Dear Rodovidians, please, help us cover the costs of Rodovid.org web hosting until the end of 2025.

82% Complete

2. Raden Mas Dipoatmojo / Raden Mas Dipokusuma (Pangeran Abdul Azis) b. 1815

Dari Rodovid ID

Langsung ke: panduan arah, cari
Marga (saat dilahirkan) Hamengku Buwono
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) 5. RM. Djonet Dipomenggolo
Orang Tua

Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar [Hamengku Buwono III] b. 11 November 1785 d. 8 Januari 1855

3. Raden Ayu Maduretno / Raden Ayu Diponegoro (Bendoro Raden Ayu Ontowiryo) [Hamengku Buwono] b. ~ 1798 d. 28 Februari 1827

[1][2][3][4][5]

Momen penting

1815 lahir: Solo

1831c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), RM. Ngabehi Dipomenggolo / KH. Safawi [Hamengku Buwono] b. 1831c d. 1896

1832c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), RM. Harjo Dipomenggolo [Hamengku Buwono] b. 1832c

1833c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), RM. Harjo Dipotjokromenggolo [Hamengku Buwono] b. 1833c

1834c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), RM. H. Harjo Abdul Manap Dipomenggolo [Hamengku Buwono] b. 1834c

1835c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), RM. Sahid Angkrih [Hamengku Buwono] b. 1835c

1836c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), NYI MAS RAy. Ukin [Hamengku Buwono] b. 1836c

1837c kelahiran anak: Bogor (Jabaru), NYI MAS RAy. Okah [Hamengku Buwono] b. 1837c

1837 wafat: Yogyakarta, dimakamkan di Bogor (Versi 'Peter Carey')

1885? wafat: Bogor, dimakamkan di Bogor (Versi Keluarga)

Catatan-catatan

RIWAYAT HIDUP

PANGERAN DJONET / RM. JUNAT / RM. JEMET (Oleh : Ki Roni Sodewo)

Pangeran Djonet Dipomenggolo

Ketika ayahnya menyatakan diri sebagai penentang penjajah dan terusir dari Puri Tegalrejo, Raden Mas Joned baru berumur sepuluh tahun. Dia ikut rombongan pengungsi bersama keluarga besarnya ke Goa Selarong setelah Puri Tegalrejo digempur oleh pasukan Belanda. Dia sudah bisa merasakan bagaimana susahnya hidup dalam pengungsian dan hanya tinggal di dalam Goa bersama ibu dan saudara-saudaranya. Usianya masih terhitung anak-anak ketika dia lari mengikuti rombongan para penghuni Puri Tegalrejo dan para penghuni kampung sekitar puri. Terkadang sebuah tangan kokoh menyambarnya dan meletakkannya dalam gendongan sambil berlari mendorong gerobak dimana ibu dan bibinya menumpang menyatu dengan perbekalan seadanya. Orang itu tak lain adalah Sentot Prawiro Dirjo pamannya sendiri. Umur Raden Mas Joned sekitar 15 tahun ketika melihat ayahnya ditangkap oleh Belanda. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya tetap tegar menghadapi semuanya. Raden Mas Joned tidak kuasa menitikkan air mata ketika melihat ayahnya digiring dimasukkan ke dalam kereta yang membawanya ke pengasingan. Marah dan dendam, itulah yang ada di dalam benak Raden Mas Joned. Jiwa mudanya sangat terguncang dan itulah yang membuat Raden Mas Joned selalu melakukan perlawanan dimanapun dia melihat orang Belanda. Raden Mas Joned berusaha membebaskan ayahnya dengan cara mengejar ke Ungaran, lalu ke Semarang. Dia berhasil menyusup ke dalam kapal pembawa Pangeran Diponegoro tetapi ketahuan dan Raden Mas Joned menceburkan diri ke laut. Dia tidak putus asa karenanya. Raden Mas joned lalu mengejar Pangeran Diponegoro melalui darat bersama beberapa orang pengikutnya menuju Batavia. Sesampainya di Batavia, Pangeran Joned berusaha mendekati tempat penyekapan Pangeran Diponegoro, tetapi sayang, mata-mata mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro telah dipindahkan menggunakan kapal ke arah Timur. Dengan perbekalan seadanya disertai dengan pengikut-pengikut setianya, Raden Mas Joned berangkat ke arah Timur melewati jalan darat sambil menebarkan petaka bagi siapapun yang mencoba menghalanginya. Tahun 1837 Raden Mas Joned terbunuh dalam sebuah kerusuhan yang dibuatnya di Jogja. Atas kehendak keluarga, jenasah beliau disembunyikan dan dimakamkan di Bogor. Ibu Raden Mas Joned yaitu Raden Ayu Maduretno adalah kakak Sentot Prawirodirjo yang ikut bergabung dalam barisan Pangeran Diponegoro. Ketika Pangeran Diponegoro diangkat menjadi sultan di Dekso, Raden Ayu Maduretno diangkat menjadi permaisuri. Pada tahun 1828 beliau wafat karena sakit dan dimakamkan di Imogiri.


PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO / RM. JUNAT / RM. JEMET

Oleh :R. Endang Suhendar Diponegoro

PANGERAN DJONET atau Raden Mas Djonet Dipomenggolo, adalah putera pertama Pangeran Diponegoro yang lahir pada tahun 1815 1) di Yogyakarta dari Ibu kandung yang bernama R.A. Maduretno alias R.A. Ontowiryo alias R.A. Diponegoro yakni isteri kelima Pangeran Diponegoro putri ketiga Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Kanjeng Ratu Kedaton Maduretno Krama (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Pangeran Djonet memiliki adik kandung bernama Pangeran Roub/Pangeran Raab/Pangeran Raib, yang pada tahun 1840 berhasil dibuang Belanda ke Ambon dan meninggal disana. Ketika Pangeran Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada 18 Pebruari 1828 (walaupun saat itu Belanda berikut Kerajaan yang lain tidak mengakuinya). Pada saat itu Raden Mas Djonet Dipomenggolo masih berumur 13 tahun.


Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG  
1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I    
2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV    
3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA   
4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA    
5. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA    
6. BPH. DIPANEGARA    
7. RM. DJONET DIPAMENGGALA
  
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA
#1. KRK. MADURETNO KRAMA (Putri ke 22 HB-II <menikah dengan> RADEN RANGGA PRAWIRADIRDJA III 
#2. BRAy. MADURETNO/RA. Ontowiryo/RA. Diponegoro
#3. RM. DJONET DIPAMENGGALA
 
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -

PANGERAN DJONET PADA MASA PERJUANGAN PANGERAN DIPONEGORO (Tahun 1825-1830)

Sejak usia 10 tahun Pangeran Djonet bersama 2 saudaranya yaitu Pangeran Roub dan Pangeran Diponegoro Anom selalu mendampingi/selalu diajak ayahnya dalam setiap perundingan penting dengan Belanda. Mengingat usianya yang relatif muda tidak banyak yang dilakukan Pangeran Djonet muda, akan tetapi selama 5 tahun Pangeran Djonet berada, melihat dan menyaksikan langsung (veni, vedi veci) sejarah yang sedang terjadi di tanah air melalui perjuangan orang tuanya yaitu Pangeran Diponegoro beserta panglima Sentot Prawiradirja dan Pangeran-pangeran juga para Kyai. Di medan perang Pangeran Djoned menyaksikan bagaimana prajuritnya terbunuh...bagaimana mendapatkan kemenangan...bagaimana mengatur siasat perang, semua ini merupakan pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi pembentukan kepribadian Pangeran Djoned yang notabene calon penerus ayahnya.

Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya. Pemberontakan Paderi di Sumatera Barat, untuk sementara dibiarkan. Sekitar 200 benteng telah dibangun untuk mengurangi mobilitas pasukan Diponegoro. Perlahan langkah tersebut membawa hasil. Dua orang panglima penting Diponegoro tertangkap. Kyai Mojo tertangkap di Klaten pada 5 Nopember 1828. Sentot Alibasyah, dalam posisi terkepung, menyerah di Yogya Selatan pada 24 Oktober 1829.

Diponegoro lalu menyetujui tawaran damai Belanda. Tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro disertai lima orang lainnya (Raden Mas Jonet, Diponegoro Anom, Raden Basah Martonegoro, Raden Mas Roub dan Kyai Badaruddin) datang ke kantor Residen Kedu di Magelang untuk berunding dengan Jenderal De Kock. Mereka disambut dengan upacara militer Belanda. Dalam perundingan itu, Diponegoro menuntut agar mendapat "kebebasan untuk mendirikan negara sendiri yang merdeka bersendikan agama Islam." De Kock melaksanakan tipu muslihatnya. Sesaat setelah perundingan itu, Diponegoro dan pengikutnya dibawa ke Semarang dan terus ke Betawi. Pada 3 Mei 1830, ia diasingkan ke Manado, dan kemudian dipindahkan lagi ke Ujungpandang (tahun 1834) sampai meninggal. Di tahanannya, di Benteng Ujungpandang, Diponegoro menulis "Babad Diponegoro" sebanyak 4 jilid dengan tebal 1357 halaman.


PANGERAN DJONED PADA SAAT PENGASINGAN AYAHNYA KE SULAWESI (Tahun 1830)

Menurut cerita salah satu keturunan ke 7 Pangeran Djonet yang tinggal di sekitar makam yaitu R. Ustad ABDUL WAFA (keturunan dari Raden Mas SAHID ANKRIH, anak ke 5 Pangeran Djonet) adalah sebagai berikut : Sewaktu beliau dibuang ke Makassar, beliau ikut namun sewaktu Kapal/Perahu di lautan beliau menceburkan diri bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. Setelah beberapa lama menetap di Batavia, lalu beliau pindah ke Bogor, berjuang bersama pasukannya yang akhirnya menetap di Kebon Kelapa Cibeureum sampai akhir hayatnya.” (sesuai yang tertera dalam Papan Wisata Ziarah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor).

Situs Pangeran Djonet Dipomenggolo

Situs Makam Pangeran Djonet Dipomenggolo, Alamat : Pesantren Dipamenggala Al-Khasanan, Jl. Raden Kosasih, Kp. Kebon Kelapa-Kelurahan Cikaret-Bogor Selatan
Situs Makam Pangeran Djonet Dipomenggolo, Alamat : Pesantren Dipamenggala Al-Khasanan, Jl. Raden Kosasih, Kp. Kebon Kelapa-Kelurahan Cikaret-Bogor Selatan

Cerita lain, versi keturunan yang tinggal di sekitar makam : “ Pangeran Djonet tinggal dan menetap pertama kali di pinggiran kota Bogor (± 4 s.d 7 km dari Istana Belanda) di kampung Jabaru (Jawa Baru), setelah mempunyai 5 orang putra dan 2 orang putri semakin banyaklah keturunan Pangeran Djonet di kampong Jabaru tersebut, akhirnya membuka kampong baru lagi dengan nama kampong Dukuh Jawa, sampai akhirnya wafat pada usia 70 tahunan dan dimakamkan di kampong Kebon Kelapa (sekarang Jalan Raden Kosasih), Cikaret, Bogor Selatan tidak jauh dari kampong tempat beliau menetap ”.


Sedangkan cerita dari salah satu anggota IKPD (Ikatan Keluarga Pangeran Diponegoro) yaitu R. RONI SODEWO (keturunan dari Trah RM. SODEWO / Bagus SINGLON) adalah sebagai berikut :

"Pangeran Diponegoro menikah setidaknya dengan 2 orang Trah Raden Ronggo. 1. Citrowati adalah Anak Tumenggung Ronggoprawirosentiko (Anak Ronggo I) yang melahirkan RM. Singlon 2. R.A. Maduretno Puteri Ronggo III dengan isteri Kanjeng Ratu Kedathon Maduretno Krama Anak HB II. R.A Maduretno dikenal juga dengan sebutan RA ontowiryo atau RA. Diponegoro. Dari pernikahan ini lahirlah RM. Joned thn 1815 yang meninggal tahun 1837 dalam peperangan melawan Belanda.”


PANGERAN DJONED DI BATAVIA (Tahun 1830-1831)

Setelah lolos dari proses pengasingan ke Pulau Sulawesi sesuai cerita sebelumnya, Pangeran Djonet muda yang baru berusia 15 tahun (1815-1830) dibantu pengikutnya yang berjumlah lebih dari 1 orang untuk mencari tempat persembunyian sementara di daerah Batavia. Sebagai kelompok asing yang berkeliaran di Batavia yang notabene sebagai pusat kegiatan colonial pada masa itu tentunya baik Pangeran Djonet maupun pengikutnya yang asli Yogyakarta mencari sanak saudara, kerabat maupun tetangga yang sedaerah. Akhirnya dengan wawasan sejarah yang dimiliki sang Pangeran Muda diputuskan untuk mencari daerah Matraman (saat itu umur daerah Matraman sudah mencapai 208 tahun sejak penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia).

Di Matraman, pengikut Pangeran Djonet terlebih dahulu mencari tokoh-tokoh setempat yang dianggap mengetahui asal-usul Matraman dan akhirnya memperkenalkan diri kepada mereka tentang keberadaan Pangeran Mataram (tidak menyebutkan nama/menggunakan nama alias) dan menceriterakan secara umum kondisi kejadian saat itu. Diluar perkiraan sang Pangeran, mereka menerima dengan amat terbuka sambil disertai perasaan haru, bangga dan rindu akan kampong halaman akhirnya berkat bantuan dan perlindungan masyarakat Matraman pada saat itu Pangeran Djonet beserta pengikutnya menetap di Batavia (Matraman) lebih kurang selama 2 tahun.

Selama menetap di Matraman dalam rangka mempertahankan diri dari kejaran tentara Belanda, Pangeran Djonet membentuk pasukan (semacam pengawal Raja) dengan merekrut pemuda-pemuda yang mayoritas keturunan prajurit Kerajaan Mataram walaupun ada juga dari etnis lain yang juga bergabung dengan suka rela (di komplek pemakaman Pangeran Djonet di Bogor dimakamkan juga komandan pasukan pengawal yang berasal dari Banten). Komunikasi keberadaan Pangeran Djonet di Batavia dengan pihak Keraton Yogyakarta (lebih kurang 19 orang Pangeran/turunan Sultan yang mendukung Pangeran Diponegoro) dilakukan melalui media kurir/mata-mata/telik sandi yang masing-masing bergerak menuju titik yang ditentukan (rendesvouz), dari Keratonlah Pangeran Djonet mendapatkan bantuan logistik yang diperlukan dalam membentuk pasukan pengawal.

Tahun 1832 Pangeran Djonet genap berusia 17 tahun, usia yang cukup dewasa bagi seorang keturunan Sultan untuk segera memulai hidup berumah tangga. Maka pada tahun 1832 Pangeran Djonet mempersunting Putri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga Tan yang bernama BUN NIOH kemudian berganti nama menjadi NYI MAS AYU FATMAH (tidak ada literature yang menyebutkan dimana proses pertemuannya). Kalau mengacu kepada usia Nabi Muhammad SAW menikah, usia tersebut masih terlalu muda, akan tetapi karena kondisi saat itu sedang dalam proses bersembunyi ataupun penyamaran (incognito) ditambah lagi kebiasan Raja-raja Kasultanan Yogyakarta anak lelaki tertua menikah pada saat usia menginjak dewasa. Setelah berumah tangga Pangeran Djonet pindah ke pinggiran Kota Bogor, akan tetapi komunikasi dengan masyarakat Matraman tetap terjalin dengan sangat baik, dan sering mengahdiri acara-acara keagamaan yang diadakan di Masjid Jami Mataram.

Berdirinya Masjid Jami Matraman memang tak lepas dari aktivitas bekas pasukan Sultan Agung Mataram yang menetap di Batavia. Nama wilayah Matraman pun disinyalir karena dahulunya merupakan tempat perkumpulan bekas pasukan Mataram. Untuk menjalankan aktivitas keagamaan bekas pasukan Mataram mendirikan sebuah Masjid di kawasan tersebut. Masjid yang didirikan pada tahun 1837 diberi nama Masjid Jami Mataram yang artinya Masjid yang digunakan para abdi dalem Keraton Mataram. Selain itu, pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk menandakan bahwa masjid itu didirikan oleh para bekas pasukan Mataram. Keaslian Masjid Jami Matraman masih terlihat dari bagian depan gedung masjid yang belum pernah direnovasi. Pada jaman dahulu masjid itu merupakan masjid paling bagus di kawasan tersebut, dengan perpaduan gaya arsitektur masjid dari Timur Tengah dan India. Jika dilihat dari depan akan nampak bangunan seperti benteng dan pada dinding tembok mimbarnya dipenuhi dengan tulisan kaligrafi serta terlihat pula bentuk kubah bundar. Pada tahun 1837, masjid itu diresmikan oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro).


PANGERAN DJONET DI BOGOR (Tahun 1832 - 1885)

Tempat Tinggal Di Bogor

Pangeran Djonet pindah dari pelariannya di Batavia ke daerah pinggiran kota Bogor sekitar tahun 1832. Bersama pengikutnya keturunan bekas tentara kerajaan Mataram di Batavia (Daerah Matraman – Jakarta Timur), Pangeran Djonet membuka perkampungan baru yang akhirnya dikenal dengan nama Kampung JABARU, kependekan dari Jawa Baru.

Sarana transportasi darat yang umum pada masa itu kebanyakan menggunakan Kuda tunggang, kereta kuda, sepeda, sedikit kereta api dan mobil. Pangeran Djonet seperti halnya bangsawan di Keraton Yogyakarta tentunya sangat terlatih menggunakan kuda tunggang, oleh karenanya di sekitar kampong Jabaru, disuatu tempat yang berbentuk Pasir (nama lain dari Bukit) Pangeran Djonet dan para pengikutnya biasa menambatkan kuda-kudanya (kemungkinan besar, dipasir inilah dibangun Istal).


Melihat cerita di atas, dan mempelajari Silsilah yang ada serta mencermati keberadaan RM. Djonet pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro setelah saya lakukan analisis dengan seksama dengan mengacu kepada artikel dan buku-buku diperoleh berbagai macam kemungkinan sebagai berikut :

1. Sri Sultan Hamengkubuwono II atau Raden Mas Sundoro diangkat menjadi Sultan pada bulan 24 Maret 1792 pada usia 42 tahun
   menggantikan ayahnya Sri Sultan Hamengkubuwono I yang wafat pada tanggal yang sama. Pada bulan Desember 1810 Herman Daendels
   menyerbu Yogyakarta, dan menurunkan Hamengkubuwana II, kemudian menggantinya dengan Hamengkubuwana III. Pada tahun 1811
   pemerintahan Belanda atas Jawa dan Nusantara direbut oleh Inggris, hal ini dimanfaatkan Hamengkubuwana II untuk kembali
   menjadi raja, dan menurunkan Hamengkubuwana III sebagai putra mahkota kembali. Pada bulan Juni 1812 pasukan Inggris yang
   dibantu Mangkunegaran menyerbu Yogyakarta, Hamengkubuwana II dibuang ke pulau Penang, sedangkan Pakubuwana IV dirampas
   sebagian wilayahnya. Hamengkubuwana III kembali diangkat sebagai raja Yogyakarta. Pada tahun 1825 terjadi pemberontakan
   Pangeran Diponegoro (putra Hamengkubuwana III) terhadap Belanda (yang kembali berkuasa sejak tahun 1816). Saat itu raja yang
   bertakhta di Yogyakarta adalah Hamengkubuwana V. Pemberontakan Pangeran Diponegoro sangat mendapat dukungan dari rakyat.
   Pemerintah Hindia Belanda mencoba mengambil simpati rakyat dengan mendatangkan Hamengkubuwana II yang dulu dibuang Inggris.
   Hamengkubuwana II kembali bertakhta tahun 1826, sedangkan Hamengkubuwana V diturunkan oleh Belanda. Namun usaha ini tidak
   membuahkan hasil. Rakyat tetap saja menganggap Pangeran Diponegoro sebagai raja mereka. 
   Hamengkubuwana II yang sudah tua (dan dipanggil sebagai Sultan Sepuh) akhirnya meninggal dunia pada tanggal 3 Januari 1828.
   Pemerintahan kembali dipegang oleh cicitnya, yaitu Hamengkubuwana V. 
2. Pada tahun 1823, Hamengkubuwono  IV dibunuh oleh seorang agen Belanda. Putra mahkota yang masih berusia 3(4) tahun diangkat
   menjadi Hamengkubuwono V. Sebuah dewan perwalian yang terdiri atas Ibu Suri, Nenek Suri, P. Mangkubumi, P. Diponegoro dan
   Danurejo IV dibentuk, dimana Patih Danurejo IV sepenuhnya mengendalikan Pemerintahan Kasultanan Yoyakarta dibawah pengaruh
   Belanda. Pangeran Diponegoro tidak menyetujui sistim perwalian bentukan Belanda tersebut karena hanya akan menguntungkan
   pihak Belanda. Dampak dari ketidak-harmonisan tersebut pada tahun 1825 Pangeran Diponegoro dibantu sebagian besar Pangeran
   mengadakan Perlawanan terhadap Belanda, yang pada akhirnya pada tahun 1826 Hamengkobowono II bertahta kembali untuk yang
   ke 3 kalinya, serta menurunkan Hamengkubuwono V.
3. Pada saat Hamengkubuwono II wafat pada tanggal 3 Januari 1828, tahta kerajaan diteruskan kembali oleh Hamengkubuwono V
   tentunya masih dengan model perwalian yang sama, akhirnya pada 18 Pebruari 1828 atas dukungan mayoritas rakyat dan para
   Pangeran yang lain Pangeran Diponegoro diangkat  sebagai Hamengkubuwono V dengan gelar “Pangeran Abdulhamid” menggantikan
   tahta kakeknya yang direbut kembali oleh Hamengkubuwono V, yang mana sistim perwalian bentukan Belanda tersebut dianggap
   menyalahi aturan, akan tetapi pengangkatan Pangeran Diponegoro sebagai Sultan tidak diakui oleh Pemerintah Belanda dan
   Kerajaan-kerajaan yang lain, akhirnya Kesultanan Yogyakarta tetap diteruskan oleh Hamengkubuwono V. 
4. RM. Djonet adalah putra sulung dari pasangan Pangeran Diponegoro dengan RA. Maduretno yang lahir pada tahun 1815 M. Ketika
   Diponegoro berusia 42 tahun, beliau dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar
   Kanjeng Ratu Kedaton l  pada tanggal 18 Pebruari 1828, pada saat itu RM. Djonet berumur 13 tahun.
5. Sejarah Pangeran Djonet menurut cerita kutipan dari buku karangan Peter Carey menyebutkan bahwa Pangeran Djonet dibunuh oleh
   Belanda dalam sebuah peperangan pada tahun 1837. Cerita tersebut dapat beralasan :
   1. Dalam artikel : “Jejak Sultan Agung Mataram di Masjid Jami Matraman”  disebutkan bahwa Masjid Jami Mataram dibangun dan
      diresmikan pada tahun 1837 oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro). Pada tahun 1837 Masjid Jami tersebut
      tergolong bangunan mewah arsitktur bangunannya menyerupai Taj Mahal, sehingga menjadi pusat perhatian Belanda. Informasi
      peresmian Masjid tersebut oleh keturunan langsung Pangeran Diponegoro sampai melalui mata-mata Belanda yang pada akhirnya
      Belanda melakukan penyergapan (kemungkinan dikediaman Pangeran Djonet di kampung Jabaru (Jawa Baru), di daerah Selatan
      Bogor. Dalam penyergapan tersebut akhirnya terjadi peperangan antara tentara Belanda dengan Pangeran Djonet dan
      pengikutnya. Di lain pihak, pada tahun yang sama 1837 Pangeran Djonet sudah berumah tangga dan mempunyai anak 7 ( 5 laki
      -laki dan 2 perempuan ).
   2. Mungkin saja data yang diperoleh Peter Carey sumbernya berasal dari pihak Belanda atau referensi lain yang ada di Inggris,
      dimana baik Belanda maupun Inggris membukukan sejarah pemberontakan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya lebih mengutamakan
      keberhasilannya semata, sehingga Pangeran Diponegoro dan keluarganya berikut pengikutnya dianggap “BAD GUY” yang sudah
      dikalahkan (dibunuh) sedangkan pihak Belanda maupun Inggris sebagai “GOOD GUY” yang patut mendapatkan penghargaan.
6. Pangeran Djonet menetap di Batavia mulai tahun 1830, pada saat beliau berumur 15 tahun. Kalau mengacu kepada cerita versi
   “makam” (di Cikaret, Bogor), Pangeran Djonet termasuk dalam kelompok yang akan dibuang ke Makassar yang akhirnya dapat
   melarikan diri dan menetap di Batavia. Dimana pangeran Djonet tinggal di Batavia?, sampai tahun berapa tinggal di Batavia?,
   kapan pindah ke Bogor? Tahun berapa menikah?, Siapa isterinya? Berapa orang istrinya? Berapa orang putra-putrinya? dimana
   tinggalnya di Bogor? Jawabannya adalah :
   1. Di Batavia pangeran Djonet tinggal di perkampungan mantan prajurit Mataram  (Sultan Agung Mataram menyerang VOC di
      Batavia pada April 1628 - Mei 1629). Pada tahun 1837 perkampungan tersebut sudah berubah nama menjadi kampung MATRAMAN
      karena sudah  berusia 218 tahun. Di Matraman inilah Pangeran Djonet menetap dan mendapatkan perlindungan dari keterunan
      tentara Mataram, sampai usia beliau mencapai 17-22 tahun.
   2. Pangeran Djonet pindah ke Bogor antara tahun 1832-1837, dimana pada usia tersebutlah menikah dengan puteri Kapitein
      keturunan Tionghoa dari Marga TAN yang bernama BOEN NIOH kemudin bermualaf dengan nama NYI MAS AYU FATMAH. Mengenai jumlah
      isterinya dapat diperkirakan sebagai berikut : apabila mengacu kepada buku Peter Carey pangeran Djonet terbunuh pada saat
      usia perkawinan 5 tahun (1837) dengan jumlah putra-putri 7 orang, berarti pangeran Djonet beristri minimal 2 orang,
      sedangkan kalau mengacu versi makam, Pangeran Djonet meninggal di usia 70 tahunan meninggalkan seorang isteri, 7 orang
      anak.
   3. Di Bogor Pangeran Djonet tinggal di pinggiran Kota ± 5 km dari Istana Belanda. Disana beliau dibantu para pengikutnya
      keturunan Mataram yang ada di Batavia membuka perkampungan baru yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Kampung JABARU
      kepanjangan dari Kampung Jawa Baru. Di kampung Jabaru inilah pangeran Djonet membentuk pasukan dan beranak-pinak. Kuda-kuda
      pangeran Djonet dan pasukannya ditambatkan di Istal Kuda didaerah pasir (bukit) yang pada akhirnya daerah tersebut dikenal
      dengan nama Kampung Pasir Kuda (kampung diatas bukit yang banyak Kuda). Dari Kampung Jabaru keturunan Pangeran Djonet
      meluas dan membuka perkampungan baru di sebelah Timurnya yang juga dikenal dengan nama Kampung Dukuh Jawa.
   4. Menurut kesaksian keturunan Pangeran Djonet generasi ke 5 (R. SITI MARIAM (IIH)& R. SITI JUARIAH (UWE)), pada saat
      ayahnya RM.H. RANA MENGGALA (generasi 4) meninggal sekitar tahun 1970an, ada prajurit utusan Kraton Yogyakarta membawa
      peti berukir yang berisi antara lain uang. Pada saat itu keturunan Pangeran Djonet sampai generasi ke 5 belum banyak yang
      mengetahui asal-usul yang mengarah kepada Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diartikan bahwa, pihak Kraton Yogyakarta
      mengetahui keberadaan Pangeran Djonet di Bogor dan ada kemungkinan sebetulnya pada saat Pangeran Djonet tinggal pertama di
      Bogor pun sudah ada komunikasi rahasia antara telik sandi kraton Yogyakarta dengan pasukan Pangeran Djonet di Bogor
      (mengapa masih rahasia, mengingat di kalangan kerabat Pangeran Diponegoro di Yogyakarta pada saat itu disinyalir masih
      banyak yang pro-kolonial) . Sejauh ini diantara keturunan 7 anak Pangeran Djonet, sampai dengan generasi kelima (lahir
      1930an-1950an) silsilah keluarga yang lebih rinci tentang keturunan Pangeran Djonet masih memerlukan verifikasi dan
      penyempurnaan,wallahu alam bi sawab.  

http://peanutnute.multiply.com/reviews/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem


SILSILAH KELUARGA BESAR KETURUNAN RM. DJONET DIPAMENGGALA

Putra-putri

No. Nama Tempat/lLahir
1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA Jabaru, C-1833
2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO Jabaru, C-1834
3. RM. HARJO DIPOTJOKRO / PANGERAN GRINGSING I Jabaru, C-1835
4. RM. HARJO ABDUL MANAP Jabaru, C-1836
5. RM. KH. SAHID ANGKRIH Jabaru, C-1835
6. NYI MAS RAy. UKIN Jabaru, C-1836
7. NYI MAS RAy. OKAH Jabaru, C-1837

Cucu

  1. 1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebakpasar, C-1854)
  2. 2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
  3. 2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH
  4. 2.3. RM.H. ABAS
  5. 2.4. RM.H. ABDULRACHMAN ADIMENGGOLO
  6. 2.5. RM.H. MUHAMMAD HASAN
  7. 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO / P.GRINGSING II
  8. 4.1. RM.H. EDOJ
  9. 4.2. RM.H. SAYYID YUDOMENGGOLO
  10. 4.3. NYI RAy.Hj. SARODJA
  11. 4.4. NYI RAy.Hj. AMANUNG
  12. 5.1. RM. ASMINI
  13. 5.2. RM. IDRIS
  14. 5.3. RM. ONDUNG

Buyut / Cicit

  1. 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
  2. 1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
  3. 1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (AHMAD, C-1879)
  4. 1.1.4. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1880
  5. 2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
  6. 2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
  7. 2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
  8. 2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
  9. 2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA
  10. 2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
  11. 2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
  12. 2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
  13. 2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
  14. 2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT
  15. 2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
  16. 2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
  17. 2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
  18. 2.3.1. RM.H. ARDJA
  19. 2.3.2. RM.H. SUMINTA (MALIK)
  20. 2.3.3. RAy.Hj. PATIMAH <menikah dgn> DJUARSA (Ayahnya Mayjen. ISHAK DJUARSA)
  21. 2.3.4. RAy.Hj. FATMAH <menikah dgn> 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA Cucu RM. NGABEHI DIPOMENGGOLO
  22. 2.3.5. RM.H. YACUB
  23. 2.3.6. RAy.Hj. SITI MARIJAM (Loji)
  24. 2.4.1. RAy.Hj. SUKIYAMAH
  25. 3.1.1. RM. HARJO DIPOHADIKUSUMO / P. GRINGSING III
  26. 4.1.1. RM.H. SINTOMENGGOLO
  27. 4.2.1. RM.H. SADIRI GONDOMENGGOLO
  28. 4.3.1. RM.H. SUMAWIDJAJA
  29. 4.3.2. NYI RAy.Hj. DANANG
  30. 4.3.3. NYI RAy.Hj. ANOK
  31. 4.3.4. NYI RAy.Hj. ENGKO
  32. 4.3.5. NYI RAy.Hj. TOJO (Ibu Bandung)
  33. 5.1.1. RM.H. ASMININ
  34. 5.1.2. RM.H. MALI
  35. 5.1.3. RM.H. MINAU
  36. 5.1.4. RM.H. IKING
  37. 5.1.5. RAy.Hj. UMI

Canggah
  1. 1.1.1.1. R.H. RAIS
  2. 1.1.1.2. R.Hj. ECIN
  3. 1.1.1.3. R.Hj. HALIMAH
  4. 1.1.1.4. R.Hj. SITI KHODIJAH
  5. 1.1.1.5. R.Hj. SITI MUKMINAH
  6. 1.1.1.6. R.Hj. SITI JUARIAH (Uwa UWE, Sempur)
  7. 1.1.1.7. R.H. MAHBUB
  8. 1.1.1.8. R.Hj. SITI MAEMUNAH
  9. 1.1.1.9. R.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
  10. 1.1.1.10. R.IYAN RIDWAN
  11. 1.1.2.1. R.H. YASIN (C-1910
  12. 1.1.2.2. R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
  13. 1.1.2.3. R.H. ALI
  14. 1.1.2.4. R.H. ABDUL MANAN (Adung)
  15. 1.1.2.5. R.Hj. SUPIAH (Siti)
  16. 1.1.2.6. R.Hj. ENCUNG
  17. 1.1.2.7. R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
  18. 1.1.2.8. R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
  19. 1.1.2.9. R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
  20. 1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
  21. 1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
  22. 2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas)
  23. 2.1.1.2. R.H. UMAR SURIODIRDJO (Ciomas)
  24. 2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO Ciomas)
  25. 2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO
  26. 2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas)
  27. 2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas)
  28. 2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas)
  29. 2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI (Ciomas)
  30. 2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas)
  31. 2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji)
  32. 2.2.1.1. R.H. KURAESIN
  33. 2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA
  34. 2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas)
  35. 2.2.6.1. R.H. PANJI
  36. 2.2.6.2. R.H. PANDU
  37. 2.2.6.3. R.H. HASAN
  38. 2.2.6.4. R.H. KURAESIN
  39. 2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Ir. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional
  40. 2.2.8.1. R.H. ACO UMAR
  41. 2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng)
  42. 2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi)
  43. 2.2.9.3. Rd.H. TATANG MUCHTAR (Ciluar)
  44. 2.2.9.4. NYI Rd. ICHA AISYAH (Di Belanda sejak 1935)
  45. 2.3.6.1. Drs.H.R. MANSYUR
  46. 2.3.6.2. H.R. SANUSI (Gunung Batu)
  47. 2.3.6.3. Drs.H.R. ENTJEP WAHAB (Jakarta)
  48. 3.1.1.1. R. DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO / P. GRINGSING IV (Magetan)
  49. 4.1.1.1. NYI Rd. HJ. S. AISYAH
  50. 4.1.1.2. NYI Rd. HJ. INA
  51. 4.1.1.3. NYI Rd. HJ. SITI
  52. 4.1.1.4. Rd. H. MARANA
  53. 4.1.1.5. NYI Rd. HJ. ARISAH
  54. 4.1.1.6. Rd. H. BARNAS SINTOMENGGOLO
  55. 4.1.1.7. NYI Rd. HJ. UTI
  56. 4.1.1.8. NYI Rd. HJ. UTA
  57. 4.1.1.9. NYI Rd. HJ. HATIMAH
  58. 4.1.1.10.Rd. H. SIDIQ SINTOMENGGOLO
  59. 4.2.1.1. Rd. H. KARTA
  60. 4.2.1.2. NYI Rd. HJ. JUHA
  61. 4.2.1.3. Rd. H. DARMA
  62. 4.2.1.4. Rd. H. DARNA
  63. 4.3.1.1. R.H. ENTUNA PARTAWIJAYA
  64. 4.3.2.1. R.H. PRAWIRA SOMANTRI
  65. 5.1.1.1. R. ABDUL LATIF
  66. 5.1.1.2. R. ARMANI
  67. 5.1.1.3. NYI Rd. JENAB
  68. 5.1.1.4. R. MURNAS
  69. 5.1.1.5. R. ABDURROHIM
  70. 5.1.1.6. R. ABDURROHMAN

SILSILAH RINCI

#1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA (C-1833)   
    1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebakpasar, C-1854)
         1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
                1.1.1.1.  R.H. RAIS
                1.1.1.2.  R.Hj. ECIN
                1.1.1.3.  R.Hj. HALIMAH
                1.1.1.4.  R.Hj. SITI KHODIJAH
                1.1.1.5.  R.Hj. SITI MUKMINAH
                1.1.1.6.  R.Hj. SITI JUARIAH (Uwa UWE, Sempur)
                1.1.1.7.  R.H. MAHBUB
                1.1.1.8.  R.Hj. SITI MAEMUNAH
                1.1.1.9.  R.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
                1.1.1.10. R.IYAN RIDWAN
         1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
                1.1.2.1.  R.H. YASIN (C-1910
                          1.1.2.1.1. R. ENDUS
                          1.1.2.1.2. R. SALMAH (Encal)
                                     1.1.2.1.2.1.  R. HARUN AL-RASYID
                          1.1.2.1.3. R. SUHANDA (Kang AA)
                          1.1.2.1.4. R. ARSYAD (Kang OO)
                          1.1.2.1.5. R. SUKARNA (Kang UU)
                                     1.1.2.1.5.1.  R. ENEN
                                     1.1.2.1.5.2.  R. DIDING
                                     1.1.2.1.5.3.  R. ENTIN
                          1.1.2.1.6. R. SUKARNI (Kang Ani)
                                     1.1.2.1.6.1.  R. SUKANTA
                          1.1.2.1.7. R. MUTHOLIB (Toto)
                                     1.1.2.1.7.1.  R. DEDI NURTHOLIB (Nunuy)  
                                     1.1.2.1.7.1.  R. IIS  
                                     1.1.2.1.7.1.  R. DEDE  
                1.1.2.2.  R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
                          1.1.2.2.1.  R. JATNIKA JAYAKUSUMAH (Enjat)
                                      1.1.2.2.1.1. R. EDI WAHYUDI
                                                   1.1.2.2.1.1.1.  R. YUDHA
                                                   1.1.2.2.1.1.2.  R. ENENG
                                                   1.1.2.2.1.1.3.  R. TATI
                                                   1.1.2.2.1.1.4.  Rb. MOCH HAPI 
                          1.1.2.2.2.  R. LUKMAN JAYAKUSUMAH (Maman)
                          1.1.2.2.3.  R. NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (Enis)
                                      1.1.2.2.2.1. R. PEPEN RUSPENDI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.1.1.  Rb. YANA RUBIYANA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.1.2.  Rb. AGUSTANJAYA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.1.3.  Rr. NURWINA SEPTI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.1.4.  Rr. RIZKI MELINA DIPONEGORO
                                      1.1.2.2.2.2. R. ENDANG SUHENDAR DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.2.1.  Rr. INESIA VIOLINA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.2.2.  Rb. M. HARPA RAMADHAN DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.2.3.  Rb. M. GITAR RAMADHAN DIPONEGORO
                                      1.1.2.2.2.3. R. SUPRIATINI DIPONEGORO (Tintin)
                                                   1.1.2.2.2.3.1.  R. EKA SANDRA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.3.2.  R. AIDA NANDARA DIPONEGORO
                                      1.1.2.2.2.4. R. LILIH SURYYA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.4.1.  Rb. RANDY ADITYANA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.4.2.  Rr. ALIN NURGIANTY DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.4.3.  Rr. DITA TRIJAYANTI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.4.4.  Rb. IVAN WIRANATA DIPONEGORO
                                      1.1.2.2.2.5. R. MARYATI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.5.1.  Rb. NIKI ADRIAN PURNAMA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.5.2.  Rr. RANTI DWILESTARI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.5.3.  Rb. JODI TRIADI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.5.4.  Rr. GITA SEPTIA PERMATA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.2.2.5.5.  Rr. VERDA FAUZIYAH RACHMAN DIPONEGORO
                                      1.1.2.2.2.6. R. DENI SUPRAMANA DIPONEGORO(Wafat 2012)
                          1.1.2.2.4.  R.H. SURYA KUSUMAH (Cecep)
                          1.1.2.2.5.  R. HARJA SUTISNA JAYAKUSUMAH (Entis)
                          1.1.2.2.6.  R. MUSLIHAT JAYAKUSUMAH (Emung)
                          1.1.2.2.7.  R. MULYADI JAYAKUSUMAH (Yadi)
                          1.1.2.2.8.  R. DODY SUYATNA JAYAKUSUMAH (Dodot/Dody)
                          1.1.2.2.9.  R. RIDWAN JAYAKUSUMAH (Wawang)
                          1.1.2.2.10. R. RAFIUDIN JAYAKUSUMAH (Dingding)
                          1.1.2.2.11. R. SUDRAJAT JAYAKUSUMAH (Jajat)
                1.1.2.3.  R.H. ALI
                          1.1.2.3.1.  R.H. JUMENA
                1.1.2.4.  R.H. ABDUL MANAN (Adung)
                          1.1.2.4.1.  R. SASTRA (Caca)
                          1.1.2.4.2.  R. ENOH
                          1.1.2.4.3.  R.H DIDIH
                          1.1.2.4.4.  R. CICIH
                          1.1.2.4.5.  R. SUPARTI 
                1.1.2.5.  R.Hj. SUPIAH (Siti)
                          1.1.2.5.1.  R. DJAKA
                          1.1.2.5.2.  R. ANONG KRAMAATMAJA <menikah dengan> MA. SALMUN RAKYADIKARIA (Pujangga Sunda, asal Banten)
                          1.1.2.5.3.  R.Hj. HALIMAH (Emah)
                          1.1.2.5.4.  R.Hj. EMPIN (Rapi'ah)
                          1.1.2.5.5.  R.H. DJAJUSMAN (Jayus)
                          1.1.2.5.6.  R. SOLEH
                1.1.2.6.  R.Hj. ENCUNG
                          1.1.2.6.1.  R. NANI (Eneng)
                1.1.2.7.  R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
                          1.1.2.7.1.  R.Hj. NUNUNG NURJUARIAH
                          1.1.2.7.2.  R.Hj. NINIH NURJANAH
                          1.1.2.7.3.  R. YAYAH
                          1.1.2.7.4.  R. ENDANG
                          1.1.2.7.5.  R. ODIN
                1.1.2.8.  R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
                          1.1.2.8.1.  R.Hj. KURNIATI (Iis) <menikah dengan> DR.Ir.H. FACHRUDDIN (Rektor UNHAS)
                          1.1.2.8.2.  R. KASWATI (Kotih)
                1.1.2.9.  R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
                          1.1.2.9.1.  R. MEMET SAPUTRA (Ahmad)
                          1.1.2.9.2.  R. YEYET RUSMIATI
                1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
                          1.1.2.10.1. R. HEDI SUMARDI
                          1.1.2.10.2. R. EMBED SUHARLI
                          1.1.2.10.3. R. SOPIAH (Iyong)
                1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
                          1.1.2.11.1. R. HAYATI (Titi)
         1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (AHMAD, C-1879)
         1.1.4. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1880
#2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (C-1834)   
    2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
         2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas) 
                2.1.1.2. R.H. UMAR SURIODIRDJO (Ciomas) 
                2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO Ciomas) 
                2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO 
         2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas) 
                2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas) 
                2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas) 
         2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI (Ciomas) 
                2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas) 
         2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
                2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji) 
    2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH <menikah dgn> Rd. SURYADIMENGGALA (Tumenggung Ket. Sumedang)
         2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA 
                2.2.1.1. R.H. KURAESIN 
                2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA 
                2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas) 
         2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
         2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
         2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
         2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
         2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT
                2.2.6.1. R.H. PANJI 
                2.2.6.2. R.H. PANDU 
                2.2.6.3. R.H. HASAN 
                2.2.6.4. R.H. KURAESIN 
         2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
                2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Ir. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional 
         2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
                2.2.8.1. R.H. ACO UMAR 
         2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
                2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng) 
                2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi) 
                2.2.9.3. Rd.H. TATANG MUCHTAR (Ciluar) 
                2.2.9.4. NYI Rd. ICHA AISYAH (Di Belanda sejak 1935) 
    2.3. RM.H. ABAS(Penghulu Ciomas) <menikah dgn> PUTRI PERTAMA DAENG DJARBI (Putra ke 2 Raja Gowa)
         2.3.1. RM.H. ARDJA
         2.3.2. RM.H. SUMINTA (MALIK)
         2.3.3. RAy.Hj. PATIMAH <menikah dgn> DJUARSA (Ayahnya Mayjen. ISHAK DJUARSA)
         2.3.4. RAy.Hj. FATMAH <menikah dgn> 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA Cucu RM. NGABEHI DIPOMENGGOLO 
         2.3.5. RM.H. YACUB
         2.3.6. RAy.Hj. SITI MARIJAM (Loji)
                2.3.6.1. Drs.H.R. MANSYUR
                2.3.6.2. H.R. SANUSI (Gunung Batu)
                2.3.6.3. Drs.H.R. ENTJEP WAHAB (Jakarta) 
    2.4. RM.H. ABDULRACHMAN ADIMENGGOLO (Camat Ciomas)
         2.4.1. RAy.Hj. SUKIYAMAH
    2.5. RM.H. MUHAMMAD HASAN     
#3. RM. HARJO DIPOTJOKRO / PANGERAN GRINGSING I
    3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO / P.GRINGSING II
         3.1.1. RM. HARJO DIPOHADIKUSUMO / P. GRINGSING III
                3.1.1.1. R. DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO / P. GRINGSING IV
#4. RM. HARJO ABDUL MANAP
    4.1. RM.H. EDOJ
         4.1.1. RM.H. SINTOMENGGOLO
                4.1.1.1. NYI Rd. HJ. S. AISYAH
                4.1.1.2. NYI Rd. HJ. INA
                4.1.1.3. NYI Rd. HJ. SITI
                4.1.1.4. Rd. H. MARANA                 
                4.1.1.5. NYI Rd. HJ. ARISAH
                4.1.1.6. Rd. H. BARNAS SINTOMENGGOLO
                4.1.1.7. NYI Rd. HJ. UTI
                4.1.1.8. NYI Rd. HJ. UTA
                4.1.1.9. NYI Rd. HJ. HATIMAH
                4.1.1.10. Rd. H. SIDIQ SINTOMENGGOLO
    4.2. RM.H. SAYYID YUDOMENGGOLO
                4.2.1.1. Rd. H. KARTA 
                4.2.1.2. NYI Rd. HJ. JUHA 
                4.2.1.3. Rd. H. DARMA 
                4.2.1.4. Rd. H. DARNA 
         4.2.1. RM.H. SADIRI GONDOMENGGOLO
    4.3. NYI RAy.Hj. SARODJA 
         4.3.1. RM.H. SUMAWIDJAJA
                4.3.1.1. R.H. ENTUNA PARTAWIJAYA
         4.3.2. NYI RAy.Hj. DANANG
                4.3.2.1. R.H. PRAWIRA SOMANTRI
         4.3.3. NYI RAy.Hj. ANOK
         4.3.4. NYI RAy.Hj. ENGKO
         4.3.5. NYI RAy.Hj. TOJO (Ibu Bandung)
    4.4. NYI RAy.Hj. AMANUNG
#5. RM. KH. SAHID ANGKRIH
    5.1. RM. ASMINI
         5.1.1. RM.H. ASMININ
                5.1.1.1. R. ABDUL LATIF
                         5.1.1.1.1. R. KOMARUDIN
                5.1.1.2. R. ARMANI
                         5.1.1.2.1. R. AL. KH. DARMA
                5.1.1.3. NYI Rd. JENAB
                5.1.1.4. R. MURNAS
                5.1.1.5. R. ABDURROHIM
                5.1.1.6. R. ABDURROHMAN
         5.1.2. RM.H. MALI
         5.1.3. RM.H. MINAU
         5.1.4. RM.H. IKING
         5.1.5. RAy.Hj. UMI
    5.2. RM. IDRIS
    5.3. RM. ONDUNG 
#6. NYI MAS RAy. UKIN 
#7. NYI MAS RAy. OKAH 

 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -

Sumber-sumber

  1. http://bataviase.co.id/node/183595 -
  2. http://www.jejak-pangeran-diponegoro-bogor.blogspot.com/ -
  3. http://www.youtube.com/watch?v=UL9s71V6zMA -
  4. http://www.beritajakarta.com/2008/id/jpc_detail.asp?nNewsId=37993 -
  5. https://groups.yahoo.com/neo/groups/surau/conversations/topics/5801 -


Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
44. Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo / Bendoro Pangeran Haryo Abdul Arifin Hadiwijaya (Bendoro Raden Mas Nuryani)
lahir: 1794
perkawinan: 2. Bendoro Raden Ayu Nuryani / Bendoro Raden Ayu Abdu'l Arifin Hadiwijoyo
wafat: 30 Juli 1826, Nglengkong-Sleman, Termasuk dalam Daftar Panglima Perang Pangeran Diponegoro, (wafat pada 30 Juli 1826, dalam sebuah penyergapan Belanda didaerah Nglengkong-Sleman, Royal.Ark)
Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III [Hb.2.]
lahir: 20 Februari 1769, Yogyakarta
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Murtiningsih [Ga.Hb.3.21]
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Hadiningdiah [Ga.Hb.3.22] / Bendoro Raden Ajeng Ratnadimurti
perkawinan: Bendoro Mas Ayu Mindarsih
perkawinan: Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.1.?] / Gusti Kanjeng Ratu Hageng [Gp.Hb.3.1]
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Mangkorowati [Ga.Hb.3.1]
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Dewaningrum
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Lesmonowati ? (Ratu Kencono)
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Kusumodiningrum
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Mulyoningsih
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Puspitosari
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Mulyosari
perkawinan: Bendoro Mas Ayu Puspitoningsih
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Puspitolangen
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Kalpikowati
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Surtikowati
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Panukmowati
perkawinan: Bendoro Mas Ayu Madrasah
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Padmowati
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Wido
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Doyopurnomo
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Puspowati
perkawinan: Gusti Kanjeng Ratu Hemas [Gp.Hb.3.1] ? (Prawirodirjo)
perkawinan: Gusti Kanjeng Ratu Wadhan [Gp.Hb.3.3]
perkawinan: Bendoro Mas Ayu Sasmitoningsih [Ga.Hb.3.19]
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Renggoasmoro [Ga.Hb.3.20]
perkawinan: Bendoro Raden Ayu Hadiningsih [Ga.Hb.3.23]
gelar: 31 Desember 1808, Yogyakarta, Raja Putro Narendro Pangeran Adipati Anom Amangkunegoro (Pangeran Wali)
gelar: 1810 - 28 Desember 1811, Yogyakarta
gelar: 12 Juni 1812 - 3 November 1814, Yogyakarta, Sultan of Yogyakarta, 3rd
wafat: 3 November 1814, Yogyakarta
Kanjeng Raden Adipati Haryo Ronggo Prawirodirdja III ? (Adipati Maospati Madiun ke III)
perkawinan: 22. Gusti Bendoro Raden Ayu Maduretno ? (Gusti Kanjeng Ratu Prawirodirdja III)
gelar: 1799 - 17 Desember 1810, Bupati Madiun Ke 16 di : Maospati
wafat: 17 Desember 1810, Banyu Sumurup-Imogiri dipindahkan ke Giripurno-Gn Bancak-Magetan pada 1957
Kakek-nenek
Orang Tua
Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar
lahir: 11 November 1785, Yogyakarta
perkawinan: 3. Raden Ayu Retnodewati
perkawinan:
perkawinan: 5. Raden Ayu Retnaningsih
perkawinan: 7. Raden Ayu Retnaningrum
perkawinan:
perkawinan:
perkawinan:
perkawinan: 1. Raden Ayu Retno Madubrongto
gelar: 3 September 1805, Yogyakarta, Bendoron Raden Mas Ontowiryo (Carey,Peter, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro, 2014, pp.17)
perkawinan: 2. Raden Ayu Retnakusuma / Raden Ayu Supadmi , Yogyakarta
perkawinan: 3. Raden Ayu Maduretno / Raden Ayu Diponegoro (Bendoro Raden Ayu Ontowiryo) , Keraton Yogyakarta
perkawinan: 6. Raden Ayu Retnakumala
gelar: 15 Agustus 1825, Selarong, Yogyakarta, Sultan Eru Cakra, Sultan Ngah 'Abdu'l Hamid Eru Chakra Kabir ul-Mukminin Saiyid ud-din Panatagama Jawa Khalifat Rasu'llah
perkawinan: 6. Raden Ayu Retnakumala , Kasongan
wafat: 8 Januari 1855, Makasar
3. Raden Ayu Maduretno / Raden Ayu Diponegoro (Bendoro Raden Ayu Ontowiryo)
lahir: ~ 1798, Yogyakarta
perkawinan: Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar , Keraton Yogyakarta
gelar: 18 Februari 1825, Tegalrejo
wafat: 28 Februari 1827, Yogyakarta
Orang Tua
 
== 3 ==
4. Raden Mas Djonet Dipomenggolo
lahir: 1815, Solo
perkawinan: NYI MAS AYU Fatmah \ Bun Nioh
wafat: 1837, Yogyakarta, dimakamkan di Bogor (Versi 'Peter Carey')
wafat: 1885, Bogor, dimakamkan di Bogor (Versi Keluarga)
5. Raden Mas Roub / Raden Mas Raab (Pangeran Hasan)
lahir: 1816, Solo
wafat: 1894, Wanagopa, Tegal
11. Raden Ayu Hangreni Mangunjaya
lahir: Sementara menunggu persetujuan putranya diputus : 848551
13. Raden Mas Sarkuma
lahir: 1834
wafat: 1849
5. RM. Djonet Dipomenggolo
lahir: 1815, Solo
wafat: 1837, Yogyakarta, dimakamkan di Bogor (Versi 'Peter Carey')
wafat: 1885?, Bogor, dimakamkan di Bogor (Versi Keluarga)
== 3 ==
Anak-anak
RM. Ngabehi Dipomenggolo / KH. Safawi
lahir: 1831c, Bogor (Jabaru)
perkawinan: Nyi Mas Ngabey
wafat: 1896, Banten
RM. Harjo Dipomenggolo
lahir: 1832c, Bogor (Jabaru)
RM. Harjo Dipotjokromenggolo
lahir: 1833c, Bogor (Jabaru)
RM. H. Harjo Abdul Manap Dipomenggolo
lahir: 1834c, Bogor (Jabaru)
RM. Sahid Angkrih
lahir: 1835c, Bogor (Jabaru)
NYI MAS RAy. Ukin
lahir: 1836c, Bogor (Jabaru)
NYI MAS RAy. Okah
lahir: 1837c, Bogor (Jabaru)
Anak-anak
Cucu-cucu
2. RAy. Gondomirah
lahir: 1852c
wafat: 5 Juli 1908
3. RM. H. Abas (Penghulu Ciomas)
lahir: 1854c
pekerjaan: ?, 1893-1903 Penghoeloe Tjiomas
Cucu-cucu

Peralatan pribadi