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <80> ♀ Raden Ayu Soemarliyah [RAP Tjondronegoro]
pekerjaan: Mantri Gudang Kopi di Jenggala
pekerjaan: Assisten Wedana,Di Kasembon Blitar. Ditangkap Jepang Karena mendirikan Perguruan di MAGUWAN-Malang; Dan dibuang ke Ambrawa – Jateng.
penguburan: Astana Gunungsari, Kartasura, Sukoharjo
perkawinan: <82> ♀ Raden Roro Ngaliyah [Mahesokatang]
perkawinan: <83> ♀ Raden Ayu Sosrokusumo [Sosrokusumo]
perkawinan: <84> ♀ Raden Ayu Sumoasmoro [Sumoasmoro]
perkawinan: <85> ♀ Raden Ayu Gondoasmoro [Nitipuro]
penguburan: Kartasura, Sukoharjo
perkawinan: <230!> ♀ Raden Ayu Kustiyah [Amangkurat IV]
perkawinan: <86> ♀ Raden Ayu Pujokusumo [Pujokusumo]
gelar: 30 Desember 1861 - 16 Maret 1893, Surakarta, Susuhunan Surakarta IX bergelar Pakubuwono IX
wafat: 16 Maret 1893, Surakarta
Kisah Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Duksino, putra Pakubuwana VI. Ia masih berada di dalam kandungan ketika ayahnya dibuang ke Ambon oleh Belanda karena mendukung pemberontakan Pangeran Diponegoro. Ia sendiri kemudian lahir pada tanggal 22 Desember 1830.
Pakubuwana IX naik takhta menggantikan Pakubuwana VIII (paman ayahnya) pada tanggal 30 Desember 1861. Pemerintahannya ini banyak dilukiskan oleh Ronggowarsito dalam karya-karya sastranya, misalnya dalam Serat Kalatida.
[[Hubungan antara Pakubuwana IX dengan Ronggowarsito]] sendiri kurang harmonis karena fitnah pihak Belanda bahwa Mas Pajangswara (ayah Ronggowarsito yang menjabat sebagai juru tulis keraton) telah membocorkan rahasia persekutuan antara Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro. Akibatnya, Pakubuwana VI pun dibuang ke Ambon. Hal ini membuat Pakubuwana IX membenci keluarga Mas Pajangswara, padahal juru tulis tersebut ditemukan tewas mengenaskan karena disiksa dalam penjara oleh Belanda.
Ronggowarsito sendiri berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah Serat Cemporet. Saat itu karier Ronggowarsito sendiri sudah memasuki senja. Ia mengungkapkan kegelisahan hatinya melalui Serat Kalatida, karyanya yang sangat populer.
Dalam Serat Kalatida, Ronggowarsito memuji Pakubuwana IX sebagai raja bijaksana, namun dikelilingi para pejabat yang suka menjilat mencari keuntungan pribadi. Zaman itu disebutnya sebagai Zaman Edan.
Pemerintahan Pakubuwana IX berakhir saat kematiannya pada tanggal 16 Maret 1893. Ia digantikan putranya sebagai raja Surakarta selanjutnya, bergelar Pakubuwana X.pekerjaan: Patih di Bangil, pensiun th 1900
penguburan: Pasuruan, Makam belakang masjid Kota Pasuran, letaknya di luar gedong sebelah barat.
perkawinan: <87> ♀ Raden Ayu Saedah [Kg Pang.Prawiroadiningrat 1 - Besuki]
pekerjaan: Bupati Probolinggo 1879-1889; Pensiuan 1888
perkawinan: <195!> ♀ Raden Ayu Satiah [R.Tumenggung Soeryoamidjoyo]
perkawinan: <88> ♀ Tio Kiong Nio ( Aminah ) [Tio Gwan Djoe]
wafat: 16 Maret 1914, Pasuruan hari Ahad / malem Senin Wage jam 03.00, Dimakamkan di Mancilan Pasuruan. Letak disebelah selatan sendiri
pekerjaan: Pasuruan, Wedana Keboncandi-Pasuruan; pensiun 1884
perkawinan: <89> ♀ ( Garwo Selir ; Nama tdk Tercatat ) [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <90> ♀ Raden Ayu Haisah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <130!> ♀ Raden Ayu Pademinah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
wafat: Pasuruan, Wafat dalam usia muda. DImakamkan di belakang Masjid Pasuruan didalam gedong.
lahir: 1902, Pasuruan, Makam di belakang Masjid kota Pasuruan
pekerjaan: * Ondercollecteur Pasuruan NB: RB ABU BAKAR diasingkan ke Padang-Sumatera oleh Belanda. Keadaan ini telah diramal oleh “Embah IMAM SOEDJONO” dari Gunung Kawi adalah Guru dari R Ay. BONI atau Ibu RB ABU BAKAR . Dalam pengasingannya didampingi oleh R
wafat: 1882, Surakarta
perkawinan: <91> ♂ Raden Ngabei Djoyosoebroto [Bratadiningrat - Banyumas]
wafat: 1920, Wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Asri Kromodjayan di Desa Terusan Mojokerto
pekerjaan: MOJOKERTO, Bupati Ridder Mojokerto Th.1894-1916 Lulusan sekolah HBS Surabaya Th.1875
gelar: Atas jasa-jasa R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro IV terhadap bidang kepurbakalaan, Pemerintah Belanda pada tahun 1925 memberikan bintang kepadanya dan gelar Ridder In de Orde yan den Nederlandschen Leeuw.
perkawinan: <92> ♂ R Ayu Murtasijah [Mas Ng Reksokusumo]
perkawinan: <191!> ♀ Raden Ayu Katarinah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
wafat: 15 Maret 1934, Mojokerto, Dimakamkan di Pesarean Sentono Asri di ds Terusan, Mojokerto
pekerjaan: Jaksa Landrad di Sidoarjo
perkawinan: <93> ♀ Raden Ayu Djamaliah [Ki Abdullah - Batu Ampar - Guluk Guluk - Sumenep]
wafat: 1960, Wafat dimakamkan di Pesarean Gribig Malang.
perkawinan: <40!> ♀ R Ay Siti Chotidjah [R Panji Ronokoesoemo] , <41!> ♀ Mas Ayu Kaminah [Dermoyudo] , <42!> ♀ Mas Ayu Daliyah [Tdk ada catatan] , <107!> ♂ RTA Notodiningrat III / Raden Arya Soleko [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] , <43!> ♀ Nyai Tas [Tdk ada catatan] , <44!> ♀ Mas Ayu Sarminah [Dermoyudo]
perkawinan: <98> ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Joyowinoto [?]
perkawinan: <99> ♂ Kanjeng Gusti Timur Muhammad Suryengalogo [Hb.5.9] / Raden Mas Muhammad [Hb.3.2.22.1] [Hamengku Buwono V] b. 17 Juni 1855 d. 12 Januari 1901
Persahabatan yang akrab antara Pangeran Kusumoyudo dengn RAA Cokronagoro I dipererat dengan menikahkan putra mereka. Yakni RAA Cokronagoro II dengan salah satu putri Pangeran Kusumoyudo. Dari hasil perkawinan tersebut dikarunia enam orang anak. Selain RAA Cokronagoro III yang menjabat Bupati di Kabupaten Purworejo, adik perempuannya juga dinikahi oleh Raden Adipati Suryo Adikusumo Bupati Wonosobo.
Masa pemerintahan RAA Cokronagoro III tidak begitu lama, berbeda dengan ayah atau kakeknya yang memerintah Kabupaten Purworeji sampai puluhan tahun. RAA Cokronagoro III hanya memerintah selama 11 tahun. Hal itu karena RAA Cokronagoro III sering sakit-sakitan. Akibat fisiknya sangat lemah kemudian RAA Cokronagoro III mengundurkan diri sebagai bupati. Kedudukannya digantikan oleh putra ketiganya, yakni Raden Mas Tumenggung Sugeng yang selanjutnya bergelar RAA Cokronagoro IV.
Ketika RAA Cokronagoro IV memerintah, Pasar Baledono yang direncanakan pada masa pemerintahan RAA Cokronagoro II sudah mulai tumbuh dan berkembang. Tetapi RAA Cokronagoro III tidak sempat membenahi pasar tersebut karena terlanjur sakit-sakitan. RAA Cokronagoro III mempunyai 14 putra. Sayangnya dari catatan yang ada tidak pernah disebutkan secara pasti berapa istrinya. Masyarakat hanya mengetahui dan mengenal istri RAA Cokronagoro III Raden sepuh Nganten Subur Danuasmoro.7
perkawinan: <100> ♀ Ny Abdul Rachman (asal Sunda) [Sunda]
pekerjaan: * Jaksa landrad Kabupaten Pasuruan 1935 s/d 1951 * Patih BANYUWANGI 1951 s/d 1958 * Bupati SITUBONDO 1958 s/d 1962
perkawinan: <101> ♀ Raden Ayu Miyati / Raden Ayu Mamiek [R Hariono Widjoyo]
perkawinan: <102> ♂ R Moch Hasan Notoasmoro [Notoasmoro]
pekerjaan: Wedana disrict Tengahan Lamongan
perkawinan: <103> ♀ R Ayu Sapiah [RAA Tjokronegoro IV]
perkawinan: <104> ♂ Raden Adipati Panji Arya Soeryowinoto II (Raden Panji Imbran) [RAA Suryowinoto I]
- 1)Silsilah K5 (Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan Surabaya) oleh R Tumrnggung Arya Notoadikoesoemo/Zainal Fattah) dan Yayasan Sentono Boto Putih Surabaya, Selesai pada tgl 06-12-1956. 50 Halaman
- 2)Silsilah Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan-Nitiadingrat_Notodiningrat-Bustaman-Poesponegoro-HAN dinasty, oleh R.Bagus Yasin/R Ngabei Kromodjoyoadirono, Selesai pada tgl 10 Maret 1960, 102 halaman.
- 3)Silsilah Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong, oleh R Panji Arya Makmoer; Selesai tgl 01-08-1966 .
Didalam Website:http://id.rodovid.org/wk xxxxx yang dikerjakan oleh Haji R.Widodo AS, di Surabaya pd tgl. 14 Juni 2010 bersama hard copy. Sehubungan pengunggah adalah masih keturunan Trah :
- dari Eyang Kakung garis Ibu, adalah sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini, binti R.B.Roestamadji_R Ay Koesmini_, bin R Mashoedan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro IV(Bupati Mojokerto), bin R Aersadan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro III, (Bupati Mojokerto), bin R.Ismail/Mas Bei Kromowidjoyo, bin Kyai Onggodjoyo, bin Mas Pekik/Kyai Tumenggung Dermoyudo V - Bupati Surabaya
- Dari Eyang Putri Garis Ibu, adalh sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini. binti R Ay Koesmini_R.B.Roestamadji, bin R.Ng.Djajasoebrata bin R Tumenggung Djayadiredja, bin R Bei Kertadiredja, bin R Adipati Brotodiningrat, Bupati Purwokerto 1816-1830.
- dari Eyang Kakung garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach.Soesandi, bin R Ach Notoadiputro, bin R Panji Djoyoprayitno, bin RM Bei Prawirodirdjo, bin RM Tumenggung Djoyodirono III, bin RM Adipati Djoyodirono II, Kyai Tumenggung Djoyodirono I(Bupati Kanoman Surabaya), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
- dari Eyang putri garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach Soesandi, bin R Ayu Artinah, binti R Hardjoadiwinoto, bin R Ngabei Kertoyudo II, bin R.Panji Djayengrono/RTP Tjokronegoro I, bin Kyai Tumenggung Djimat Tjondronegoro (Bupati Kasepuhan Surabaya 1752-1783), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
Pengunggah Silsilah juga membuat Silsilah dari pancer keluarga kedua orang tua (Ayah/Ibu) serta keluarga kedua Eyang_Buyut, diantaranya adalah:
- Trah Kyai Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran _ Surabaya
- Trah Kyai Dermoyudo_Surabaya s/d Trah Kromodjayan Kasepuhan-Kanoman (Surabaya_Mojokerto)
- Trah Kyai Nitiadiningrat_Pasuruan s/d Trah Notodiningrat III_Malang
- Trah Brotodiningratan Banyumas
- Trah Kyai Tumenggung Poesponegoro Gresik
- Trah R Adipati Panji Arya Suryowinoto_Gresik
- Trah Kyai Abdullah - Sumenep Madura;
Serta Silsilah dati pancer isteri pengunggah Silsilah Hj Sri Lestari Handayani dari pancer keluarga kedua orang tua, dalah sbb
- Trah Sultan Trenggana_Demak Bintoro;
- Trah Bandoro Pangeran Harya Soeronegoro (menantu Susuhunan PB II Surakarta)
- Trah nDoro HOOP_Pekalongan.
Saya sangat menyetujui dari yang ditulis oleh leluhur R.Sastrodihardjo dalam Penutup Sarasilah Diposoepanan, mengenai: PENGET: "Serat sarasilah poeniko kasimpen ingkang ngatos-atos, kengingo kangge tjepenganipoen poetro wajah panjenengan ing tembe wingking. Kedjawi saking poeniko, menawi wonten lepatipoen, kirang-langkoengngipoen, toewin wonten ewah-ewahanipoen, kadosto ewahing poetro, moegi karsohon ngewahi pijambak." ( Silsilah ini untuk disimpan dengan hati-hati, agar dapat dipergunakan sebagai pegangan anak cucu semua dibelakang hari. Selain dari hal tersebut, apabila ada kesalahan, kurang lebihnya serta ada perubahan, seperti misalnya tambahnya putra. Sudi apakiranya untuk menambahkan."
Dalam menjalankan amanat PENGET tersebut, perlu pengunggah tegaskan bahwa setiap SILSILAH YANG DIBUAT OLEH SIAPAPUN, DIHARAPKAN BERTUJUAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEAKRABAN/SILATUROCHMI KELUARGA SEMATA, GUNA MENCAPAI IKATAN KELUARGA YANG KUAT_ SEHAT_SEJAHTERA, TERLEPAS DARI HAL-HAL NEGATIF (Politis, Agama, Kepentingan pribadi, dan Diskriminasi); Mengingat kemajuan Jaman dan Kaidah Agama, maka keberadaan Silsilah dapat dipakai sebagai pedoman untuk beberapa hal yang perlu dihindari dalam hidup berkeluarga,dijelaskan dalam Kitab suci Al Qur'an, Surat An Nisaa
- ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
- ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
- ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Sedangkan pratijau dari Ilmu pengetahuan yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ( akibat in-sex ); serta Hukum dan Budaya.
- Catatan :
Jenjang susunan pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap /sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:
- Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal yang menurunkan
- Level/urutan 1 = Anak / putera
- Level/urutan 2 = Cucu
- Level/urutan 3 = Buyut
- Level/urutan 4 = Canggah
- Level/urutan 5 = Wareng
- Level/urutan 6 = Udeg-udeg
- Level/urutan 7 = Gantung Siwur
- Level/urutan 8 = Gropak senthe
- Level/urutan 9 = Debog bosok
- Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya fasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy penyusun gunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah). Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.
Hormat Pengunggah,
HR Widodo AS,pekerjaan: * djoeroetoelis Controleur Prambon * Asisten Wedana Ngebel Ponorogo Th.1910-1940. Beslite(SK)COJ tgl:15 Maret 1930 No:660/23 jo: Beslite Resident Ponorogo tgl 18 Mei 1930
perkawinan: <467!> ♀ Raden Ajeng Sadjatienah / Raden Ayu Yasin (Raden Beij Kromodjoioadirono) [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan] b. 15 September 1849, Mojokerto
Masa kerja Th 1910 sd. 1940.; Pendidikan: * OSVIA Probolinggo – 1908; * Diploma Kluenabternars 1910 Pemilik Bahroel Laut; Tempat tinggal di Kalisari Sayangan C III/11a Surabaya.
Wafat dimakamkan di Sentonoasri – Kromodjayan Mojokerto:pekerjaan: Besuki, Menjabat Wedana
perkawinan: <105> ♀ Raden Ayu Louisaminah (Gareng) [Notodiningrat - Kromodjayan]
perkawinan: <106> ♀ Raden Ayu Chadjariyah (Pah) [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <107> ♀ Mas Ayu Asminah [Tdk ada catatan]
pekerjaan: Lamongan, Menjabat Asisten Wedana Modo
perkawinan: <298!> ♀ Raden Ayu Koesmini [Bratadiningrat - Banyumas] b. 1901 bur. 1920
wafat: Mojokerto, Wafat dalam usai muda
wafat: Mojokerto, putri no: 7 wafat dalam usia 5 bulan, bersama kembarannya putri no 8 Raden Ajeng Moertini
wafat: Mojokerto, putri no: 8 wafat dalam usia 5 bulan, bersama kembarannya putri no 7 Raden Ajeng Moertinah
wafat: Mojokerto, Wafat usia 6 tahun ( hari wafat bertepatan hari M.W.Wihelmina dinobatkan sebagai raja Belanda )
pekerjaan: Nganjuk, Menjabat Wedana(saat itu jaman penjajahan Jepang )
perkawinan: <108> ♀ Raden Ayu Sudarinah ((3)) [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <109> ♀ Mas Ayu Saminah (1) [Tdk ada Catatan] , <110> ♀ Raden Ayu Rahayu (2) [Tdk ada Catatan]
wafat: Surabaya, Wafat dimakamkan di sentono Botoputih Surabaya; Perihal Pemakaman RB Fayaqoen: belum ada catatan dari keluarga sebab-sebabnya, yang semestinya di makamkan di Pesarean Sentono Asri Kromodjyan Kanoman di Ds Tersuan Mojokerto.
Dengan mengucap Syukur Ke hadirat ALLAH Subbhanawattaalla, pengunggah telah dapat mengupdate Sarasilah KROMODJAYAN KASPEUHAN dan KANOMAN, diunggah dari data asli:
- 1)Silsilah K5 (Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan Surabaya) oleh R Tumrnggung Arya Notoadikoesoemo/Zainal Fattah) dan Yayasan Sentono Boto Putih Surabaya, Selesai pada tgl 06-12-1956. 50 Halaman
- 2)Silsilah Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan-Nitiadingrat_Notodiningrat-Bustaman-Poesponegoro-HAN dinasty, oleh R.Bagus Yasin/R Ngabei Kromodjoyoadirono, Selesai pada tgl 10 Maret 1960, 102 halaman.
- 3)Silsilah Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong, oleh R Panji Arya Makmoer; Selesai tgl 01-08-1966 .
Didalam Website:http://id.rodovid.org/wk xxxxx yang dikerjakan oleh Haji R.Widodo AS, di Surabaya pd tgl. 14 Juni 2010 bersama hard copy. Sehubungan pengunggah adalah masih keturunan Trah :
- dari Eyang Kakung garis Ibu, adalah sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini, binti R.B.Roestamadji_R Ay Koesmini_, bin R Mashoedan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro IV(Bupati Mojokerto), bin R Aersadan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro III, (Bupati Mojokerto), bin R.Ismail/Mas Bei Kromowidjoyo, bin Kyai Onggodjoyo, bin Mas Pekik/Kyai Tumenggung Dermoyudo IV - Bupati Surabaya
- Dari Eyang Putri Garis Ibu, adalah sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini. binti R Ay Koesmini_R.B.Roestamadji, bin R.Ng.Djajasoebrata bin R Tumenggung Djayadiredja, bin R Bei Kertadiredja, bin R Adipati Brotodiningrat, Bupati Purwokerto 1816-1830.
- dari Eyang Kakung garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach.Soesandi, bin R Ach Notoadiputro, bin R Panji Djoyoprayitno, bin RM Bei Prawirodirdjo, bin RM Tumenggung Djoyodirono III, bin RM Adipati Djoyodirono II, Kyai Tumenggung Djoyodirono I(Bupati Kanoman Surabaya), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
- dari Eyang putri garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach Soesandi, bin R Ayu Artinah, binti R Hardjoadiwinoto, bin R Ngabei Kertoyudo II, bin R.Panji Djayengrono/RTP Tjokronegoro I, bin Kyai Tumenggung Djimat Tjondronegoro (Bupati Kasepuhan Surabaya 1752-1783), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
Pengunggah Silsilah juga membuat Silsilah dari pancer keluarga kedua orang tua (Ayah/Ibu) serta keluarga kedua Eyang_Buyut, diantaranya adalah:
- Trah Kyai Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran _ Surabaya
- Trah Kyai Dermoyudo_Surabaya s/d Trah Kromodjayan Kasepuhan-Kanoman (Surabaya_Mojokerto)
- Trah Kyai Nitiadiningrat_Pasuruan s/d Trah Notodiningrat III_Malang
- Trah Brotodiningratan Banyumas
- Trah Kyai Tumenggung Poesponegoro Gresik
- Trah R Adipati Panji Arya Suryowinoto_Gresik
- Trah Kyai Abdullah - Sumenep Madura;
Serta Silsilah dati pancer isteri pengunggah Silsilah Hj Sri Lestari Handayani dari pancer keluarga kedua orang tua, dalah sbb
- Trah Sultan Trenggana_Demak Bintoro;
- Trah Bandoro Pangeran Harya Soeronegoro (menantu Susuhunan PB II Surakarta)
- Trah nDoro HOOP_Pekalongan.
Saya sangat menyetujui dari yang ditulis oleh leluhur R.Sastrodihardjo dalam Penutup Sarasilah Diposoepanan, mengenai: PENGET: "Serat sarasilah poeniko kasimpen ingkang ngatos-atos, kengingo kangge tjepenganipoen poetro wajah panjenengan ing tembe wingking. Kedjawi saking poeniko, menawi wonten lepatipoen, kirang-langkoengngipoen, toewin wonten ewah-ewahanipoen, kadosto ewahing poetro, moegi karsohon ngewahi pijambak." ( Silsilah ini untuk disimpan dengan hati-hati, agar dapat dipergunakan sebagai pegangan anak cucu semua dibelakang hari. Selain dari hal tersebut, apabila ada kesalahan, kurang lebihnya serta ada perubahan, seperti misalnya tambahnya putra. Sudi apakiranya untuk menambahkan."
Dalam menjalankan amanat PENGET tersebut, perlu pengunggah tegaskan bahwa setiap SILSILAH YANG DIBUAT OLEH SIAPAPUN, DIHARAPKAN BERTUJUAN UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEAKRABAN/SILATUROCHMI KELUARGA SEMATA, GUNA MENCAPAI IKATAN KELUARGA YANG KUAT_ SEHAT_SEJAHTERA, TERLEPAS DARI HAL-HAL NEGATIF (Politis, Agama, Kepentingan pribadi, dan Diskriminasi); Mengingat kemajuan Jaman dan Kaidah Agama, maka keberadaan Silsilah dapat dipakai sebagai pedoman untuk beberapa hal yang perlu dihindari dalam hidup berkeluarga,dijelaskan dalam Kitab suci Al Qur'an, Surat An Nisaa
- ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
- ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
- ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Sedangkan pratijau dari Ilmu pengetahuan yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ( akibat in-sex ); serta Hukum dan Budaya.
- Catatan :
Jenjang susunan pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap /sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:
- Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal yang menurunkan
- Level/urutan 1 = Anak / putera
- Level/urutan 2 = Cucu
- Level/urutan 3 = Buyut
- Level/urutan 4 = Canggah
- Level/urutan 5 = Wareng
- Level/urutan 6 = Udeg-udeg
- Level/urutan 7 = Gantung Siwur
- Level/urutan 8 = Gropak senthe
- Level/urutan 9 = Debog bosok
- Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya fasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy penyusun gunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah). Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.
Hormat Penulis &/ Pengunggah,
HR Widodo AS,pekerjaan: Pasuruan, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Pasuruan
perkawinan: <111> ♀ Raden Ayu putri dari Raden Panji Kusumaningprodjo [Nitidiningrat]
perkawinan: <112> ♂ R Abdul Rasyid Tangahoo [Gorontalo]
pekerjaan: di Mojokerto menjabat Onderofizchter Begentschab Worken; kemudian menjabat Seksie Ingeneiur Boowkundige (kepala Seksi PU) di Malang, saat itu pensiun bertempat tinggal di Jl Polowijen Blimbing Malang. Kemudian pindah Solo (Penumping).
perkawinan: <113> ♀ Raden Ayu Siti Latpanun [Yogjakarta] , <114> ♀ Mas Ayu Minem [Yogjakarta]
perkawinan: <115> ♀ Raden Ayu Surarti [Yogjakarta]
perkawinan: <116> ♂ Muhammad Abdul Rais [Abdul]
perkawinan: <117> ♂ Raden Panji Mas Soelaiman Tjondrodiningrat [Tjondronegoro]
perkawinan: <118> ♂ Raden Panji Sardjono [Suryowinoto - Tjkraningrat Madura Barat]
perkawinan: <119> ♂ Raden Djayoesman [.]
pekerjaan: Pacitan, Jaksa Landraad. Wafat dimakamkan di Jombang.
wafat: Wafat usia muda
pekerjaan: Kediri, Menjabat Hakim ( deorzitter Landraad);
perkawinan: <120> ♂ Raden Soedarmo [.]
pekerjaan: di Jombang, Asisten Wedana Bareng
pekerjaan: Pegawai DKA (PJKA) di Kediri
pekerjaan: Surabaya, Mantri Polisi Drio Gunung Kendeng.
wafat: Wafat usia muda
gelar: Lamongan, penjual candu di Sukorame
perkawinan: <121> ♂ Raden Bagus Massoewoso (Raden Ngabei Kromoadiprodjo) [Kromodjayan - Kanoman]
perkawinan: <122> ♀ Raden Ayu Thek [Djoyosubroto]
pekerjaan: Jombang, pemimpin kesenian Ludruk Kepanjen, dan dikenal ahli dalam bidang seni karawitan gamelan.
perkawinan: <123> ♂ Siswanto [Karto Prawiro] b. April
perkawinan: <124> ♂ Darmanto [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <125> ♂ Pontjo Sasmitono [Sasmitono] b. April
pekerjaan: Asisten Wedana Setro Prambon Sidoarjo.
pekerjaan: Wedono Bulang Sidoarjo, tahun 1905 Jumeneng BupatiSurabaya nsms gelar Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro V.
perkawinan: <126> ♀ Raden Ayu Oemi Salamah [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
wafat: Wafat di Jakarta, dimakamkan di Makam Kramat Karet - Jakarta.
pekerjaan: Pegawai B.O.N Pasuruan
pekerjaan: Pegawai B.O.N. Pasuruan
pekerjaan: Wedana Singosari
perkawinan: <127> ♀ Raden Ayu Sasmini [RAPA Tjokronegoro V]
perkawinan: <128> ♀ Siti Soendari [Tdk ada catatan]
pekerjaan: Jurutulis onder colleteur Singosari Malang
wafat: Wafat usia muda
perkawinan: <129> ♂ Raden Koesoemoamidjoyo [Tdk ada Catatan]
perkawinan:
perkawinan: <130> ♂ Raden Pringgosoedirdjo [Trah Kanoman - Surabaya]
gelar: NB Menikah dengan R Tjondrowidjoyo , IAB Lumajang
pekerjaan: Patih Malang 1887-1960
penguburan: Malang, Astana Gribig - Malang
pekerjaan: Assisten Wedana Karang Ploso - Malang
perkawinan: <131> ♂ Raden Soehernowo [Tdk ada catatan] b. 12 Desember 1928 d. 1983
perkawinan: <132> ♂ Raden Satriyo [Tdk ada catatan]
perkawinan: <133> ♂ Raden Panji Notodiputro [Tdk ada Catatan]
perkawinan:
perkawinan: <134> ♂ R Brahim Tjondrowinoto [Tdk ada Catatan]
pekerjaan: Pasuruan, Wedana Wangkal, kemudian Wedana Kota Pasuruan
pekerjaan: Bupati Banyuwangi
perkawinan: <135> ♀ Raden Ayu Roek [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <136> ♀ Raden Ayu Roestinah [Tdk ada Catatan]
perkawinan:
perkawinan: <137> ♂ R Djoyosasmito [Tdk ada Catatan]
penguburan: Astana Sondakan, Surakarta
perkawinan: <142> ♀ Raden Nganten Setijoningsih [Roto]
penguburan: Astana Turiloyo, Surakarta
penguburan: Astana Tejabang, Simo, Boyolali
penguburan: Pajang, Laweyan, Surakarta
penguburan: Imogiri, Bantul
penguburan: Astana Manang Kaonderan, Grogol, Sukoharjo
perkawinan: <231!> ♀ Ratu Mandayaretna [Pakubuwono III]
perkawinan: <147> ♀ B. R. A. Soemarti [Mangkunegara IV]
perkawinan: <148> ♀ R. A. Pandamroekmi [Pandamroekmi]
perkawinan: <149> ♀ R. A. Tranggonoroekmi [Tranggonoroekmi]
perkawinan: <240!> ♀ B. R. A. Retno Poernomo [Rejodipuro]
gelar: 30 Maret 1893 - 1 Februari 1939, Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana X
perkawinan: <150> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Hemas [Hb.7.61] [Hamengku Buwono VII] d. 28 Mei 1944, Yogyakarta
wafat: 1 Februari 1939, Surakarta
Kisah Kelahiran Nama aslinya adalah Raden Mas Malikul Kusno, putra Pakubuwana IX yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah, pada tanggal 29 November 1866. Konon, kisah kelahirannya menjadi cermin ketidakharmonisan hubungan antara ayahnya dengan pujangga Ranggawarsita. Dikisahkan, pada saat Ayu Kustiyah baru mengandung, Pakubuwana IX bertanya apakah anaknya kelak lahir laki-laki atau perempuan. Ranggawarsita menjawab kelak akan lahir hayu. Pakubuwana IX kecewa mengira anaknya akan lahir cantik alias perempuan. Padahal ia berharap mendapat bisa putra mahkota dari Ayu Kustiyah.
Selama berbulan-bulan Pakubuwana IX menjalani puasa atau tapa brata berharap anaknya tidak lahir perempuan. Akhirnya, Ayu Kustiyah melahirkan Malikul Kusno. Pakubuwana IX dengan bangga menuduh ramalan Ranggawarsita meleset.
Ranggawarsita menjelaskan bahwa istilah hayu bukan berarti ayu atau "cantik", tetapi singkatan dari rahayu, yang berarti "selamat". Mendengar jawaban Ranggawarsita ini, Pakubuwana IX merasa dipermainkan, karena selama berbulan-bulan ia terpaksa menjalani puasa berat.
Ketidakharmonisan hubungan Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita sebenarnya dipicu oleh fitnah pihak Belanda yang sengaja mengadu domba keturunan Pakubuwana VI dengan keluarga Yasadipuran.
Masa Pemerintahan
Kereta khusus untuk mengangkut jenazah Pakubuwana X ke Yogyakarta menuju pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri.Malikul Kusno naik takhta sebagai Pakubuwana X pada tanggal 30 Maret 1893 menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Masa pemerintahannya ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang cenderung stabil, di samping itu juga merupakan penanda babak baru bagi Kasunanan Surakarta dari kerajaan tradisional menuju era modern.Pakubuwono X menikah dengan Ratu Hemas (putri Raja Hamengkubuwono VII) dan dikaruniai seorang putri yang bernama GKR Pembajoen
Meskipun berada dalam tekanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda, namun melalui simbol budayanya Pakubuwana X tetap mampu mempertahankan wibawa kerajaan. Pakubuwana X sendiri juga mendukung organisasi Sarekat Islam cabang Solo, yang saat itu merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional Indonesia.
Pakubuwana X meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 1939. Ia disebut sebagai [[Sunan Panutup]] atau raja besar Surakarta yang terakhir oleh rakyatnya. Pemerintahannya kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Pakubuwana XI.perkawinan: <151> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Hangger II [Hb.7.33] [Hamengku Buwono VII] , <152> ♀ R. A. Setiopoespito [Setiopoespito] b. 1894? d. 16 Mei 1985
wafat: 16 Januari 1956
penguburan: Imogiri, Bantul
perkawinan: <153> ♀ Raden Ayu Kuspariyah / Gusti Kanjeng Ratu Pakoe Boewono [Pakubuwono]
perkawinan: <154> ♀ G. K. R. Kentjono [Sosrodiningrat]
perkawinan: <155> ♀ R. A. Dojoresmi [Dojoresmi]
perkawinan: <156> ♀ R. A. Dojoningsih [Dojoningsih]
perkawinan: <157> ♀ R. A. Dojosoemo [Dojosoemo]
perkawinan: <158> ♀ R. A. Dojoasmoro [Dojoasmoro]
perkawinan: <159> ♀ R. A. Dojoningrat [Dojoningrat]
gelar: 26 April 1939 - 1945, Surakarta, Raja Kasunanan Surakarta Ke-10 [1939-1945]
wafat: 1945, Surakarta
Riwayat Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Antasena, putra Pakubuwana X yang lahir dari permaisuri Ratu Mandayaretna, pada tanggal 1 Februari 1886. Ia naik takhta sebagai Pakubuwana XI pada tanggal 26 April 1939.
Pemerintahan Pakubuwana XI terjadi pada masa sulit, yaitu bertepatan dengan meletusnya Perang Dunia Kedua. Ia juga mengalami pergantian pemerintah penjajahan dari tangan Belanda kepada Jepang sejak tahun 1942. Pihak Jepang menyebut Surakarta dengan nama Solo Koo.Ia digantikan Pakubuwana XIIperkawinan: <256!> ♂ R Ng Kromodjoyodipoero / RB Roestamadji [Kromodjayan - Kanoman]
penguburan: 1920, Mojokerto, Dimakamkan di Pesarean Sentono Asri Kromodjayan, Ds Terusan Mojokerto (utara sungai Brantas arah jalan ke Lamongan )
pekerjaan: Krian Sidoarjo, Asisten Wedana Balongpanggang
perkawinan: <160> ♀ Raden Ayu Artinah Notoadiputro [Ki Ageng Brondong]
wafat: 1921, Mojokerto, Dimakamkan di Mojokerto
- 1)Silsilah K5 (Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan Surabaya) oleh R Tumrnggung Arya Notoadikoesoemo/Zainal Fattah) dan Yayasan Sentono Boto Putih Surabaya, Selesai pada tgl 06-12-1956. 50 Halaman
- 2)Silsilah Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan-Nitiadingrat_Notodiningrat-Bustaman-Poesponegoro-HAN dinasty, oleh R.Bagus Yasin/R Ngabei Kromodjoyoadirono, Selesai pada tgl 10 Maret 1960, 102 halaman.
- 3)Silsilah Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong, oleh R Panji Arya Makmoer; Selesai tgl 01-08-1966 .
Didalam Website:http://id.rodovid.org/wk xxxxx yang dikerjakan oleh Haji R.Widodo AS, di Surabaya pd tgl. 14 Juni 2010 bersama hard copy. Sehubungan pengunggah adalah masih keturunan Trah :
- dari Eyang Kakung garis Ibu, adalah sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini, binti R.B.Roestamadji_R Ay Koesmini_, bin R Mashoedan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro IV(Bupati Mojokerto), bin R Aersadan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro III, (Bupati Mojokerto), bin R.Ismail/Mas Bei Kromowidjoyo, bin Kyai Onggodjoyo, bin Mas Pekik/Kyai Tumenggung Dermoyudo IV - Bupati Surabaya
- Dari Eyang Putri Garis Ibu, adalh sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini. binti R Ay Koesmini_R.B.Roestamadji, bin R.Ng.Djajasoebrata bin R Tumenggung Djayadiredja, bin R Bei Kertadiredja, bin R Adipati Brotodiningrat, Bupati Purwokerto 1816-1830.
- dari Eyang Kakung garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach.Soesandi, bin R Ach Notoadiputro, bin R Panji Djoyoprayitno, bin RM Bei Prawirodirdjo, bin RM Tumenggung Djoyodirono III, bin RM Adipati Djoyodirono II, Kyai Tumenggung Djoyodirono I(Bupati Kanoman Surabaya), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
- dari Eyang putri garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach Soesandi, bin R Ayu Artinah, binti R Hardjoadiwinoto, bin R Ngabei Kertoyudo II, bin R.Panji Djayengrono/RTP Tjokronegoro I, bin Kyai Tumenggung Djimat Tjondronegoro (Bupati Kasepuhan Surabaya 1752-1783), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
Pengunggah Silsilah juga membuat Silsilah dari pancer keluarga kedua orang tua (Ayah/Ibu) serta keluarga kedua Eyang_Buyut, diantaranya adalah:
- Trah Kyai Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran _ Surabaya
- Trah Kyai Dermoyudo_Surabaya s/d Trah Kromodjayan Kasepuhan-Kanoman (Surabaya_Mojokerto)
- Trah Kyai Nitiadiningrat_Pasuruan s/d Trah Notodiningrat III_Malang
- Trah Brotodiningratan Banyumas
- Trah Kyai Tumenggung Poesponegoro Gresik
- Trah R Adipati Panji Arya Suryowinoto_Gresik
- Trah Kyai Abdullah - Sumenep Madura;
Serta Silsilah dati pancer isteri pengunggah Silsilah Hj Sri Lestari Handayani dari pancer keluarga kedua orang tua, dalah sbb
- Trah Sultan Trenggana_Demak Bintoro;
- Trah Bandoro Pangeran Harya Soeronegoro (menantu Susuhunan PB II Surakarta)
- Trah nDoro HOOP_Pekalongan.
Saya sangat menyetujui dari yang ditulis oleh leluhur R.Sastrodihardjo dalam Penutup Sarasilah Diposoepanan, mengenai:
PENGET: "Serat sarasilah poeniko kasimpen ingkang ngatos-atos, kengingo kangge tjepenganipoen poetro wajah panjenengan ing tembe wingking. Kedjawi saking poeniko, menawi wonten lepatipoen, kirang-langkoengngipoen, toewin wonten ewah-ewahanipoen, kadosto ewahing poetro, moegi karsohon ngewahi pijambak." ( Silsilah ini untuk disimpan dengan hati-hati, agar dapat dipergunakan sebagai pegangan anak cucu semua dibelakang hari. Selain dari hal tersebut, apabila ada kesalahan, kurang lebihnya serta ada perubahan, seperti misalnya tambahnya putra. Sudi apakiranya untuk menambahkan.")
Dalam menjalankan amanat PENGET tersebut, perlu pengunggah tegaskan bahwa setiap SILSILAH YANG DIBUAT OLEH SIAPAPUN, --> SATU TUJUAN ADALAH UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEAKRABAN/SILATUROCHMI KELUARGA SEMATA, GUNA MENCAPAI IKATAN KELUARGA YANG KUAT_ SEHAT_SEJAHTERA, --> TERLEPAS DARI HAL-HAL NEGATIF (Kasta, Agama, Kepentingan pribadi, Memanipulasi data keluarga dan Diskriminasi); THE GENEALOGICAL / SILSILAH ADALAH MERUPAKAN INFORMASI DATA YANG TERBATAS DALAM HAL TERKAITAN HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH, YANG TELAH DIPAPARKAN DI WEBSITE RODOVID. --> BILAMA MANA DIKEHENDAKI YBS TDK DITULIS ASAL KETURUNAN DSB. DIDALAM SUATU SILSILAH / ATAU MENGHENDAKI MENIADAKAN DIRINYA DARI SILSILAH MAKA KEHENDAK SEPIHAK TSB. TERLEPAS DARI TANGGUNGJAWAB PENGUNGGAH; DAN INI HANYA BERLAKU BAGI YBS DENGAN KELUARGA DIRINYA SENDIRI, TIDAK BERLAKU KEPADA SAUDARA SAUDARA SEKANDUNG.
Mengingat kemajuan Jaman dan Kaidah Agama, maka keberadaan Silsilah dapat dipakai sebagai pedoman untuk beberapa hal yang perlu dihindari dalam hidup berkeluarga,dijelaskan dalam Kitab suci Al Qur'an, Surat An Nisaa
- ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
- ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
- ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Sedangkan pratijau dari Ilmu pengetahuan yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ( akibat in-sex ); serta Hukum dan Budaya.
- Catatan :
Jenjang susunan pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap /sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:
- Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal yang menurunkan
- Level/urutan 1 = Anak / putera
- Level/urutan 2 = Cucu
- Level/urutan 3 = Buyut
- Level/urutan 4 = Canggah
- Level/urutan 5 = Wareng
- Level/urutan 6 = Udeg-udeg
- Level/urutan 7 = Gantung Siwur
- Level/urutan 8 = Gropak senthe
- Level/urutan 9 = Debog bosok
- Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya fasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy penyusun gunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah). Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.
Hormat Pengunggah,
HR Widodo AS,pekerjaan: Mojokerto, Menjabat Bupati Th.1916-1932
perkawinan: <161> ♀ Raden Ayu Badarijah [Cakraningrat IV]
wafat: 1934, Mojokerto, Wafat dimakamkan di Sentonoasri Kromodjayan Mojokerto
pekerjaan: Pensiuan PT Pelni Surabaya
perkawinan: <162> ♀ Hajjah Sri Lestari [Rachmat] b. 29 Juni
wafat: 9 November 2012, Surabaya, Wafat di Surabaya, +/- jam 19.00 setelah sholat Ishak.
penguburan: 10 November 2012, Sidoarjo, Dimakamkan setelah Sholat Dhuhur, di Pesarean Pendhem Sidoarjo( belakang masjid Agung Sidoarjo )
Namun demikian RAA Cokronagoro IV sudah sejak muda terlibat dalam pemerintahaan. Dirinya sering mewakili ayahnya menghadiri acara resmi atau dalam hal mengatur pemerintahaan. Hal itu lantaran kondisi fisik ayahnya yang lemah dan sering sakit-sakitan. Sebelum menjabat sebagai bupati, RAA Cokronagoro IV banyak sekali mengadakan kegiatan. Sejumlah saluran irigasi dan bendung mulai dibangun.
Sejumlah bendung hasil karya RAA Cokronagoro IV adalah, Bendung Penungkulan dengan selokannya, Bendung Guntur dengan selokannya, Bendung Kalisemo, dan Bendung Kedung Pucang di Desa Trirejo. Dalam masa pemerintahaan RAA Cokronagoro IV sudah mulai bangkit kesadaran nasional dengan berdirinya Boedi Oetomo yang didirikan oleh dokter Sutomo. Berdirinya gerakan Boedi Oetomo sangat berpengaruh terhadap jiwa RAA Cokronagoro IV.
Beliau sadar betapa pentingnya pribumi menerima pendidikan sekolah. Sebelumnya belum pernah ada kesempatan para pribumi yang bukan golongan priyayi bisa menerima pendidikan di sekolah. Para pribumi di pedesaan dibiarkan buta huruf dan bodoh agar mau menjadi kuli. Melihat kenyataan itu RAA Cokronagoro berinisiatif mendirikan Sekolah Desa yang lama pendidikannya hanya tiga tahun.
Pada tahun 1911 di Kabupaten Purworejo didirikan sekolah “Ongko Loro” yang jenjang pendidikannya selama lima tahun. Sekolah tersebut didirikan di ibu kota Asisten Wedono (Kecamatan) yang padat penduduk. Bagi siswa sekolah Ongko Loro yang sudah tamat eksamen (ujian) bisa mengikuti kursus tambahan selama enam bulan. Mereka yang sudah tamat kursus selanjutnya bisa menjadi guru dan mengajar di sekolah Ongko Loro.
RAA Cokronagoro IV termasuk orang yang sangat peduli dan getol dalam hal meningkatkan pendidikan bagi rakyatnya. Memasuki tahun ke lima sekolah Ongko Loro didirikan, mulai banyak calon guru yang selesai mengikuti kursus. Sehingga pada tahun 1915 sejumlah sekolahaan mulai dibangun. Sekolah Ongko Loro yang didirikan antara lain :
1. Banyuasin untuk mendidik anak-anak di wilayah Asisten Wedono (Kecamatan ) Loano.
2. Pangen Gudang untuk anak-anak di wilayah Asisiten Wedono Purworejo.
3. Banyuurip, untuk anak-anak di wilayah Asisten Wedono Banyuurip.
4. Bayan, untuk anak-anak di wilayah Asisten Wedono Bayan.
5. Kemanukan, untuk anak-anak di wilayah Asisten Wedono Soko. Sebagai catatan, dulu di Kabupaten Purworejo ada Asisten Wedono Soko yang letaknya di sebelah timur Sunagi Bogowonto. Namun kemudian Kecamatan Soko dihapus dan kini masuk dalam wilayah Kecamatan Bagelen.
6. Kuwojo, untuk anak-anak di wilayah Asisten Wedono Bagelen.
Jiwa dan karakter RAA Cokronagoro IV bukan saja dipengaruhi oleh berdirinya Boedi Oetomo, namun juga oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo yang sangat giat sekali mendidik bangsanya agar dapat berpikiran maju. Selain itu juga dipengaruhi oleh semangat Raden Ajeng Kartini. Sehingga pada waktu itu anak-anak perempuan mulai diijinkan ikut sekolah. Maka dibangunlah sekolah khusus untuk perempuan yang bernama Meisjeskopschool yang terletak di Purwodadi dan Purworejo.
Pada masa pemerintahaan RAA Cokronagoro IV Karesidenan Bagelen sudah tidak ada lagi. Kabupaten yang ada di wilayah Karesidenan Bagelen masuk Karesidenan Kedu. Penghapusan Karesidenan Begelen terjadi pada 1 Agustus 1901. Untuk diketahui, sejak tanah Bagelen dan Banyumas diminta pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1830, oleh pemerintah Hindia Belanda tanah Bagelen dijadikan daerah kekuasaanya dengan status Gewest atau Residentie (Karesidenan).
Sehingga Purworejo sebagai kota administrative juga berakhir pada 1 Agustus 1901. Tahun 1928 saat Provincie Midden Java (Propinsi Jawa Tengah) dipimpin oleh Gubernur PJ. Van Gulik, daerah Gewest atau karesidenan diubah manjadi daerah yang lebih kecil namun jumlahnya banyak. Daerah yang lebih kecil dan jumlahnya banyak itu kemudian disebut Regenscap (Kabupaten). Istilah Karesidenan kembali jadi afdeling Bagelen.
Karena sejak lama sudah ada istilah afdeling di tanah Bagelen maka tanah Bagelen disebut Bestut afdeling Bagelen adan akhirnya berkembang menjadi Kabupaten Purworejo. Peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahaan RAA Cokronagoro IV adalah pemugaran benteng (tangsi) Kedung Kebo. Tangsi yang awalnya hanya dengan pagar kawat berduri dan bambu, oleh pemerintah Hindia Belanda diperkuat dengan dibangunnya pagar tembok.
Hal itu merupakan upaya Pemerintah Kolonial Belanda agar dapat mengawasi semua gerak gerik RAA Cokronagoro IV yang selama ini dikenal dekat dengan keluarga Taman Siswa dari Yogyakarta. Jiwa RAA Cokronagoro IV memang dikenal cukup keras. Dirinya merasa selama memerintah sering ditekan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Hak-haknya sebagai seorang bupati sering dibatasi. Karena itu tidak jarang RAA Cokronagoro IV menentang Pemerintah Hindia Belanda.
Rupanya sikap tersebut tidak disenangi oleh Belanda. Banyak laporan mengenai sikap keras dan menentang yang ditunjukkan oleh RAA Cokronagoro. Namun yang paling fatal dan dipandang sebagi satu kesempatan untuk menurunkan dari jabatan bupati ketika RAA Cokronagoro IV mengawini wanita Eropa bernama Johanna Giezenberg. Oleh Pemerintah Belanda perkawinan itu dianggap kesalahan besar.
Sebab dimasa penjajahan pribumi masuk golongan warganegara kelas dua. Warganegara kelas satu adalah orang-orang Belanda dan Eropa. Karena itu, meski RAA Cokronagoro menjabat sebagai bupati tetap saja tidak diperbolehkan mengawini wanita Eropa. Akibatnya pada tahun 1919 RAA Cokronagoro IV diturunkan dari jabatannya dengan tidak hormat. Menerima perlakuan tersebut hati RAA Cokronagoro IV sakit dan merasa terhina sehingga dirinya kemudian pindah ke Yogyakarta.
Karena kursi bupati kosong, Patih KRT Sastro Sudarjo kemudian diangkat sebagai pejabat sementara Bupati Purworejo sampai tahun 1921. Setelah dua tahun menetap di Yogyakarta, RAA Cokronagoro IV dipanggil oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dipanggilnya RAA Cokronagoro IV untuk dilantik kembali menjadi Bupati Purworejo, namun pada hari itu juga turun Surat Keputusan Pensiun.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1921. Kejadian itu cukup menggoncangkan jiwa RAA Cokronagoro IV. RAA Cokronagoro IV merasa sudah dipermalukan di depan rakyatnya. Sehingga sesudah pensiun dirinya kembali lagi ke Yogyakarta. Pada tanggal 29 Januari 1936 RAA Cokronagoro IV meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan di Makam Lempuyangan yang menjadi makam khusus KRT Cokrojoyo.
Namun seiring perkembangan jaman dan dinilai makam tersebut sudah tidak kondusif, pada tanggal 18 Juli 2003 dipindahkan ke Makam Bulus Hadipurwo di Desa Bulus, Kecamatan Gebang Purworejo. Makam Bulus Hadipurwo adalah makam khusus trah Cokronagoro.
Pada masa pemerintahaan RAA Cokronagoro IV dibangun Zending (Rumah Sakit Umum) yang kini menjadi milik Pemda Purworejo dan berganti nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saras Husada. Pembangunan Zending dilakukan pada tahun 1915. Selain itu juga didirikan rumah sakit militer yang kini sudah berganti nama menjadi Rumah Sakit Tentara.Pada tanggal 28 Desember 1901 R. Soekeni menerima besluit untuk di pindah tugas ke kecamatan Ploso di Jombang sebagai Mantri Guru. Lingkungan Ploso pada masa itu masih sangat desa sekali. Selanjutnya pada tanggal 23 November 1907 ia menerima besluit dari Kementrian Pendidikan Kolonial Belanda di Batavia untuk di pindah tugas ke Sidoarjo kota kecil pada waktu itu yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Surabaya.
Pada tanggal 22 Januari 1909 R. Soekeni menerima besluit lagi untuk di pindah tugas ke Mojokerto, selanjutnya di pindah tugas lagi ke Blitar sebagai guru di Normaalschool berdasarkan besluit tertanggal 2 Februari 1915 dari Batavia.
Pada saat ke Jakarta merupakan perjalanan yang terakhir dari R. Soekeni, pada saat itu ia diminta datang ke Jakarta oleh putranya Soekarno untuk melihat kelahiran Cucunya yang pertama Guntur, saat berjalan-jalan menghirup hangatnya udara Jakarta R. Soekeni terjatuh dan sakit keras sampai meninggal pada tanggal 18 Mei 1945.perkawinan: <173> ♀ R. A. Poedjoasmoro [Poedjoasmoro]
perkawinan: <174> ♀ R. A. Widoasmoro [Widoasmoro]
8
perkawinan: <177> ♀ Nuryati [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <178> ♂ Mas Santosa [Tdk ada Catatan]
pekerjaan: Blitar, ABRI pangkat Letnan 2, gugur.
pekerjaan: Lamongan, pegawai PJKA di Babad
pekerjaan: sebagai bintang film ( film star) saat itu
perkawinan: <179> ♂ Raden Suwono [Pusponegaran - Gresik]
perkawinan: <180> ♂ Raden Handoyo [Handoyo]
pekerjaan: Pegawai Vraag & Ambos Surabaya, pindah ke Jakarta
perkawinan: <181> ♀ Raden Ayu Emie [Kasepuan - Surabaya]
perkawinan: <182> ♂ Raden Djoko Martedjo [Martedjo]
pekerjaan: Jombang, Pegawai Kabupaten Jombang
perkawinan: <183> ♀ Istri nama tidak tercatat (putri Raden Panji Sukadi Tjondrowiryaningrat) [Kasepuan - Surabaya]
pekerjaan: Surabaya, Bagian Kearsipan (CKC/KPPN) Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya
perkawinan: <184> ♀ Sumiyati [Gombong Kebumen]
pekerjaan: Jakarta, Kabinet Dwikora I Kabinet Dwikora I adalah nama kabinet pemerintahan di Indonesia dengan masa kerja dari 27 Agustus 1964-22 Februari 1966[1]. Presiden pada kabinet ini adalah Soekarno. Daftar isi 1 Susunan 1.1 Perdana Menteri 1.2 Presidium 1.3 Ment
perkawinan: <185> ♀ Raden Ayu Sutari / Yu Sus [Sutardjo]
perkawinan: <186> ♂ Raden Rahmat Sudoro Suro Adi Kusumo [Sudoro SAK] d. 1 Juli 1966
perkawinan:
perkawinan: <187> ♂ Raden Suhudiman [Suhudiman]
perkawinan: <188> ♂ Rasmadji [Tdk ada catatan]
wafat: Wafat usia muda, dimakamkan di Giri Gresik; letak dekat pager tembok luar makam Sunan Giri Gresik
wafat: Surabaya - Ketabang, wafat dimakamkan diluar pagar makam Habib Sufi Kramat astno Boto putih Surabaya
wafat: Wafat dalam usaia balita di makamkan di astono Boto Putih Surabaya
wafat: Wafat usai balita, dimakamkan di Sentonoasri Kromodjayan Mojokerto
wafat: Surabaya, Wafat usia balita, dimakamkan di Driyo, Surabaya
perkawinan: <189> ♀ Ny Abdul Rasyid [Tdk ada catatan]
perkawinan: <192> ♀ Rutu Tunjiyah [Tunjiyah] b. Januari
perkawinan: <193> ♀ Sriwulan (Liong Lan En) [En]
perkawinan: <194> ♀ Sri Nanik [Nanik] b. 16 Agustus 1943 d. 1 Oktober 2002
perkawinan: <195> ♂ Muchayat Letnan Kolonel Infantri AD [Muchayat] b. 10 November 1928 d. 11 November 2009
perkawinan: <196> ♂ Suharto ? (Haji) [Suharto] b. November
wafat: Jawa Timur
perkawinan: <198> ♀ Raden Ayu Masmiati [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <199> ♂ Raden Abioso [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <527!> ♀ Raden Ayu Kelasworo [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <203> ♂ Winarno , Ir [Tdk ada catatan]
perkawinan:
perkawinan: <204> ♂ Adi Mulyo , Ir [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <205> ♀ Tri Rahayu , Dra [Tdk ada Catatan]
perkawinan:
perkawinan: <206> ♂ Syamsir Harahap, Se [Harahap]
perkawinan: <207> ♀ Lucky Paramita , Se [Tdk ada Catatan]
gelar: Menikah denagn Wedana Mojoasari-Mojokerto; wafat dimakamkan di Mojosari
perkawinan:
pekerjaan: Surabaya, Jumeneng kepala Pajak di Surabaya
perkawinan: <209> ♂ Mas Aryo Soedjitono [Tdk ada Catatan] d. 1965
perkawinan: <210> ♂ JB Baskoro , Bsc [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <211> ♂ Raden Slamet Soemitro [RAA Tjokronagoro I - Regent Purworejo]
perkawinan: <212> ♀ Arik Winarsih [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <213> ♂ Prof Drs H Bambang Soebali, As.Chelsea [Bambang Soebali - Surabaya] b. 16 Juni 1934 d. 11 Agustus 2014
perkawinan: <214> ♀ Raden Ayu Soemarmi [Trah Mangkunegara - Surakarta] b. 25 September
- ___ 19XX. "Diagram Chart Sarasilah Bratadinngrat Banyumas (di edit dalam tulisan melingkar): di Kertas Gambar
- Sastrodihardjo, 1 Desember 1934 Serat Sarasilah Diposoepanan - Patih Purwokerto; Diketik 8 halaman
- R Tumenggung Arya Notoadikoesoemo/Zainal Fattah) dan Yayasan Sentono Boto Putih Surabaya, Selesai pada tgl 06-12-19561)"Silsilah K5 (Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan Surabaya)" . 50 Halaman
- R.Bagus Yasin/R Ngabei Kromodjoyoadirono, Selesai pada tgl 10 Maret 1960, "Silsilah Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan-Nitiadingrat_Notodiningrat-Bustaman-Poesponegoro-HAN dinasty, 102 halaman.
- Prof Drs H Bambang Soebali, As.Chelsea; 1 Syawal 1430H / 2009; " Silsilah Keluarga besar R Soepangkat Bratanigrat - Bupati Situbondo " diketik 8 halaman.
Didalam Website:http://id.rodovid.org/wk xxxxx yang dikerjakan oleh Haji R.Widodo AS, di Surabaya pd tgl. 14 Juni 2010 sd Desember 2011 bersama hard copy. Sehubungan pengunggah adalah masih keturunan Trah :
- dari Eyang Kakung garis Ibu, adalah sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini, binti R.B.Roestamadji_R Ay Koesmini_, bin R Mashoedan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro IV(Bupati Mojokerto), bin R Aersadan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro III, (Bupati Mojokerto), bin R.Ismail/Mas Bei Kromowidjoyo, bin Kyai Onggodjoyo, bin Mas Pekik/Kyai Tumenggung Dermoyudo IV - Bupati Surabaya
- Dari Eyang Putri Garis Ibu, adalh sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini. binti R Ay Koesmini_R.B.Roestamadji, bin R.Ng.Djayasoebrata bin R Tumenggung Djayadiredja, bin R Bei Kertadiredja, bin R Adipati Bratadiningrat - Banyumas, Bupati Purwokerto 1816-1830.
- dari Eyang Kakung garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach.Soesandi, bin R Ach Notoadiputro, bin R Panji Djoyoprayitno, bin RM Bei Prawirodirdjo, bin RM Tumenggung Djoyodirono III, bin RM Adipati Djoyodirono II, Kyai Tumenggung Djoyodirono I(Bupati Kanoman Surabaya), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
- dari Eyang putri garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach Soesandi, bin R Ayu Artinah, binti R Hardjoadiwinoto, bin R Ngabei Kertoyudo II, bin R.Panji Djayengrono/RTP Tjokronegoro I, bin Kyai Tumenggung Djimat Tjondronegoro (Bupati Kasepuhan Surabaya 1752-1783), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
Pengunggah Silsilah juga membuat Silsilah dari pancer keluarga kedua orang tua (Ayah/Ibu) serta keluarga kedua Eyang_Buyut, diantaranya adalah:
- Trah Kyai Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran _ Surabaya
- Trah Kyai Dermoyudo_Surabaya s/d Trah Kromodjayan Kasepuhan-Kanoman (Surabaya_Mojokerto)
- Trah Kyai Nitiadiningrat_Pasuruan s/d Trah Notodiningrat III_Malang
- Trah Brotodiningratan Banyumas
- Trah Kyai Tumenggung Poesponegoro Gresik
- Trah R Adipati Panji Arya Suryowinoto_Gresik
- Trah Kyai Abdullah - Sumenep Madura;
Serta Silsilah dati pancer isteri pengunggah Silsilah Hj Sri Lestari Handayani dari pancer keluarga kedua orang tua, dalah sbb
- Trah Sultan Trenggana_Demak Bintoro;
- Trah Bandoro Pangeran Harya Soeronegoro (menantu Susuhunan PB II Surakarta)
- Trah nDoro HOOP_Pekalongan.
Saya sangat menyetujui dari yang ditulis oleh leluhur R.Sastrodihardjo dalam Penutup Sarasilah Diposoepanan, mengenai: PENGET: "Serat sarasilah poeniko kasimpen ingkang ngatos-atos, kengingo kangge tjepenganipoen poetro wajah panjenengan ing tembe wingking. Kedjawi saking poeniko, menawi wonten lepatipoen, kirang-langkoengngipoen, toewin wonten ewah-ewahanipoen, kadosto ewahing poetro, moegi karsohon ngewahi pijambak." ( Silsilah ini untuk disimpan dengan hati-hati, agar dapat dipergunakan sebagai pegangan anak cucu semua dibelakang hari. Selain dari hal tersebut, apabila ada kesalahan, kurang lebihnya serta ada perubahan, seperti misalnya tambahnya putra. Sudi apakiranya untuk menambahkan.")
Dalam menjalankan amanat PENGET tersebut, perlu pengunggah tegaskan bahwa setiap SILSILAH YANG DIBUAT OLEH SIAPAPUN, --> SATU TUJUAN ADALAH UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEAKRABAN/SILATUROCHMI KELUARGA SEMATA, GUNA MENCAPAI IKATAN KELUARGA YANG KUAT_ SEHAT_SEJAHTERA, --> TERLEPAS DARI HAL-HAL NEGATIF (Kasta, Agama, Kepentingan pribadi, Memanipulasi data keluarga dan Diskriminasi); THE GENEALOGICAL / SILSILAH ADALAH MERUPAKAN INFORMASI DATA YANG TERBATAS DALAM HAL TERKAITAN HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH, YANG TELAH DIPAPARKAN DI WEBSITE RODOVID. --> BILAMA MANA DIKEHENDAKI YBS TDK DITULIS ASAL KETURUNAN DSB. DIDALAM SUATU SILSILAH / ATAU MENGHENDAKI MENIADAKAN DIRINYA DARI SILSILAH MAKA KEHENDAK SEPIHAK TSB. TERLEPAS DARI TANGGUNGJAWAB PENGUNGGAH; DAN INI HANYA BERLAKU BAGI YBS DENGAN KELUARGA DIRINYA SENDIRI, TIDAK BERLAKU KEPADA SAUDARA SAUDARA SEKANDUNG.
Mengingat kemajuan Jaman dan Kaidah Agama, maka keberadaan Silsilah dapat dipakai sebagai pedoman untuk beberapa hal yang perlu dihindari dalam hidup berkeluarga,dijelaskan dalam Kitab suci Al Qur'an, Surat An Nisaa
- ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
- ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
- ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Sedangkan pratijau dari Ilmu pengetahuan yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ( akibat in-sex ); serta Hukum dan Budaya.
- Catatan :
Jenjang susunan pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap /sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:
- Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal yang menurunkan
- Level/urutan 1 = Anak / putera
- Level/urutan 2 = Cucu
- Level/urutan 3 = Buyut
- Level/urutan 4 = Canggah
- Level/urutan 5 = Wareng
- Level/urutan 6 = Udeg-udeg
- Level/urutan 7 = Gantung Siwur
- Level/urutan 8 = Gropak senthe
- Level/urutan 9 = Debog bosok
- Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya fasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy penyusun gunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah). Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.
Hormat Pengunggah,
HR Widodo ASperkawinan:
perkawinan: <215> ♂ Soewiyono, Ir [Soewiyono, Ir]
perkawinan: <216> ♂ Susilo [Sudjono] b. 23 April
perkawinan: <217> ♂ Ibnu Buntarman [?]
perkawinan:
penguburan: Astana Tejabang, Simo, Boyolali
perkawinan: <254!> ♂ Raden Ngabei Kromodjoyoadirono (Raden Bagus Yasin) [Kromodjayan - Kanoman] , Mojokerto
perkawinan:
perkawinan: <222> ♂ R Panji Tjondrosoedarmo [Ki Ageng Brondong]
wafat: 3 Februari 1964, Pada usia 77 tahun;
pekerjaan: Boekhouder IAB Malang; IAB di Kediri
penguburan: Wafat dimakamkan di Gribig - Malang
pekerjaan: * Jurutulis controlleur di bangil * Mantri Polisi di Singosari-Malang
pekerjaan: Commies Pengadilan Negeri Lumajang (griffiet)
pekerjaan: Wedana Lengkong.
perkawinan: <223> ♂ Raden Panji Kerto Adiputro / Raden Panji Soewondo [Trah Kasepuhan Surabaya]
perkawinan: <224> ♂ Raden Kadjoedin Mertodinoto [Kyai Tumenggung Wongsonegoro - Bupati VOC Pasuruan 1740-1751]
pekerjaan: Asisten Wedana Pasrepan
perkawinan: <225> ♂ Raden Panji Sarip [Tidk ada catatan]
perkawinan: <226> ♀ Siti Oetari Tjokroaminoto [Kyai Muhammad Besari Tegalsari - Ponorogo] d. 1981, Surabaya
perkawinan: <227> ♀ Inggit Garnasih [?] b. 17 Februari 1888, Bandung
perceraian: <227!> ♀ Inggit Garnasih [?] b. 17 Februari 1888
perkawinan: <228> ♀ Fatmawati [?] b. 5 Februari 1923 d. 14 Mei 1980, Jakarta
pekerjaan: 18 Agustus 1945 - 20 Februari 1967, Jakarta, Presiden Republik Indonesia
perkawinan: <229> ♀ Hartini [?] b. 20 September 1924 d. 12 Maret 2002, Istana Cipanas
perkawinan: <230> ♀ Kartini Manoppo [Manoppo] b. 1939 d. 1990
perkawinan: <231> ♀ Ratna Sari Dewi [?] b. 6 Februari 1940
perkawinan: <232> ♀ Haryati [?]
perkawinan: <233> ♀ Yurike Sanger [Sanger] , Jakarta
perceraian: <232!> ♀ Haryati [?]
perkawinan: <234> ♀ Heldy Djafar [Djafar] b. 11 Juni 1947 d. 10 Oktober 2021
wafat: 21 Juni 1970, Jakarta
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya —berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat— menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.[6] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[6] Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[6]
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno oleh orangtuanya.[5] Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.[5][7]:35-36 Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".[7]
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)[7]:32. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun[7]:32. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno. Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan] karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.
Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[8] Dalam beberapa versi lain,[butuh rujukan] disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman 32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.pekerjaan: SEJAK BEKERJA s/d PENSIUN, Dokumen Arsip Pribadi Raden Achmad Soesandi
perkawinan: <435!> ♀ Raden Ayu Roesmini [Kromodjayan - Kanoman] b. 24 Februari 1918 d. 8 Februari 1998
wafat: 13 Oktober 1985, Solo, Dimakamkan di pesarean Makam Haji, Pabelan-Solo
Agama: Islam; Pendidikan: HIS & OSVIA IIe Afdeeling di Blitar_Jawa Timur, Lulus Tahun 1926.
- 1.SK Residen Pasuruan No:750 ,tgl.04-08-1927 Pekerjaan: AIB Kontroliran Kraksaan, Kab Probolinggo
- 2.SK Residen Pasuruan No:816 ,tgl.08-08-1928 Pekerjaan: AIB Kawedanan Lumajang
- 3.SK Residen Banyumas No:104/2,tgl.05-06-1928 Pekerjaan: AIB Kawedanan Pegadingan, Kab Cilacap.
- 4.Sk Gubernur Jateng No:223/S,tgl:23-11-1928 Pekerjaan: Mantri Veld Polisi Kabupaten Banjarnegara.
- 5.Sk Gubernur Jateng No:204/S,tgl:22-02-1930 Pekerjaan: Mantri Polisi Pamong Pradja kecamatan Butuh, Sukohardjo.
- 6.Sk Gubernur Jateng No:1800/S,tgl:16-11-1932 Pekerjaan: Asisten Wedana Mirit, Prembun, Kabupaten Kebumen.
- 7.Sk Gubernur Jateng No:973/S,tgl:01-07-1935 Pekerjaan: Ajun Jaksa Landraad Kebumen.
- 8.Sk Gubernur Jateng No:2085/S,tgl:25-12-1941 Pekerjaan: Kepala kejaksaan Landraad Pati.
- 9.Sk Kooto Kensatsu Kan Semarang tgl:25-12-1943 Pekerjaan: Kepala Kejaksaan Negeri Klaten.
- 10.SK Kementrian Kehakiman ALRI di Lawang Tg.01-10-1946, No:..; Pangkat: Kapten ALRI Bag.Kehakiman Kementrian Pertahanan ALRI
bekerja sampai dengan tgl 20-06-1947.
- 11.SK Kementrian Kehakiman Jogyakarta, No:PK.1772, tgl:02-08-1947, Pekerjaan: Kepala Kejaksaan Negeri di Trenggalek.
- 12.SK Kementrian Kehakiman Jogyakarta, No:Fp.2/2/80, tgl:24-03-1948, Pekerjaan: Jaksa di Kejaksaan Negeri Madiun.
- 13.SK Kementrian Kehakiman Jogyakarta, No:Fp...., tgl:01-11-1948, Pekerjaan: Jaksa Tentara Pengganti di Madiun.
- 14.SK Kementrian Kehakiman RI Jakarta, No:D/2A/II/33 tgl 28-02-1950, Pekerjaan: Kepala Kejaksaan Negeri di Magetan.
- 15.SK Kementrian Kehakiman RI Jakarta, No:JP.3/43/17 tgl 31-01-1952, Pekerjaan: Kepala Kejaksaan Negeri di Pacitan.
- 16.SK Kementrian Kehakiman RI Jakarta, No:JP.3/188/17 tgl 12-05-1952, Pekerjaan: Kepala Kejaksaan Negeri di Banjarmsin, merangkap Pengawas Kejaksaan negeri Propinsi Kalimantan Selatan / KAJATI, merangkap Jaksa TNI_AD daerah I (Kalsel),dan II(Kaltim) dengan pangkat: Mayor TNI.
- 17.SK Kementrian Kehakiman RI Jakarta, No:JP.3/548/5 tgl 18-12-1956, Pekerjaan: Kepala Kejaksaan Negeri di Surakarta.
- 18.SK Kementrian Kehakiman RI Jakarta, No:JP.6/18/12 tgl 04-02-1960,, Purna Tugas: Dengan Hormat, Hak pensiun TMT 31-03-1960
perkawinan: <235> ♂ Raden Kodratsamadikoen Sastrohadinoto [Tjitrosoma Tuban] d. 20 Desember 1971
wafat: 2 Desember 1997, Surabaya
perkawinan: <236> ♀ Mas Ayu Moeninggar [Maguan Malang]
pekerjaan: Surabaya, Dinas Kehutanan: Bojonegoro, Surabaya. Bertempat tinggal saat itu di Jl Siak No:1 Surabaya
perkawinan: <237> ♀ Raden Ayu Apriline Isnaeni [Tjondronegoro] b. 8 April 1912 d. 8 Oktober 1980
wafat: 31 Oktober 1987, Surabaya
perkawinan: <238> ♀ Kanjeng Bendoro Raden Ayu Purnamaningrum [Pakualaman]
perkawinan: <239> ♀ Kanjeng Raden Ayu Ratnaningrum [?]
gelar: 13 April 1937, Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
gelar: 1942 - 11 September 1998, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII
pekerjaan: 1 Oktober 1988 - 3 Oktober 1998, Yogyakarta, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
wafat: 11 September 1998, Yogyakarta
Pada 19 Agustus 1945 bersama Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII mengirimkan telegram kepada Sukarno dan Hatta atas berdirinya RI dan terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Pada 5 September 1945 secara resmi KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan Amanat/Maklumat (semacam dekrit kerajaan) bergabungnya Kadipaten Pakualaman dengan Negara Republik Indonesia. Sejak saat itulah kerajaan terkecil pecahan Mataram ini menjadi daerah Istimewa. Melalui Amanat Bersama antara Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII dan dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober tahun yang sama, ia berdua sepakat untuk menggabungkan Daerah Kasultanan dan Kadipaten dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jabatan yang dipangku selanjutnya adalah Wakil Kepala Daerah Istimewa, Wakil Ketua Dewan Pertahanan DIY (Oktober 1946), Gubernur Militer DIY dengan pangkat Kolonel (1949 setelah agresi militer II). Mulai tahun 1946-1978 Paku Alam VIII sering menggantikan tugas sehari-hari Hamengkubuwono IX sebagai kepala daerah istimewa karena kesibukan Hamengkubuwono IX sebagai menteri dalam berbagai kabinet RI. Selain itu ia juga menjadi Ketua Panitia Pemilihan Daerah DIY dalam pemilu tahun 1951, 1955, dan 1957; Anggota Konstituante (November 1956); Anggota MPRS (September 1960) dan terakhir adalah Anggota MPR RI masa bakti 1997-1999 Fraksi Utusan Daerah.
Setelah Hamengkubuwono IX mangkat pada tahun 1988, Paku Alam VIII menggantikan sang mendiang menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sampai akhir hayatnya pada tahun 1998. Perlu ditambahkan bahwa pada 20 Mei 1998 ia bersama Hamengkubuwono X mengeluarkan Maklumat untuk mendukung Reformasi Damai untuk Indonesia. Maklumat tersebut dibacakan di hadapan masyarakat dalam acara yang disebut Pisowanan Agung. Beberapa bulan setelahnya ia menderita sakit dan meninggal pada tahun yang sama. Sri Paduka Paku Alam VIII tercatat sebagai wakil Gubernur terlama (1945-1998) dan Pelaksana Tugas Gubernur terlama (1988-1998) serta Pangeran Paku Alaman terlama (1937-1998).perkawinan: <240> ♂ Raden Tumenggung Adipati Moesono [Surabaya] b. 1907 d. 1995
wafat: 24 Februari 2000, Jakarta
perkawinan: <241> ♂ Raden Sudomo [Sudomo]
perkawinan: <242> ♀ Bendoro Raden Ayu Jatikusumo [Hb.7.78] (R. A. Soeharsi Widianti) [Hamengku Buwono VII] , Yogyakarta
lahir: 1 Juni 1946 - 1 Maret 1948, Rembang, Panglima Divisi V Ronggolawe
pekerjaan: 1948 - 1949, Jakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Darat I
pekerjaan: 1958 - 1960, Singapura, Duta Besar RI untuk Singapura
pekerjaan: 1959 - 1960, Jakarta, Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf dan Telepon Kabinet Kerja I
pekerjaan: 1960 - 1962, Jakarta, Menteri Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf dan Telepon Kabinet Kerja II
pekerjaan: 1962 - 1963, Jakarta, Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf dan Telepon Kabinet Kerja III
wafat: 4 Juli 1992
perkawinan: <434!> ♂ Raden Soenaryo . (Raden Achmad Soesandi) [Ki Ageng Brondong] b. 7 Agustus 1904 d. 13 Oktober 1985
wafat: 8 Februari 1998, Solo, Wafat dimakamkan di Pesarean Makam Haji, Pabelan Solo
- 1)Silsilah K5 (Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan Surabaya) oleh R Tumrnggung Arya Notoadikoesoemo/Zainal Fattah) dan Yayasan Sentono Boto Putih Surabaya, Selesai pada tgl 06-12-1956. 50 Halaman
- 2)Silsilah Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan-Nitiadingrat_Notodiningrat-Bustaman-Poesponegoro-HAN dinasty, oleh R.Bagus Yasin/R Ngabei Kromodjoyoadirono, Selesai pada tgl 10 Maret 1960, 102 halaman.
- 3)Silsilah Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong, oleh R Panji Arya Makmoer; Selesai tgl 01-08-1966 .
Didalam Website:http://id.rodovid.org/wk xxxxx yang dikerjakan oleh Haji R.Widodo AS, di Surabaya pd tgl. 14 Juni 2010 bersama hard copy. Sehubungan pengunggah adalah masih keturunan Trah :
- dari Eyang Kakung garis Ibu, adalah sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini, binti R.B.Roestamadji_R Ay Koesmini_, bin R Mashoedan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro IV(Bupati Mojokerto), bin R Aersadan/R.A.A.Kromodjoyo Adinegoro III, (Bupati Mojokerto), bin R.Ismail/Mas Bei Kromowidjoyo, bin Kyai Onggodjoyo, bin Mas Pekik/Kyai Tumenggung Dermoyudo IV - Bupati Surabaya
- Dari Eyang Putri Garis Ibu, adalh sbb: HR Widodo AS(pengunggah), bin R Ayu Roesmini. binti R Ay Koesmini_R.B.Roestamadji, bin R.Ng.Djajasoebrata bin R Tumenggung Djayadiredja, bin R Bei Kertadiredja, bin R Adipati Brotodiningrat, Bupati Purwokerto 1816-1830.
- dari Eyang Kakung garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach.Soesandi, bin R Ach Notoadiputro, bin R Panji Djoyoprayitno, bin RM Bei Prawirodirdjo, bin RM Tumenggung Djoyodirono III, bin RM Adipati Djoyodirono II, Kyai Tumenggung Djoyodirono I(Bupati Kanoman Surabaya), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
- dari Eyang putri garis ayah, adalah sbb: HR Widodo AS, bin R Ach Soesandi, bin R Ayu Artinah, binti R Hardjoadiwinoto, bin R Ngabei Kertoyudo II, bin R.Panji Djayengrono/RTP Tjokronegoro I, bin Kyai Tumenggung Djimat Tjondronegoro (Bupati Kasepuhan Surabaya 1752-1783), bin Kyai Tumenggung Onggodjoyo I(Bupati Pasuruan 1679-1686), bin Ki Ageng Brondong/ Pangeran Lanang Dangiran.
Pengunggah Silsilah juga membuat Silsilah dari pancer keluarga kedua orang tua (Ayah/Ibu) serta keluarga kedua Eyang_Buyut, diantaranya adalah:
- Trah Kyai Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran _ Adipati Surabaya
- Trah Kyai Dermoyudo_Surabaya s/d Trah Kromodjayan Kasepuhan-Kanoman (Bupati Surabaya & Bupati Mojokerto)
- Trah Kyai Nitiadiningrat_Pasuruan s/d Trah Notodiningrat III - Bupati Malang
- Trah R Adipati Bratadiningrat - Bupati Kanoman Banyumas
- Trah Kyai Tumenggung Poesponegoro - Bupati Gresik
- Trah R Adipati Panji Arya Suryowinoto - Bupati Gresik
- Trah Kyai Abdullah - Bupati Sumenep Madura;
Serta Silsilah dati pancer isteri pengunggah Silsilah Hj Sri Lestari Handayani dari pancer keluarga kedua orang tua, dalah sbb
- Trah Sultan Trenggana_Demak Bintoro;
- Trah Bandoro Pangeran Harya Soeronegoro (menantu Susuhunan PB II Surakarta)
- Trah nDoro HOOP_Pekalongan.
Saya sangat menyetujui dari yang ditulis oleh leluhur R.Sastrodihardjo dalam Penutup Sarasilah Diposoepanan, mengenai:
PENGET: "Serat sarasilah poeniko kasimpen ingkang ngatos-atos, kengingo kangge tjepenganipoen poetro wajah panjenengan ing tembe wingking. Kedjawi saking poeniko, menawi wonten lepatipoen, kirang-langkoengngipoen, toewin wonten ewah-ewahanipoen, kadosto ewahing poetro, moegi karsohon ngewahi pijambak." ( Silsilah ini untuk disimpan dengan hati-hati, agar dapat dipergunakan sebagai pegangan anak cucu semua dibelakang hari. Selain dari hal tersebut, apabila ada kesalahan, kurang lebihnya serta ada perubahan, seperti misalnya tambahnya putra. Sudi apakiranya untuk menambahkan.")
Dalam menjalankan amanat PENGET tersebut, perlu pengunggah tegaskan bahwa setiap SILSILAH YANG DIBUAT OLEH SIAPAPUN, --> SATU TUJUAN ADALAH UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEAKRABAN/SILATUROCHMI KELUARGA SEMATA, GUNA MENCAPAI IKATAN KELUARGA YANG KUAT_ SEHAT_SEJAHTERA, --> TERLEPAS DARI HAL-HAL NEGATIF (Kasta, Agama, Kepentingan pribadi, Memanipulasi data keluarga dan Diskriminasi); THE GENEALOGICAL / SILSILAH ADALAH MERUPAKAN INFORMASI DATA YANG TERBATAS DALAM HAL TERKAITAN HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH, YANG TELAH DIPAPARKAN DI WEBSITE RODOVID. --> BILAMA MANA DIKEHENDAKI YBS TDK DITULIS ASAL KETURUNAN DSB. DIDALAM SUATU SILSILAH / ATAU MENGHENDAKI MENIADAKAN DIRINYA DARI SILSILAH MAKA KEHENDAK SEPIHAK TSB. TERLEPAS DARI TANGGUNGJAWAB PENGUNGGAH; DAN INI HANYA BERLAKU BAGI YBS DENGAN KELUARGA DIRINYA SENDIRI, TIDAK BERLAKU KEPADA SAUDARA SAUDARA SEKANDUNG.
Mengingat kemajuan Jaman dan Kaidah Agama, maka keberadaan Silsilah dapat dipakai sebagai pedoman untuk beberapa hal yang perlu dihindari dalam hidup berkeluarga,dijelaskan dalam Kitab suci Al Qur'an, Surat An Nisaa
- ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
- ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
- ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
- Sedangkan pratijau dari Ilmu pengetahuan yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ( akibat in-sex ); serta Hukum dan Budaya.
- Catatan :
Jenjang susunan pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap /sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:
- Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal yang menurunkan
- Level/urutan 1 = Anak / putera
- Level/urutan 2 = Cucu
- Level/urutan 3 = Buyut
- Level/urutan 4 = Canggah
- Level/urutan 5 = Wareng
- Level/urutan 6 = Udeg-udeg
- Level/urutan 7 = Gantung Siwur
- Level/urutan 8 = Gropak senthe
- Level/urutan 9 = Debog bosok
- Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya fasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy penyusun gunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah). Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.
Hormat Pengunggah,
HR Widodo AS,perkawinan: <243> ♂ R. A. A. M. Sis Tjakraningrat [Cakraadiningrat II] d. 24 September 1992
wafat: 10 Juli 1988, Ciputat, Tangerang Selatan
penguburan: Imogiri, Bantul
pekerjaan: Pegawai Dinas Pekkerjaan Umum – Jalan & Gedung di Kepanjen-Malang; terakhir rumah di Waru Sidoarjo
perkawinan: <244> ♀ Mas Ayu Toesirah ((isteri pertama)) [Saritum]
perkawinan: <245> ♀ Subiyani [Nitibiyo] b. 1947 d. 16 Agustus 2011
lahir: 1921, Surabaya
perkawinan: <246> ♀ R Ayu Soehermie Binti Mas Ngabei Djoko Moekmin [Mas Ngabei Djoko Moekmin] b. 30 September 1925 bur. 15 Desember 1992
perkawinan: <247> ♀ Tri Wahyu (Wulandari) [Tdk ada Catatan]
pekerjaan: Surabaya, pegawai Djawatan Kereta Api (DKA)
perkawinan: <248> ♀ Kanjeng Raden Ayu Pradapaningrum [Pakubuwono]
perkawinan: <248!> ♀ Kanjeng Raden Ayu Pradapaningrum [Pakubuwono]
perkawinan: <249> ♀ K. R. A. Retnodiningroem [Retnodiningroem] b. 1928? d. 13 Mei 2021
perkawinan: <250> ♀ K. R. A. Poedjoningroem [Poedjoningroem]
gelar: 11 Juni 1945 - 11 Januari 2004, Surakarta, Raja Susuhunan Surakarta ke-11 [1945-2004]
wafat: 11 Juni 2004, Surakarta
Riwayat Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Suryaguritna, putra Pakubuwana XI yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Kuspariyah pada tanggal 14 April 1925. Ia naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal 11 Juni 1945.
Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya Republik Indonesia. Negara baru ini menjadikan Yogyakarta dan Surakarta sebagai provinsi-provinsi berstatus Daerah Istimewa.
Belanda yang tidak merelakan kemerdekaan Indonesia berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan Januari 1946 ibu kota Indonesia terpaksa pindah ke Yogyakarta karena Jakarta jatuh ke tangan Belanda.
Pemerintahan Indonesia saat itu dipegang oleh Sutan Syahrir sebagai perdana menteri, selain Presiden Sukarno selaku kepala negara. Sebagaimana umumnya pemerintahan suatu negara, muncul golongan oposisi yang tidak mendukung sistem pemerintahan Sutan Syahrir, misalnya kelompok Jenderal Sudirman.
Karena Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan, secara otomatis Surakarta yang merupakan saingan lama menjadi pusat oposisi. Kaum radikal bernama Barisan Banteng yang dipimpin Dr. Muwardi dengan berani menculik Pakubuwana XII sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia.
Barisan Banteng berhasil menguasai Surakarta sedangkan pemerintah Indonesia tidak menumpasnya karena pembelaan Jendral Sudirman. Bahkan, Jendral Sudirman juga berhasil mendesak pemerintah sehingga mencabut status daerah istimewa yang disandang Surakarta. Sejak tanggal 1 Juni 1946 Kasunanan Surakarta hanya berstatus karesidenan yang menjadi bagian wilayah provinsi Jawa Tengah. Pemerintahan dipegang oleh kaum sipil, sedangkan kedudukan Pakubuwana XII hanya sebagai simbol saja.
Pada awal pemerintahannya, Pakubuwana XII dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik Republik Indonesia, sehingga pamornya di mata rakyat kalah dibanding Hamengkubuwana IX di Yogyakarta.
Meskipun gagal secara politik, namun Pakubuwana XII tetap menjadi figur pelindung kebudayaan Jawa. Pada zaman reformasi, para tokoh nasional, misalnya Gus Dur, tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah Jawa.
Pakubuwana XII meninggal dunia pada tanggal 11 Juni 2004. Sepeninggalnya [[terjadi perebutan takhta]] antara Pangeran Hangabehi dangan Pangeran Tejowulan, yang masing-masing menyatakan diri sebagai Pakubuwana XIII.pekerjaan: Surabaya, Komis Kepala Stasiun di Gubeng
gelar: Jawa Tmur, Ex. Anggota Detasemen I Brigade 17 Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jatim ; Bintang Kehormatan Yang Diperoleh: 1. Tanda Jasa Pahlawan (Bintang Gerilya); 2. Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan ke-I; 3. Satyalancana Peristiwa Perang K
perkawinan: <251> ♀ Raden Ayu Beppie Eugenie Morjaar [Cokrokusumo] d. 29 Oktober 2013
wafat: 25 Januari 2005, Surabaya
penguburan: 25 Januari 2005, Pesarean Sentonoasri - Kromodjayan Kanoman, Desa Terusan-Kab.Mojokerto
penguburan: 1 Juli 2018, Sidoarjo, Karena sesuatu hal pada tanggal 01 Juli 2018 kerangka dipindah ke Makam Delta Praloyo Sidoarjo.
perkawinan: <189!> ♂ Raden Panji Soedirman [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
wafat: 4 Maret 1957, Wafat dimakamkan di Mojokerto
wafat: April 1930, Ngebel, dimakamkan di Sentonoasri Kromodjayan Mojokerto
perkawinan: <252> ♂ Raden Ali Hardjo / Raden Ngabei Tjokrokoesoemo II [Kyai Adipati Nitiadiningrat - Pasuruan]
perkawinan: <253> ♀ Hastuti Turingsih (1) [Soemantiyo]
perkawinan: <254> ♀ Soerati Dr (2) [Kasbi Prawirodihardjo] b. 27 Oktober 1943
Ocupation : Pensiunan Manager Product Piringan Hitam dan Rekaman di PT Lokananta, Solo. Istri (1) Hastuti Turiningsih, wafat di Solo; Penyiar dan Pewawancara RRI Surakarta
Istri (2) dr Soerati, di RSU Harapan Kita Jakarta. Tempat tinggal di Kawaraci Tangerangperkawinan:
perkawinan: <255> ♀ Sartini [Wirokaryo] b. 5 Mei 1950
penguburan: 5 Januari 2010, Mojokerto, Wafat dimakamkan di Pesarean Sentono Asri Kromodjayan ds Terusan Mojokerto
perkawinan: <256> ♀ Mas Ayu Kasemi (istri pertama) [Kasemi]
wafat: 19 Maret 2013, Bangil, dalam usia 70 tahun
pekerjaan: di Surabaya, Pegawai Kantor PTT (Pos, Telepon & Telegrap)
perkawinan: <258> ♀ Mi'a Rusmia [Abdul Halim - Tagaron]
wafat: 5 Oktober 2006, Surabaya
pekerjaan: Surabaya, pegawai sipil Akademi ALRI di Perpustakaan Morokrembangan
perkawinan:
perkawinan: <259> ♀ Sarti [Tdk ada catatan]
perkawinan: <260> ♀ Tin Siti Susilastri [Brotosunaryo] b. 28 September 1943
wafat: Mojokerto-Kauman
wafat: 26 Januari 1946, Mojokerto - Magersari, dimakamkan di Snetonoasri Kromodjayan Mojokerto
perkawinan: <261> ♀ Yunetha Thius Narang [Kalimantan] b. 14 Agustus 1951
wafat: 16 Oktober 2012, Palangka Raya
perkawinan: <262> ♀ Endang Partiningsih [Tdk ada Catatan] b. 18 Februari 1946
wafat: 17 Agustus 2010, Sidoarjo
perkawinan: <263> ♀ Hajjah Farida [Supartosoma] b. 21 Juni 1947
wafat: 29 Juli 2011, Surakarta, Wafat di rumah kediaman Jl ANgling Darmo II No:16, Penumping, Sala; Jam 09.30 WIB; dikebumikan Jam 16.30 WIB di pemakaman Badran Purwosari - Surakarta.
perkawinan: <264> ♀ Agustin Hermawati Saptiah [Daliman Slamet] b. 18 Agustus 1952
wafat: 2 Mei 2011, Bekasi Barat, Wafat +/- Pk.23.00 WIB di Rumah Tinggal Pekayon Jakarta,
penguburan: 3 Mei 2011, Bekasi Barat, Makam P Ali Pekayon Bekasi Barat Pk.13.00 WIB
perkawinan: <265> ♂ Haji Subiyanto Prayitno [R Panji Djojo Prayitno] b. 19 Januari 1951
perkawinan: <266> ♂ Widodo Setijo Budi [Haryono] b. 17 Desember 1947 d. 2 Januari 2011
pekerjaan: SIdoarjo, Perwira TNI pangkat Letnan (jaman agressie Belanda 1948 di Kediri). Pada jaman penyerahan kedaulatan menjadi pegawai klerk di Kantor Kec.Kota Sidoarjo. Nama istri tidak tercatat dan tidak mempunyai anak.
wafat: 16 April 1957, Sidoarjo, Dimakamkan di Sidoarjo
perkawinan: <268> ♀ R. A. Retno Pradopo [Retno Pradopo]
perkawinan: <269> ♀ R. A. Koeroetien [Koeroetien]
perkawinan: <270> ♀ R. A. Pradoponingsih [Pradoponingsih]
wafat: 1972, Rumah Sakit Panti Kosala, Surakarta
penguburan: Astana Imogiri, Bantul
perkawinan: <272> ♀ Endah Saraswati [Tdk ada Catatan] b. 28 Desember 1985
perkawinan: <273> ♂ Bogarth Yonathan Suswantoyo [Suswantoyo] b. 15 Maret
perkawinan: <274> ♂ Raden Imam Soepeno [Prawiro Adiputro]
wafat: 9 Februari 1986, Malang, Usia 85 tahun
gelar: Doctoradus Economi, MA
perkawinan: <275> ♀ Soemarni [Tdk ada Catatan]
perkawinan: <276> ♀ dr. R Ayu Toeti [Tdk ada Catatan] d. 1975
perkawinan: <275!> ♀ Soemarni [Tdk ada Catatan] , <276!> ♀ dr. R Ayu Toeti [Tdk ada Catatan] d. 1975
wafat: 1991, Bogor
perkawinan: <277> ♀ Sriyati [Padang] b. 7 Februari 1917 d. 10 Desember 1992
wafat: 5 Juli 1992, Jakarta
lahir: 4 November 1992, Surabaya, Level 8 = Gropak senthe dari Trah Ki Ageng Brondong, atau putera ke 5 dari R Ach Notoadiputro + R Ay Artinah binti RB Hardjoadiwinoto.
perkawinan: <278> ♀ Deswita [Tdk ada Catatan] b. 23 April, Menikah dengan RB Suwandito (isteri kedua)
perkawinan: <279> ♀ Anna [Tdk ada catatan]
perkawinan: Menikah dengan RB Suwandito (isteri kedua)
wafat: 17 November 2010, Mojokerto, RSU Mojokerto
penguburan: 18 November 2010, Mojokerto, Pesarean Sentono Asri Kromodjayan di ds Terusan, Mojokerto; Pk 10.00 WIB
perkawinan: <292> ♀ Raden Roro Sri Martani [Sri Martani]
perkawinan: <295> ♂ K. R. M. H. Koesoemodjati [Koesoemodjati]