Prabu Amangkurat IV (Mangkurat Jawi) / Raden Mas Suryaputra (Prabu Mangkurat Jawa) d. 20 April 1726
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Amangkurat IV |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | Prabu Amangkurat IV (Mangkurat Jawi) / Raden Mas Suryaputra |
Nama belakang lainnya | Prabu Mangkurat Jawa |
Orang Tua
♂ 2. Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger (Raden Mas Drajat) [Mataram] d. 1719 ♀ 1. Ratu Mas Blitar / Ratu Pakubuwono [Mataram] d. 5 Januari 1732 | |
Halaman-wiki | [[1]] |
Momen penting
kelahiran anak: ♂ 13. Gusti Raden Mas Subronto, Wafat Dalam Usia Dewasa. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 16. Sultan Dandunmatengsari [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 17. Gusti Raden Ayu Megatsari. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 19. Gusti Raden Ayu Pakuningrat. di Sampang [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 11. Gusti Raden Ajeng Kacihing, Dewasa Sedho. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 9. Gusti Pangeran Hario Hadinagoro. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 3. Gusti Raden Ayu Wiradigda [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 4. Gusti Pangeran Hario Hangabehi. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 5. Gusti Pangeran Hario Pamot [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 7. Gusti Pangeran Hario Danupoyo ? (Gusti Raden Mas Ragu) [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 20. Gusti Pangeran Hario Cokronegoro. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 21. Gusti Pangeran Hario Silarong. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 27. Gusti Raden Ayu Sujonopuro. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 28. Gusti Pangeran Hario Dipawinoto. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 29. Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I. ? (Bendoro Raden Ayu Tongle) [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ Pangeran Singosari [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 26. Gusti Raden Mas Jaka [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 25. Gusti Pangeran Hario Mangkukusumo. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 22. Gusti Pangeran Hario Prangwadono. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 23. Gusti Raden Ayu Suryawinata. di Demak [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 24. Gusti Pangeran Hario Panular. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♀ 2. Gusti Raden Ayu Suroloyo, di Brebes. [Amangkurat IV]
kelahiran anak: ♂ 12. Gusti Pangeran Hario Hadiwijoyo [Amangkurat IV] d. 1753
perkawinan: ♀ Mas Ayu Karoh [Amangkurat]
perkawinan: ♀ Raden Ayu Susilowati Suropati [?]
perkawinan: ♀ Ratu Kencana / Ratu Mas Kadipaten [Sunan Kudus]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Tejawati [Brawijaya]
perkawinan: ♀ Kanjeng Ratu Kencana / Kanjeng Ratu Amangkurat [Gp.Am.4.5] (Kanjeng Ratu Ageng) [Sunan Kudus]
perkawinan: ♀ Ratu Mas Wirasmoro [?] d. 15 Januari 1728
perkawinan: ♀ Mas Ayu Kambang ? (Mbok Ajeng Kambang) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Sasmita ? (Mbok Ajeng Sasmita) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Asmoro ? (Mbok Ajeng Asmara) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Sumanarsa / Raden Ayu Sepuh (Ratu Ayu Kulon) [/ Raden Ayu Sepuh] d. 1719
perkawinan: ♀ Mas Ayu Rangawita / Raden Ayu Bandandari ? (Raden Ayu Chandrasari/Rangawati) [Cendana]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Tenaranga ? (Mas Ayu Pujawati) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Nitawati [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Kamulawati [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Waratsari ? (Mbok Ajeng Waratsari) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Puspita ? (Mbok Ajeng Puspita) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Tanjangpura ? (Mbok Ajeng Tanjangpura) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Rangapura ? (Mbok Ajeng Rangapura) [?]
perkawinan: ♀ Mas Ayu Kamudewati ? (Mbok Ajeng Kamudewati) [?]
perkawinan: ♀ Raden Ayu Arawati ? (Ratu Ayu Kulon) [?]
perkawinan: ♀ Ratu Malang [?]
1703 kelahiran anak: ♂ 1. Gusti Kanjeng Pangeran Haryo Mangkunegara / Gusti Pangeran Pancuran (Gusti Pangeran Riyo) [Amangkurat IV] b. 1703
1708 kelahiran anak: ♂ Raden Mas Sandeyo (Sandiyo) / Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Kertosuro (Kyai Nur Iman Mlangi) [Amangkurat IV] b. 1708 d. 4 Juni 1744
1711 kelahiran anak: ♀ 10. Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, Garwa Pangeran Hindranata. ? (Raden Ayu Bengkring) [Amangkurat IV] b. 1711 d. 1738
8 Desember 1711 kelahiran anak: Surakarta, ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa [Pakubuwono II] b. 8 Desember 1711 d. 20 Desember 1749
1713 gelar: Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku Negara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram
1715 kelahiran anak: ♂ 6. Gusti Pangeran Haryo Diponegoro I / Gusti Pangeran Haryo Adinegoro (Raden Mas Utara) [Amangkurat IV] b. 1715
1717 kelahiran anak: ♀ 18. Gusti Raden Ayu Purboyo ? (Raden Ayu Inten) [Amangkurat IV] b. 1717
6 Agustus 1717 kelahiran anak: Kartasura, ♂ Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono) [Amangkurat IV] b. 6 Agustus 1717 d. 24 Maret 1792
1719 - 1726 gelar: SULTAN MATARAM KE 7 (1719-1726), SUNAN KARTASURA KE IV bergelar Sri Susuhunan Prabu Amangkurat Jawa
1719 kelahiran anak: ♂ 14. Gusti Pangeran Hario Buminoto / Raden Mas Saidun (Raden Mas Karaton) [Amangkurat IV] b. 1719 d. 30 November 1736
1722 perkawinan: ♀ Raden Ayu Brebes [Martalaya]
1726 perceraian: ♀ Raden Ayu Brebes [Martalaya]
20 April 1726 wafat: Kertasura
Catatan-catatan
Adm: R. Endang Suhendar Diponegoro
Amangkurat IV
Sri Susuhunan Prabu Amangkurat Jawa atau disingkat Amangkurat IV (lahir: Kartasura, ? - wafat: Kartasura, 1726) adalah raja keempat Kasunanan Kartasura yang memerintah tahun 1719 - 1726.
Silsilah
Nama aslinya adalah Raden Mas Suryaputra, putra dari Pakubuwana I yang lahir dari permaisuri Ratu Mas Blitar (keturunan Pangeran Juminah, putra Panembahan Senopati dengan Retno Dumilah putri Madiun).
Amangkurat IV memiliki beberapa orang putra yang di antaranya menjadi tokoh-tokoh penting, misalnya, dari permaisuri lahir Pakubuwana II pendiri keraton Surakarta, dari selir Mas Ayu Tejawati lahir Hamengkubuwana I raja pertama Yogyakarta, dan dari selir Mas Ayu Karoh lahir Arya Mangkunegara, ayah dari Mangkunegara I.
Reaksi Terhadap Pengangkatannya[sunting]Pangeran Arya Dipanegara adalah putra Pakubuwana I yang lahir dari selir. Pada tahun 1719 ia ditugasi menangkap Arya Jayapuspita, pemberontak dari Surabaya (adik Adipati Jangrana). Mendengar berita kematian ayahnya yang dilanjutkan dengan pengangkatan Amangkurat IV sebagai raja baru membuat Dipanegara enggan pulang ke Kartasura.
Arya Dipanegara lalu mengangkat diri menjadi raja bergelar Panembahan Herucakra yang beristana di Madiun. Ia bergabung dengan kelompok Jayapuspita yang bermarkas di Mojokerto. Bersama mereka menyusun pemberontakan terhadap Amangkurat IV yang dilindungi VOC.
Sementara itu, Amangkurat IV juga berselisih dengan kedua adiknya, yaitu Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. Kedua pangeran itu akhirnya dicabut hak dan kekayaannya oleh Amangkurat IV.
Pangeran Blitar akhirnya memberontak di istana dengan dukungan kaum ulama yang anti VOC. Pangeran Purbaya dan Arya Mangkunegara (putra Amangkurat IV) bergabung dalam pemberontakan itu. Namun karena pihak Amangkurat IV lebih kuat, para pemberontak akhirnya menyingkir meninggalkan Kartasura.
Pangeran Blitar lalu membangun kembali kota Karta (bekas istana Mataram zaman Sultan Agung). Ia mengangkat diri sebagai raja bergelar Sultan Ibnu Mustafa Paku Buwana, dan kerajaannya disebut Mataram Kartasekar.
Paman Amangkurat IV, yaitu Arya Mataram juga meninggalkan Kartasura menuju Pati di mana ia mengangkat diri sebagai raja di sana.
Perang Suksesi Jawa Kedua[sunting]Perang saudara memperebutkan takhta Kartasura yang oleh para sejarawan disebut Perang Suksesi Jawa II ini menyebabkan rakyat Jawa terpecah belah. Sebagian memihak Amangkurat IV yang didukung VOC, sebagian memihak Pangeran Blitar, sebagian memihak Pangeran Dipanegara Madiun, dan sebagian lagi memihak Pangeran Arya Mataram.
Pangeran Blitar berhasil membuat Jayapuspita (sekutu Dipanegara) memihak kepadanya dan menggunakan kekuatan Mojokerto itu untuk menggempur Madiun. Arya Dipanegara kalah dan menyingkir ke Baturrana. Di sana ia ganti dikejar-kejar pasukan Amangkurat IV. Akhirnya, Dipanegara pun menyerah pada Pangeran Blitar dan bergabung dalam kelompok Kartasekar.
Pada bulan Oktober 1719 pihak Kartasura dan VOC menumpas paman Amangkurat IV lebih dahulu, yaitu Arya Mataram yang memberontak di Pati. Putra Amangkurat I ini ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung di Jepara.
Pada bulan November 1720 gabungan pasukan Kartasura dan VOC menyerang Mataram. Kota Kartasekar dihancurkan sehingga kelompok Pangeran Blitar menyingkir ke timur.
Satu per satu kekuatan pemberontak berkurang. Jayapuspita meninggal karena sakit tahun 1720 sebelum jatuhnya Kartasekar. Pangeran Blitar sendiri juga meninggal tahun 1721 akibat wabah penyakit saat dirinya berada di Malang.
Perjuangan dilanjutkan Pangeran Purbaya yang berhasil merebut Lamongan. Namun kekuatan musuh jauh lebih besar. Perang akhirnya berhenti tahun 1723. Kaum pemberontak dapat ditangkap. Pangeran Purbaya dibuang ke Batavia, Pangeran Dipanegara Herucakra dibuang ke Tanjung Harapan, sedangkan Panji Surengrana (adik Jayapuspita) dan beberapa keturunan Untung Suropati dibuang ke Srilangka.
Akhir Pemerintahan[sunting]Amangkurat IV kemudian berselisih dengan Cakraningrat IV bupati Madura (barat). Cakraningrat IV ini ikut berjasa memerangi pemberontakan Jayapuspita di Surabaya tahun 1718 silam. Ia memiliki keyakinan bahwa Madura akan lebih makmur jika berada di bawah kekuasaan VOC daripada Kartasura yang dianggapnya bobrok.
Hubungan dengan Cakraningrat IV kemudian membaik setelah ia diambil sebagai menantu Amangkurat IV. Kelak Cakraningrat IV ini memberontak terhadap Pakubuwana II, pengganti Amangkurat IV.
Amangkurat IV sendiri jatuh sakit bulan Maret 1726 karena diracun. Sebelum sempat menemukan pelakunya, ia lebih dulu meninggal dunia pada tanggal 20 April 1726.
Amangkurat IV digantikan putranya yang baru berusia 15 tahun bergelar Pakubuwana II sebagai raja Kartasura selanjutnya.
Catatan
Para sejarawan menyebut adanya tiga perang besar memperebutkan takhta di antara keturunan Sultan Agung. Ketiganya disebut Perang Suksesi Jawa atau Perang Takhta.
Perang Suksesi Jawa I terjadi tahun 1704-1708 antara Amangkurat III melawan Pakubuwana I. Perang Suksesi Jawa II terjadi tahun 1719-1723 antara Amangkurat IV melawan saudara-saudaranya (lihat artikel di atas). Perang Suksesi Jawa III terjadi tahun 1746-1757 antara Pakubuwana II dan Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.
Kepustakaan
Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Ratu Amangkurat
Sang God Mother & Intrik-Intrik Istana
Ratu Amangkurat atau Ratu Kencana atau Ratu Ageng adalah gelar yang diberikan kepada isteri kelima dari 21 isteri Amangkurat IV. Ratu Amangkurat hidup dalam masa pemerintahan paling tidak 5 raja, yaitu Amangkurat III (1703-1708) dan PB I/Pangeran Puger (1705-1719), Amangkurat IV /Amangkurat Jawi (1719-1726), PB II (1726-1749) dan PB III (1749-1788).
Ratu Amangkurat adalah anak dari Raden Adipati Tirtakusuma, Bupati Kudus. Sebelum diperisteri oleh Amangkurat IV, ia adalah janda dari bekas Bupati Jepara. Tidak diketahui apakah suami pertamanya meninggal atau memang ia dicerai oleh suaminya saat ia diperisteri oleh Amangkurat IV. Anehnya lagi dalam perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV itu, ia dimadu dengan adiknya sendiri. Adiknya tersebut bergelar Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten[1]. Adapun isteri -isteri Amangkurat IV selengkapnya yang tercatat (termasuk Ratu Amangkurat) adalah :
o Mas Ayu Sumanarsa/RA Sepu/RA Kulon (Meninggal di Lumajang 1719 dan dimakamkan di Imogiri. Dengan Sunan Amangkurat IV ia berputera PA (Pangeran Aria) Mangkunegara, ayah pendiri Pura Mangkunegaran)
o Mas Ayu Nitawati
o Mas Ayu Kamulawati
o RA Arawati/ RM Sundaya /RA Kulon (Anak Adipati Sindupraya dari Pemalang)
o Ratu Amangkurat (Anak Bupati Kudus, Raden Adipati Tirtakusuma, dan janda dari bekas Bupati Jepara. Ratu Amangkurat dengan Sunan Amangkurat IV dikaruniai anak yang kelak menjadi raja dengan gelar Pakubuwono II)
o Mbok Ajeng Kamudewati
o Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten (Adik Ratu Amangkurat. Dari perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV, ia dikaruniai anak yang bergelar Pangeran Buminata I. Pangeran ini kawin dengan RA Tembelek, bekas isteri PB II)
o Mbok Ajeng Rangawita / Raden Bandandari/RA Chandrasari/ Rangawati (anak Pangeran Cendana dari Kudus)
o Mbok Ajeng Sasmita
o Mbok Ajeng Asmara
o Mbok Ajeng Tejawati/Mas Ayu Tejawati (Anak dari hasil perkawinannya dengan Sunan Amangkurat IV bernama RM Sujana / PA Kartasurya / PA Mangkubumi yang kelak menjadi raja Yogyakarta dengan gelar Hamengkuwuwana I)
o Mbok Ajeng Rangapura
o Mbok Ajeng Puspita
o Mbok Ajeng Tanjangpura
o Mbok Ajeng Waratsari
o Mbok Ajeng Kambang
o Mas Ayu Tenaranga/Mas Ayu Pujawati
o Ratu Malang
o RA Brebes (Anak perempuan RA Martalaya Bupati Brebes. Sebelum menikah dengan Amangkurat IV, ia adalah janda dari RM Sudhama / Pangeran Aria Blitar, saudara kandung Amangkurat IV. Ia kawin dengan Amangkurat IV pada tahun 1722 dan bercerai dengannya tahun 1726)
o Anak perempuan Tumenggung Suradiningrat
o Ratu Mas Wirasmara (Wanita peranakan Cina yang dihadiahkan oleh Adipati Semarang kepada Amangkurat IV. Perempuan ini masih perawan saat raja tersebut meninggal. Ia dihamili dan kemudian diperisteri oleh Pakubuwono II pada bulan Agustus 1726. Wirasmara dikabarkan dibunuh tanggal 15 Januari 1728 – karena skandalnya dengan PA Mangkunegara - dan kemudian dimakamkan di Imogiri)[2].
Ratu Amangkurat mempunyai dua anak dari Amangkurat IV yaitu Raden Mas Gusti Prabhu Suyasa (yang kelak menjadi PB II) dan Raden Ayu Bengkring / Kanjeng Ratu Maduratna (1711-1738, yang kelak menjadi isteri Cakraningrat dari Madura). Amangkurat IV meninggal 20 April 1726. Ada kabar bahwa kematiannya akibat diracun. Pakubuwono II kemudian menggantikannya.
Selama Pakubuwono II memerintah, dikabarkan bahwa Ratu Amangkurat, disamping Patih Danureja, banyak berperan dalam politik di istana. Belanda pun menganggap bahwa baik Ratu Amangkurat maupun Patih Danureja adalah orang-orang yang cerdik. Beberapa hal yang dicatat sebagai kiprah politik dari Ratu Amangkurat ini di antaranya adalah :
· Untuk mendekati PB II, para bupati daerah atau para pejabat lainnya di lingkungan Kerajaan Mataram, seringkali perlu beraudiensi terlebih dahulu dengan Ratu Amangkurat. Mereka menganggap bahwa ibu suri ini banyak berpengaruh atas puteranya yang menjadi raja itu.
· Atas permohonan Ratu Amangkurat (ibu PB II), hukuman mati yang hendak dijatuhkan oleh PB II kepada PA Mangkunegara – yang melakukan skandal dengan selir PB II - diubah menjadi hukuman buang ke luar Jawa.
Ratu Amangkurat menurut catatan sejarah tidak luput dari skandal. Tahun 1729, selama lebih dari setahun, Ratu Amangkurat (yang telah menjadi janda) diberitakan hidup bersama dengan Raden Surawijaya. Hampir tiap malam Raden Surawijaya menghibur ibu suri tersebut. Suatu hal yang tak disukai oleh PB II (PB II saat itu berusia 19 tahun), anak kandung Ratu Amangkurat sendiri. PB II memerintahkan Tirtawiguna, Wirajaya dan kemudian Mangunnagara untuk membunuhnya. Namun ketiganya menghindar. Akhirnya Danurejalah yang disuruh. Surawijaya kemudian dibunuh tanggal 21 Oktober 1729 di bawah pohon beringin di Paseban. Karena tahu siapa otak pembunuhan kekasihnya itu maka Ratu Amangkurat lalu bergabung dengan lawan-lawan politik Danureja.
Hasilnya mulai terlihat pada Januari 1730 saat orang-orang kesayangan Danureja banyak dicopot dari jabatannya. Sejak saat itu Danureja kehilangan kontrol dalam pengangkatan pejabat baru.
Adik Ratu Amangkurat sendiri, yang menjadi madunya, Ratu Kencana/ Ratu Mas Kadipaten juga berselingkuh. Ia – yang janda AM IV - didakwa bermain serong dengan Raden Anggakusuma, pengurus rumah tangga Pangeran Buminata (anak Ratu Mas dengan AM IV). Ratu Mas hamil dan karena itu istana menjadi geger. Raden Anggakusuma kemudian dihukum cekik tanggal 17 Maret 1735 di kediaman Demang Urawan /P Arya Purbaya / Patih Sunan PB II atas perintah Sunan.
Rupanya perselingkuhan di dalam lingkungan istana waktu itu sudah demikian runyamnya. Sekitar tahun 1739, misalnya, dikabarkan salah seorang selir PB II selingkuh dengan anak lelaki Tumenggung Tirtawiguna. Anak lelaki tersebut dengan menyamar sebagai wanita masuk keputren. Ketika ketahuan, dia dan kekasihnya dieksekusi secara diam-diam. Kemudian tahun 1740, Resajiwa, seorang lurah pengawas barang-barang rumah tangga kerajaan, terlibat korupsi barang sitaan dan main selingkuh dengan selir-selir PB II
Keadaan politik yang kacau disertai dengan berbagai skandal asmara itu menyebabkan banyak pihak tidak puas. Ketidakpuasan demi ketidakpuasan terjadi dan bermuara pada timbulnya pemberontakan. Tanggal 30 Juni 1742, Kartasura diduduki pemberontak Cina yang berkolaborasi dengan tokoh-tokoh lainnya yang tidak puas kepada PB II. Ratu Amangkurat, PB II dan keluarga keraton lainnya terpaksa mengungsi dan ujung-ujungnya, Belanda lah yang kembali “menyelamatkan” raja dan keluarganya sehingga mereka berhutang budi kepada kolonialis Eropa tersebut.
Tanggal 20 Desember 1742, Kartasura yang telah dibebaskan pasukan Madura -bekerja sama dengan Belanda - dari pemberontak, diserahkan kembali kepada PB II. Tanggal 21 Desember 1742, Ratu Amangkurat bertangis-tangisan dengan anaknya PB II di Kartasura karena demikian bahagia bahwa Kartasura telah dibebaskan kembali dari para pemberontak.
Demikian riwayat singkat kiprah Ratu Amangkurat, sesosok perempuan yang pernah menjadi raja atas raja sehingga sempat menentukan arah kebijaksanaan dari Kerajaan. Dalam kaitan ini ada banyak hal yang dapat disimpulkan dari kisah Ratu Amangkurat tersebut. Di antaranya adalah :
· Hidup sebagai permaisuri mungkin merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Ratu Amangkurat walaupun periodenya cuma 7 tahun (1719-1726 M). Namun mungkin ada perasaan sedih karena ia dimadu dengan adiknya sendiri.
· Sebagai ibu dari raja yang masih muda, intervensinya di dunia perpolitikan telah menyebabkan timbulnya pusat kekuasaan baru. Bersama Patih Danureja, ia banyak menentukan kebijaksanaan di pemerintahan Mataram.
· Sebagai wanita yang berpolitik di tingkat tinggi, apalagi suaminya AM IV telah mangkat, kemungkinan besar Ratu Amangkurat sangat kesepian. Mungkin itulah yang menyebabkanmya ia lantas berselingkuh. Posisinya sebagai ibu suri telah menyelamatkannya dari hukuman sementara pasangan selingkuhnya dihukum mati.
Sumber : · Christopher Buyers,2002. The Surakarta Dinasty, October 2001-January 2002. Diakses via Internet. · Willem Remmelink, 2001. Perang Cina. Penerbit Jendela, Wates, Jogyakarta. [1] Amangkurat IV – yang tercatat mempunyai 41 anak - adalah anak Pakubuwono I (P Puger). Pakubuwono I adalah saudara Amangkurat II yang dengan dukungan Belanda berhasil menjadi Raja Mataram setelah mengkudeta Sunan Mas / Amangkurat III (1703-1705) [2] Dikabarkan bahwa Wirasmara bermain cinta dengan PA Mangkunegara, anak Amangkurat IV dari isterinya yang bernama Mas Ayu Sumanarsa/RA Sepu/RA Kulon. Tanggal 15 Januari 1728, Wirasmara dibunuh atas perintah Pakubuwono II.
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ http://www.babadbali.com/babad/silsilah.php?id=550984 -
- ↑ http://www.geni.com/people/Sinuwun-Prabu-Mangkurat-IV-Kartasura/6000000001576993153 -
- ↑ http://www.reocities.com/rakyatjawa/kingdom/mataram.htm -
- ↑ http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3380318 -
- ↑ http://kratonsurakarta.com/about/amangkurat4_id.shtml -
- ↑ http://www.royalark.net/Indonesia/solo4.htm -
- ↑ http://asalsilahipunparanata.blogspot.com/ -
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
wafat: 1703
wafat: 22 Februari 1719, Kertasura
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Kuning
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Dewi
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Ragil
perkawinan: ♀ Dewi Retno Nawangwulan
gelar: 1749, Diangkat menjadi Bupati Nayaka dengan gelar Raden Tumenggung Aroeng Binang oleh Susuhunan Pakubuwono III
wafat: 1719, Imogiri, Yogyakarta
perceraian: ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa
perkawinan: ♂ 14. Gusti Pangeran Hario Buminoto / Raden Mas Saidun (Raden Mas Karaton)
perkawinan: ♂ Gusti Pangeran Haryo Teposono (Gusti Pangeran Mangkudiningrat) , Kertasura
perkawinan: ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa , Kertasura
wafat: 15 Januari 1728, Imogiri, Yogyakarta
perkawinan: ♂ Raden Tumenggung Nitinegoro (Kyai Ngabei Wongsonegoro)
perkawinan: ♂ Susuhunan Paku Buwono I Pangeran Puger
wafat: 24 September 1726
perkawinan: ♂ Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono)
wafat: 24 Maret 1792
perkawinan: ♂ Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono)
wafat: 17 Oktober 1803, Tegalrejo, Yogyakarta
perkawinan: ♀ Gusti Bendoro Raden Ajeng Demes / Kanjeng Ratu Maduretno (Gusti Kanjeng Ratu Ayunan)
gelar: 1718 - 1746, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat IV
wafat: 1753, Madura, Meninggal saat pengasingan di Sri Langka (Ceylon). Jenazah beliau sudah dipindahkan oleh putranya Pangeran Cakraadiningrat V ke Madura dan dimakamkan di kompleks pemakaman Aermata Eboe.
perkawinan: ♀ 29. Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I. ? (Bendoro Raden Ayu Tongle)
pekerjaan: 13 Februari 1755 - 19 Agustus 1799, Yogyakarta, Pepatih Dalem bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo I
wafat: 19 Agustus 1799, Yogyakarta, Dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Kadhaton Kasuwargan
perkawinan: ♂ Kyai Adipati Nitiadiningrat I / Raden Garudo (Groedo) / Raden Bagus Ngabei Soemodrono
pekerjaan: Bupati Kedu Selatan
perkawinan: ♀ 23. Bendoro Raden Ayu Jayaningrat
penguburan: (Makam Kradenan, Srumbung, Magelang)
gelar: 1784 - 1797, Bupati Madiun Ke 15 di : Wonosari
gelar: 1785 - 1804, Wedono Jawi Bumija Tengen
wafat: 29 November 1804, Yogyakarta
perkawinan: ♂ 17. Bendoro Pangeran Haryo Hadikusumo II
perkawinan: ♂ 20. Bendoro Pangeran Haryo Balitar
gelar: 1803 - 1811, Bupati Kertosono