Raden Mas Hardjodikromo - Keturunan (Inventaris)

Dari Rodovid ID

Orang:996739
Langsung ke: panduan arah, cari
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> Raden Mas Hardjodikromo [Hamengku Buwono II]

2

21/2 <1> Raden Mas Soekemi Sosrodihardjo [Hamengku Buwono II]
perkawinan: <1> Ida Ayu Nyoman Rai [?] b. 1881 d. 12 September 1958
wafat: 18 Mei 1945, Jakarta
Raden Soekemi Sosrodihardjo adalah seorang guru di Surabaya dan ayah dari presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno. Ia diangkat sebagai guru pada bulan Agustus 1898 di Surabaya. Tanggal ini berdasarkan tulisan ia yang bersumber dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, karya Cindy Adam. R. Soekeni sebagai guru pemerintah Kolonial Belanda tinggal di kampung Pandean, dan sungai Kali Mas masih berfungsi sebagai jalur transportasi.

Pada tanggal 28 Desember 1901 R. Soekeni menerima besluit untuk di pindah tugas ke kecamatan Ploso di Jombang sebagai Mantri Guru. Lingkungan Ploso pada masa itu masih sangat desa sekali. Selanjutnya pada tanggal 23 November 1907 ia menerima besluit dari Kementrian Pendidikan Kolonial Belanda di Batavia untuk di pindah tugas ke Sidoarjo kota kecil pada waktu itu yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Surabaya.

Pada tanggal 22 Januari 1909 R. Soekeni menerima besluit lagi untuk di pindah tugas ke Mojokerto, selanjutnya di pindah tugas lagi ke Blitar sebagai guru di Normaalschool berdasarkan besluit tertanggal 2 Februari 1915 dari Batavia.

Pada saat ke Jakarta merupakan perjalanan yang terakhir dari R. Soekeni, pada saat itu ia diminta datang ke Jakarta oleh putranya Soekarno untuk melihat kelahiran Cucunya yang pertama Guntur, saat berjalan-jalan menghirup hangatnya udara Jakarta R. Soekeni terjatuh dan sakit keras sampai meninggal pada tanggal 18 Mei 1945.

3

41/3 <2+1> Soekarmini [Hamengku Buwono II]
lahir: 29 Maret 1898, Bali
32/3 <2+1> Soekarno / Koesno Sosrodihardjo [Hamengku Buwono II]
lahir: 6 Juni 1901, Surabaya
perkawinan: <2> Siti Oetari Tjokroaminoto [Kyai Muhammad Besari Tegalsari - Ponorogo] d. 1981, Surabaya
perkawinan: <3> Inggit Garnasih [?] b. 17 Februari 1888, Bandung
perceraian: <3!> Inggit Garnasih [?] b. 17 Februari 1888
perkawinan: <4> Fatmawati [?] b. 5 Februari 1923 d. 14 Mei 1980, Jakarta
pekerjaan: 18 Agustus 1945 - 20 Februari 1967, Jakarta, Presiden Republik Indonesia
perkawinan: <5> Hartini [?] b. 20 September 1924 d. 12 Maret 2002, Istana Cipanas
perkawinan: <6> Kartini Manoppo [Manoppo] b. 1939 d. 1990
perkawinan: <7> Ratna Sari Dewi [?] b. 6 Februari 1940
perkawinan: <8> Haryati [?]
perkawinan: <9> Yurike Sanger [Sanger] , Jakarta
perceraian: <8!> Haryati [?]
perkawinan: <10> Heldy Djafar [Djafar] b. 11 Juni 1947 d. 10 Oktober 2021
wafat: 21 Juni 1970, Jakarta
Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun)[note 1][note 2] adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966.[5]:11, 81 Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.[6]:26-32 Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.[6]

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya —berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat— menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.[6] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[6] Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[6]

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno oleh orangtuanya.[5] Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.[5][7]:35-36 Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".[7]

Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)[7]:32. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun[7]:32. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno. Achmed Soekarno

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?"[butuh rujukan] karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.

Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[8] Dalam beberapa versi lain,[butuh rujukan] disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.

Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman 32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.

4

61/4 <3+4> w Guntur Soekarnoputra [Hamengku Buwono II]
lahir: 3 November 1944
perkawinan: <11> Henny Emilia Hendayani [?]
72/4 <3+4> Megawati Soekarnoputri [Hamengku Buwono II]
lahir: 23 Januari 1947, Yogyakarta
perkawinan: <12> w Muhammad Taufiq Kiemas [Kiemas] b. 31 Desember 1942 d. 8 Juni 2013
perkawinan: <13> w Surindro Supjarso [?] d. 22 Januari 1971
83/4 <3+4> Rahmawati Soekarnoputri [Hamengku Buwono II]
lahir: 27 September 1950, Jakarta
perkawinan: <14> Benny Sumarno [?]
perkawinan: <15> w Dicky Suprapto [?] b. 27 September 1941 d. 3 April 2006
Diah Pramana Rachmawati Soekarno (lahir di Jakarta, 27 September 1950; umur 65 tahun) adalah politisi Partai Gerakan Indonesia Raya, Ketua Yayasan Pendidikan Bung Karno. Ia adalah putri dari presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Ia Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, dan merupakan salah satu ketua pembina Universitas Bung Karno.
54/4 <3+4> Raden Ayu Sukmawati Soekarnoputri [Hamengku Buwono II]
lahir: 26 Oktober 1951, Jakarta
perkawinan: <16> Muhammad Hilmi [?] d. 29 Oktober 2018
perkawinan: <17> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX / Gusti Pangeran Haryo Sujiwokusuma [Mangkunegara IX] b. 18 Agustus 1951 d. 13 Agustus 2021
Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri (lahir di Jakarta, 26 Oktober 1951; umur 64 tahun) adalah Ketua Umum Partai PNI Marhaenisme. Ia merupakan adik dari Megawati Soekarnoputri dan merupakan bagian dari keluarga Soekarno.
95/4 <3+4> Guruh Soekarnoputra [Hamengku Buwono II]
lahir: 13 Januari 1953, Jakarta
perkawinan: <18> Gusyenova Sabina Padmavati [?]
Guruh Soekarnoputra (lahir di Jakarta, 13 Januari 1953; umur 63 tahun) adalah anak bungsu dari pasangan presiden pertama RI, Soekarno dan Fatmawati serta adik kandung dari Megawati Soekarnoputri.[1]

Sejak kecil, Guruh telah terlatih sebagai penari yang terampil di samping mengasah bakatnya di dunia musik, Ia mendirikan grup kesenian Indonesia yang bernama GSP Production (Gencar Semarak Perkasa) dan juga sebelumnya Swara Mahardhika[2]. Selain itu ia juga pernah mendirikan grup musik Guruh Gipsy dan Gank Pegangsaan bersama Keenan Nasution, Abadi Soesman, dan Chrisye[3][4].

Guruh Soekarnoputra menikah dengan Gusyenova Sabina Padmavati yang berasal dari Uzbekistan[5]. Sebagai bagian dari keluarga besar Bung Karno, Guruh Soekarnoputra juga aktif dalam dunia politik Indonesia dan tercatat sebagai anggota DPR dari PDIP[6].
136/4 <3+6> Totok Suryawan Soekarno [Hamengku Buwono II]
lahir: 1967
127/4 <3+7> Kartika Sari Dewi Soekarno [Hamengku Buwono II]
lahir: 11 Maret 1967, Tokyo
perkawinan: <19> Frits Frederik Seegers [Seegers]
Karina Kartika Sari Dewi Soekarno (lahir di Tokyo, Jepang, 11 Maret 1967; umur 49 tahun) adalah putri dari pasangan mantan Presiden Indonesia pertama, Soekarno dan istrinya Ratna Sari Dewi Soekarno. Kartika dibesarkan di Paris, lalu bekerja sebagai wartawan televisi di Tokyo dan kemudian di biro periklanan di New York. Setelah itu, dia sempat bekerja di sebuah yayasan di Amerika Serikat sebelum mendirikan KSF (Kartika Soekarno Foundation) yang bertujuan untuk mengembankan pendidikan anak-anak di Indonesia. Ia menikah dengan Presiden Citibank Eropa, Frits Frederik Seegers yang berasal dari Belanda pada 2 Desember 2005[1].
108/4 <3+5> Taufan Soekarnoputra [Hamengku Buwono II]
119/4 <3+5> Bayu Soekarnoputra [Hamengku Buwono II]

5

201/5 <7+13> w Muhammad Prananda Prabowo [Supjarso]
lahir: 23 April 1970
perkawinan: <20> Nancy Prananda [?]
182/5 <6+11> w Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno Putri / Puti Guntur Soekarno [Hamengku Buwono II]
lahir: 26 Juni 1971
213/5 <7+12> Puan Maharani [Kiemas]
lahir: 6 September 1973, Jakarta
perkawinan: <21> Happy Hapsoro [?]
Puan Maharani (lahir di Jakarta, 6 September 1973; umur 42 tahun)[1] adalah seorang politikus Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Kabinet Kerja (2014–2019). Puan pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI untuk tahun 2012 - 2014. Di DPR, Puan Maharani berada di Komisi VI yang mengawasi BUMN, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta anggota badan kelengkapan dewan BKSAP (Badan Kerjasama Antar Parlemen), dan juga sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR menggantikan Tjahjo Kumolo yang telah menjabat selama sembilan tahun [2]. Cucu dari Presiden pertama RI Soekarno dan anak dari Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri dari pernikahannya dengan Taufiq Kiemas ini sudah mengenal dunia politik sejak usia sangat muda. Ia merupakan Sarjana Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Indonesia dan ia meneruskan tradisi politik dalam keluarga Soekarno.
154/5 <5+17> w Gusti Raden Mas Pondrokarno Sukmoputro Jimonagoro / Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna [Mangkunegara IX]
lahir: 19 April 1975
145/5 <5+17> Gusti Raden Ajeng Suniwati Sukmoputro / Gusti Raden Ajeng Putri Agung Suniwati [Mangkunegara IX]
lahir: 4 Agustus 1977
166/5 <8+15> Muhammad Marhaendra Putra [Suprapto]
lahir: 1978
177/5 <8+15> w Muhammad Mahardika Putra [Suprapto]
lahir: 21 Februari 1981
perkawinan: <22> Ade Waroka [Waroka]
perkawinan: <23> w Garneta Haruni [?] b. 25 Juli 1985
198/5 <7+13> Muhammad Rizki Pratama [Supjarso]
229/5 <5+16> Muhammad Putera Perwira Utama [?]
2310/5 <8+14> Hendra Rahtomo [Sumarno] 2411/5 <12+19> Frederik Kiran Soekarno Seegers [Seegers]

6

271/6 <23+24> w Muhammad Jihad Rahtomo Soekarnoputra [?]
lahir: 3 Mei 1998, Bandung, Jawa Barat
252/6 <21+21> Diah P.o.p Hapsari [?]
263/6 <21+21> Praba D.c.k Soma [?]
Tampilan
Peralatan pribadi