Bendoro Raden Ayu Herowati [Ga.Hb.2] - Keturunan (Inventaris)
Dari Rodovid ID
2
21/2 <1+1> ♂ 6. Bendoro Pangeran Haryo Dipawiyana [Hamengku Buwono II]BPH Dipawiyana adalah anak dari Seri Sultan Hamengku Buwono. Sejarah Hamengku Buwono II: Sri Sultan Hamengkubuwana II (lahir 7 Maret 1750 – meninggal 3 Januari 1828 pada umur 77 tahun) adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah selama tiga periode, yaitu 1792 - 1810, 1811 - 1812, dan 1826 - 1828.[1] Pada pemerintahan yang kedua dan ketiga ia dikenal dengan julukan Sultan Sepuh.
Riwayat Masa Muda
Nama aslinya adalah Raden Mas Sundoro, putra Hamengkubuwana I, Ia dilahirkan tanggal 7 Maret 1750 saat ayahnya masih menjadi Pangeran Mangkubumi dan melakukan pemberontakan terhadap Surakarta dan VOC. Ketika kedaulatan Hamengkubuwana I mendapat pengakuan dalam perjanjian Giyanti 1755, Mas Sundoro juga ikut diakui sebagai Adipati Anom.
Pada tahun 1774 (atau tahun Jawa 1700) terjadi kegelisahan di kalangan Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta akibat mitos akhir abad, bahwa akan ada sebuah kerajaan yang runtuh. Dalam kesempatan itu, Mas Sundoro menulis kitab Serat Suryaraja yang berisi ramalan bahwa mitos akhir abad akan gugur karena Surakarta dan Yogyakarta akan bersatu di bawah pemerintahannya. Naskah tersebut sampai saat ini dikeramatkan sebagai salah satu pusaka Keraton Yogyakarta.
Pemerintahan Periode Pertama
Mas Sundoro naik takhta Yogyakarta sebagai Hamengkubuwana II pada bulan Maret 1792. Ia merupakan raja yang penuh dengan cita-cita. Para pejabat senior yang tidak sesuai dengan kebijakan politiknya segera dipensiunkan dan diganti pejabat baru. Misalnya, Patih Danureja I diganti dengan cucunya, yang bergelar Danureja II. Keputusan ini kelak justru merugikannya, karena Danureja II setia kepada Belanda, berbeda dengan rajanya.
Hamengkubuwana II sendiri bersikap anti terhadap Belanda. Ia bahkan mengetahui kalau VOC sedang dalam keadaan bangkrut dan bobrok. Organisasi ini akhirnya dibubarkan oleh pemerintah negeri Belanda akhir tahun 1799.
Sejak tahun 1808 yang menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda (pengganti gubernur jenderal VOC adalah Herman Daendels yang anti feodalisme. Ia menerapkan aturan baru tentang sikap yang seharusnya dilakukan raja-raja Jawa terhadap minister (istilah baru untuk residen). Hamengkubuwana II menolak mentah-mentah peraturan ini karena dianggap merendahkan derajatnya, sedangkan Pakubuwana IV menerima dengan taktik tersembunyi, yaitu harapan bahwa Belanda akan membantu Surakarta menaklukkan Yogyakarta.
Hamengkubuwana II juga bersitegang dengan Patih Danureja II yang dekat dengan Belanda. Ia memecat Danureja II dan menggantinya dengan Pangeran Natadiningrat putra Pangeran Natakusuma (saudara Hamengkubuwana II). Kemudian Hamengkubuwana II juga merestui pemberontakan besanya, yaitu Raden Rangga Prawiradirjo I bupati Madiun yang menentang penjajahan Belanda. Putera KPR Prawirodirjo I, Raden Ronggo Prawirosentiko Bupati Toenggoel menikah dengan puteri Hamengku Buwono II dari isteri ampeyannya BMA Yati.Raden Rangga Prawirodirjo I adalah juga paman Hamengku Buwono II. Ibu Hamengku Buwono II Kanjeng Ratu Tegalraya adalah adik KPR Prawirodirjo bapak mereka adalah Kyai Ageng Derpayuda.(Genealogy Keraton Yogya).
Belanda berhasil menumpas Raden Rangga dan melimpahkan beban tanggung jawab, misalnya biaya perang, kepada Hamengkubuwana II. Hal ini menyebabkan keributan antara kedua pihak. Pada bulan Desember 1810 Herman Daendels menyerbu Yogyakarta, menurunkan Hamengkubuwana II, dan menggantinya dengan Hamengkubuwana III, menangkap Natakusuma dan Natadiningrat, serta mengembalikan kedudukan Patih Danureja II. [sunting] Pemerintahan Periode Kedua
Pada tahun 1811 pemerintahan Belanda atas Jawa dan Nusantara direbut oleh Inggris. Hal ini dimanfaatkan Hamengkubuwana II untuk kembali menjadi raja, dan menurunkan Hamengkubuwana III sebagai putra mahkota kembali.
Sikap Hamengkubuwana II terhadap Inggris sama buruknya dengan terhadap Belanda. Bahkan, ia berani bertengkar dengan Thomas Raffles sewaktu letnan gubernur Inggris tersebut mengunjungi Yogyakarta bulan Desember 1811.
Pakubuwana IV di Surakarta pura-pura mendukung Hamengkubuwana II agar berani memerangi Inggris. Surat-menyurat antara kedua raja ini terbongkar oleh Inggris. Maka, pada bulan Juni 1812 pasukan Inggris yang dibantu Mangkunegaran menyerbu Yogyakarta. Hamengkubuwana II dibuang ke pulau Penang, sedangkan Pakubuwana IV dirampas sebagian wilayahnya.
Hamengkubuwana III kembali diangkat sebagai raja Yogyakarta. Pangeran Natakusuma yang mendukung Inggris, oleh Thomas Raffles diangkat sebagai Pakualam I dan mendapat wilayah berdaulat bernama Pakualaman. [sunting] Pemerintahan Periode Ketiga
Pada tahun 1825 terjadi pemberontakan Pangeran Diponegoro (putra Hamengkubuwana III) terhadap Belanda (yang kembali berkuasa sejak tahun 1816). Saat itu raja yang bertakhta di Yogyakarta adalah Hamengkubuwana V.
Pemberontakan Pangeran Diponegoro sangat mendapat dukungan dari rakyat. Pemerintah Hindia Belanda mencoba mengambil simpati rakyat dengan mendatangkan Hamengkubuwana II yang dulu dibuang Inggris. Hamengkubuwana II kembali bertakhta tahun 1826, sedangkan Hamengkubuwana V diturunkan oleh Belanda. Namun usaha ini tidak membuahkan hasil. Rakyat tetap saja menganggap Pangeran Diponegoro sebagai raja mereka.
Hamengkubuwana II yang sudah tua (dan dipanggil sebagai Sultan Sepuh) akhirnya meninggal dunia pada tanggal 3 Januari 1828. Pemerintahan kembali dipegang oleh cicitnya, yaitu Hamengkubuwana V.3
61/3 <2> ♀ Raden Ayu Pangulu Kamaludiningrat [Hamengku Buwono]SILSILAH KETURUNAN (1&2) SISILAH PANCER KEDIRI (1) Sisilah uri-uri leluhur puniko kaserat/revisi dening :
1. R. Fatah Sultan Akbar I Bintoro Demak 2. R. Trenggono Sultan Akbar III Bintoro Demak 3. Sultan Mu'min (Sultan Prawoto) Demak 4. Panembahan Wirasmoro (Pangeran Sumende)Sumare ing Setono Gedong Kediri (Jl. Raya Dhoho Kediri kilen stasiun Kediri Kota) 5. R. Djalu Pangeran Demang Kediri I 6. Pangeran Demang Kediri II. Sumare ing Badal Nambangan / Ngrembang - Ngadiluwih - Kediri Peputro : 1. Kyai Ageng Abd. Djabar Tjorekan (Sumare ing Ngelam Suroboyo) 2. Kyai Ageng abd. Adim (Sumare ing Brodat/Kertosono) 3. Kyai Ageng Abd. Mursad (Sumare ing Tukun) 4. Kyai Ageng Abd. Rochim Ngliman 5. Kyai Ageng Abd. Salim / Adipati Kemten Sedo ing Pasuruan (Sumare ing Kundjonmanis)
Kyai Abd. Djabar Tjorekan dipun labuh dening Goverment walandi, wonten pelabuhan Kediri mentas ing dukuh Ngelam, dedukuh wonten ngriku kasebat Kyai Ageng Ngelam Suroboyo.Peputro : 1. Kyai Supanjeng Suroboyo 2. Kyai bagong Suroboyo
Kyai Ageng Abd. Brodat Kagungan putro ing Tapan Maduro : 1. R. Ayu Pangeran Tjokroningrat Madura 2. Kyai Tambak Agung Lemah Putro Suroboyo : Peputro : 1. Kanjeng Penghulu Kamaludiningrat (ing Godong Mataram) 2. Kyai Ag. Abd. Djabar (Kamludin) ing Kediri I 3. Kyai Im Sapingi ing Kediri II 4. Kyai Moh. Sapingi / Kamaludin ing Kediri III : Kagungan putro garwo Sepuh (RA. SEDAH MERAH) : (Sumare ing Kilen Pasar Paing Kediri / Ngajengipun Pondok Pesantren Assidiqiayh Jamsaren Kediri). Peputro : 1. R Ng. Bukori / kyai Bendungan Brebeg. 2. R. Ng. Abd. Basar Penghulu Sragen. 3. R. Rekso Ngulomo Penghulu Kediri. 4. R. Rekso Prodjo Djakso Kediri. 5. R. Rekso Seputro Naib Papar. 6. R. Nganten Kustiyah (Garwo Abd. Djalal) Naib Djambean. 7. R. Soemoredjo Mantri Negoro Kediri. 8. R. Ng. Burnadi Djuru Serat Srambi Kediri (masjid alun-alun / Kodya Kediri ). Kagungan putro saking garwo Keter : 9. R. Kyai Mustaman Blitar. 10. R. Im. Sapingi Naib Papar. Kagungan putro saking garwo Enem : 11. R. Ng. Sumahun / Moh. Edris, Penghulu Kediri. 12. R. Ng. Djemblung / R. Ng. Djoko, Naib Kediri I. 13. R.Eoro Bonyok / R. Ng. Burnadi, Naib Kediri II. Kagungan putro saking garwo Klagenan : 14. R. Ismangil Ketib/Kotib Senoman Kediri 15. R. Ng. Adpar Ketib/Kotib Djojar Kediri
SISILAH PANCER KEDIRI (2) 1. R. Fatah Sulatan Akbar Bintoro Demak I 2. R. Trenggono Sultan Akbar Bintoro Demak III 3. Sultan Mu'min (sultan Prawoto) Demak 4. Panembahan Wirasmoro / Pangeran Sumense (sumare ing Setono Gedong Kediri) 5. R. Djalu Pangeran Demang Kediri I 6. Pangeran Demang Kediri II, ing Ngrembang sumare ing Badal Nambangan. 7. Kyai Ag. Abd. Adim Brodat
Silsilah Pancer 1 : Silsilah Pancer 2 : 1. Kyai Ag Kabul 1. Kyai Ag. Tambak Agung 2. Kyai Ag. Muslim 2. Kyai Ag. Kamaludiningrat ing Godong 3. Kyai Sarkum 3. Kyai Abd. Djabar Kamludin ing Kediri 4. Kyai Alwi 4. Kyai Imam Sapingi 5. Kyai Abd Rosid 5. Kyai Djojo Ngulomo 6. Kyai Abd. Djoned 6. Kyai Im Mustaram 7. Ag. Sribanun 7. Kyai Moh. Mansur 8. H. Abd. Fakih 8. H. Abd. Fakih Naib Kras
SISILAH PANCER Syech Maulono Magribi. 1. Syech Maulono Magribi 2. Kyai Ag. Tarub II 3. Sripah Asijah kagarwo >< R. Bondan Kejawan (putro Brawidjojo Darmarwulan Modjopahit) 4. Kyai Ag. Getas Pandowo (Kahuripan Purwodadi) 5. Kyai Ag. Selo, Purwodadi 6. Kyai Tani (sumare ing kilen Masdjid Nglawean Solo) 7. Kyai Ag. Penembahan 8. Panembahan Senopati Sutowidjojo Ratu Mataram I / Danang 9. Sultan Agung Tjakrakusumo(Prabu Mangkurat Agung Kertosuro, sumare ing Tegalarum) 10. R. Aj. Klenting Wungu kagarwo >< Ki. Djogosworo 11. R. Aj. Tumenggung Hodjowongso 12. R. Aj. Djosodipuro Koliwon Banyak 13. R. Aj. Tumenggung SEDAH MERAH kagarwo >< Penghulu Kediri 14. R. Aj. Djembluk (Kustijah kagarwo >< R P. Abd Djalal / Im. Subroto, Naib Ngadiluwih) 15. R. Ng. Abd Djoned Penghulu Kediri 16. R. Ng. Sribanun kagarwo >< Moh Mansur, Naib Kras 17. H. Abd. Fakih Naib Kras.
SILSILAH KETURUNAN (2) 1. R. Patah
2. R. Trenggono III
3. Sultan Muknin (Sunan Prawoto)
4. Penembahan Wirasmoro (Pangeran Sumende)
5. R. Djalu Pangeran Demang Kediri I
6. Pangeran Demang Kediri II (Sumare ing Badal Kediri)
7. Kyai Ageng Abd. Adim (Sumare ing Brodat Kertosono)
8. Kyai Tambak Agung Lemah Putro Suroboyo
9. Kanjeng Penghulu Kamaludiningrat (Penghulu Godong Mataram)
10.Kyai Ageng bd. Djabar (Kamaludin), Penghulu Kediri I
11.Kyai Imam Sapingi Penghulu Kediri II
12.Kyai Moh. Supingi (Kamludin), Penghulu Kediri III >< Nyai SEDAH MERAH (Sumare ing Kediri Ngajengipun Pondok Assidiqqiah Jamsaren Kediri, kilen pasar Paing Kediri)
13.R. Aj. Kustiah >< Abd. Jalal, Naib Jambean
14.R. Hadiwidjojo (Sumare ing Ngadiluwih)
15.R. Kodrat Samadikoen (Sumare ing Bendo Pare Kediri)
16.R. Tri Priyo Nugroho
17.R. Syehha Agem Manumayasya....
Sayyidah RA. Nyai Imanadi Kebumen ( Garwa II ), ibni
Sayyidah RA. Kamaludiningrat ( Pengulu Kraton Jogjakarta ), ibni
Sayyid BPA Dipowiyono, ibni
Sayyid RM. Sundoro / Hamengku Buwana II, ibni
Sayyid RM. Sujono / Pangeran Mangkubumi / Hamengku Buwana I...
Nyi jawahir peputra ; 1.Ali Mustafa peputra ; 1. Sastra 2. H. Muhson 3. Imam Pura 4. Sarbini 5. Dalail 6. Munirah 7. Nyai Madmarja
2.SanMunawar ( Lurah Pesucen ) 3.Nyi Basar Kahfi 4.Nyi Sanmustafa 5.Ali Muntaha peputra ; 1. Muhsin 2. Muhson 3. Muhsonah 4. Munsarip 5. Munisah 6. Mutnginah
6.Mustahal 7.Abdul Anwar ( Siwedi Kutowinangun ) 8.Marjuned ( Banjarnegara ) 9.Nyi Madmurja ( Kenteng Karangsari Kutowinangun ) 10.Nyi Badariyah ( Nyi H. Nawawi ) peputra ; 1. Nyai Carik jetis 2. Nyai Ahmad 3. Nyai Badriyah 4. Haji Masyhud 5. Nyai Trafas 6. Maklum
11.Nyi Ramadipura ( Buluspesantren ) 12.Nyi Satirah 13.Badarudin peputra ; 1. Nyi Ali Tsani Kauman ( Garwa I ) peputra ; 1. Siti Khalimah Kauman peputra ; 1. Mutoharoh
2. Chafsoh Pekalongan peputra ; 1. Arifin Pekalongan
2. Makmun Kauman peputra ; 1. Rokhimah Tasikmalaya peputra ;
2. Kharisoh Rantewringin peputra ; 1. Nurul Kauman 2. Retno Rantewringin 3. Beni 3. Khotmah Tasikmalaya peputra ;
4. Halimah Tasikmalaya peputra ;
5. Honimah Kebumen peputra ; 1. R. Muh. Rafi Ananda / Tuti Khusniati Al Maki 2. Aila Rezannia / Poedjo Raharjo 6. Soimah Kauman peputra ; 1. Arif Hidayat 2. Titin Rahayuningsih 3. Teguh Priyatno 4. Nur Fatmawati 5. Diyah Kurniasari
3. Nyi Maklum Kauman
H. Ahmad peputra ; 1.Ibunipun Nyi. H. Ali 2.Nyi Mangku 3.Madnur 4.Toyib
KH. Ali Awal bin Moh. Alwi kaliyan Garwa I peputra ;
1.Nyi Abdul Manan I ( Sepuh )Kemangguan Alian 2.Kyai Ismail Karanganyar Kebumen 3.Nyi Abdul manan II Kemangguan Alian 4.Nyi Zaenudin Pekeyongan 5.Nyi Hanan Plumbon peputra ; 1. Pengulu Ridwan/ Rilwan peputra ; 1. Rughoyah / Makmun Kauman 2. Rofqoniyah / Kyai Matori Jatisari peputra ; 1. KH. Sayyid R. Salim Al Mator peputra ; 1. Tobagus Muslihudin Aziz 2. Hikmatul Hasanah 3. Maksumah Kurniawati 4. Musyafa Firman Iswahyudi 5. Retno Auliyatussangadah 6. Eta Fatmawati Auliyatul Ummah
2. Songidah peputra ;
3. Sangadatun Diniyah peputra ;
4. Kyai Khumsosi Al Matori peputra ; 1. Siti Khulasoh 2. Siti Fatimah 3. Lukman Zein 4. Anis Siti Karimah 5. Siti Khomsiati 6. Anas Mufadhol
5. H. Makmuri peputra ;
6. Muslim peputra ;
3. Sanusi Prembun peputra ; 1. Sol 2. Salamah Balingasal Prembun
4. Sugeng peputra ;
5. Dulkodir peputra ;
6.Kyai Tohir Kedungtawon Kutowinangun peputra ;
Kyai Kosim Kedungtawon Kutowinangun peputra ;
KH. Ali Awal kaliyan Garwa II peputra ; 1.KH. Abdullah Ibrahim Kauman ( Pengulu Landrat terakhir ) peputra ; 1. Siti Khotijah / Zaenal Kauman 2. Siti hajatiyah / Mbah Jamaksari Somalangu 3. Ashariyah / Mustofa Banjarnegara 4. Umi Kulsum / Sumbono 5. Maimunah / Ali Siroj ( Purworejo ) 6. Mariyah / Sumbono 7. Hasim 8. Maryatini / Masngudin 9. Johariyah / kagarwa Sururudin, lajeng kagarwa dening Kyai Jamaksari Somalangu 10. Sri Kartini
2.Moh. Soleh peputra ; 1. Yusuf Soleh 2. Taslimah / Daqir Pekeyongan 3. Slamet Soleh 4. Musngidah / Masngud Prembun peputra ; 1. Dalail 5. Makmunah / Tahrir 6.Asyiah / Ngalimun Prembun
3.Siti Khalimah Wanasara / Abdullah sepuh peputra ; 1. Aminah Wanasara peputra ; 1. Muhtar
2. Mutiah Krakal peputra ; 1. Roh
4.H. Ali Tsani Kauman peputra ; Garwa I 1. Siti Khalimah Kauman peputra ; 1. Mutoharoh 2. Chafsoh Pekalongan peputra ; 1. Arifin Pekalongan
Garwa II ( Sayyidah Isti Sangadah binti Sayyid Muh. Fadil bin Sayyid Muh. Zein Solotiang bin Sayyid Muh. Alim Bulus Purworejo ) 1.Mahmud Ali Kauman peputra ; 1. Arif Mustofa
2.Isti Chamidah peputra ; 1. M. Sudjangi 2. Sugeng Assyamsi 3. Abdul Rozak 4. Lukman Hakim 5. Abdus Somad 6. M. Mahfud 7. M. Murtadlo
5.Abdul Wahab peputra ; 1. Moh Alwi Tejasari Kawedusan peputra ; 1. Ikhsan Alwi
2. Syamsi / Isti Chamidah
Khoul KH. Imanadi dipun wontenaken saben tanggal 14 Ruwah wonten ing serambi Masjid Pesucen Wonosari.
Wasana sinigeg semanten kemawon riwayat saha silsilahipun KH. Imanadi. Mugi – mugi handadosaken pepenget saha tuladhanipun khusus dhateng pra dharahipun, dhateng pra kathah umumipun. Amin
Kebumen, 06 Februari 2009
Sayyid R. Muh. Rafi Ananda
Wasana sinigeg samanten kemawon riwayat saha silsilahipun KH. Imanadi. Mugi – mugi handadosaken pepenget saha tuladhanipun khusus dhateng pra dharahipun, dhateng pra kathah umumipun. Amin
Pustaka Perdhikan Buku alit punika kaparingan asma PUStaka perdhikan. Dipun anggit dinten Jumat Kliwon, 11 Safar 1430 H/ taun JE 1942 utawi 06 Februari 2009 dening Sayyid R. Muh. Rafi Ananda kanti ngempalaken riwayat saha silsilah saking pra turunipun Suwargi KH. Imanadi ugi kanti penyelidikan awujud sumber – sumber kawontenan ing sejarah. Riwayat kakempalaken saking panjenenganipun ; 1.KH. Sayyid R. Salim Al Mator Jatisari 2.R. Sudjangi Kauman
Buku kacetak kanti sederhana supados saged dipun waos dening pra putra wayahipun KH. Imanadi ingkang mbetahaken. Kagem Pra putra wayang ingkang dereng kaserat wonteng ing mriki kersaha nyerat piyambak – piyambak lan kahaturaken dhateng Sayyid R. Muh. Rafi Ananda wonten alamat Jalan Garuda 13 Kebumen Jawa – Tengah. Wasan buku pustaka Perdhikan punika sageda manfangati kagem kita sami. Amin. Kebumen, jumat kliwon, 06 Februari 2009
Sayyid R. Muh. Rafi Ananda Basaiban
Kebumen, Jumat Kliwon, 06 Februari 2009
Sayyid R. Muh. Rafi Ananda ,,,4
81/4 <6> ♂ R. Pangulu Kamaludiningrat [Hamengku Buwono]Sebagai pecahan kerajaan Islam Mataram, Keraton Yogyakarta mempunyai abdi dalem (pegawai) yang khusus mengurusi soal keagamaan. Pegawai khusus keagamaan ini disebut pegawai kepenguluan. Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, para pegawai kepenguluan diberi tempat khusus, yakni dekat Masjid Agung Kesultanan.
Kepenguluan berfungsi sebagai lembaga yang mengurusi keagamaan sekaligus berfungsi semacam Dewan Daerah. Kepenguluan dipimpin oleh seorang dengan jabatan penghulu. Semua petugas di bawah pimpinan penghulu ini sering disebut sebagai abdi dalem putihan, yakni orang-orang yang ahli dalam agama. Khusus masalah kemasjidan, tetap dibawah koordinasi penghulu dengan dibantu oleh ketib (khatib) yang terdiri dari sembilan. Semua khatib berfungsi sederajat, sebagai imam shalat dan pengajar agama kecuali khatib anom, jabatan wakil penghulu yang berfungsi menggantikan jabatan penghulu suatu saat bila penghulu wafat.
Oleh pihak Kraton, para abdi dalem Kepenguluan ini diberi tanah `gaduhan'. Semacam tanah tinggal dinas yang berlokasi di dekat Masjid Agung. Oleh Kraton, tanah perkampungan para abdi dalem putihan dan para pegawai keagamaan didekat masjid inilah yang kemudian dijuluki dengan sebutan pakauman, diambil dari kata Qoimuddin (orang yang menjalankan agama). Belakangan, nama pakauman lebih dikenal dengan sebutan Kauman.
Para khatib itu kemudian mendirikan pusat kegiatan pendidikan keagamaan bernama langgar (mushola). Setiap khatib memiliki satu langgar. Langgar para khatib inilah yang menyelenggarakan berbagai bentuk keagamaan seperti pengajian.5
KAUMAN Islam~c Village bertengger di atas pintu gerbang utama masuk kampung Kauman dari sisi selatan. Di kampung sumpek berpenduduk 4.500 jiwa itulah, lahir Kiai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Kampung Kauman di jantung Yog~yakarta hampir sarlla tuanya dengan keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Keraton Y~gyakarta secara resmi ditempati Sultan Hamengku Buwono I pada 7 Oktober 1756, dilengkapi beberapa bangunan penunjang. Masjid Agung, salah satu di antaranya, dibangun di bagian depan keraton, di barat Alun-Alun Utara. Fungsi masjid itu tidak hanya untuk tempat ibadah, melainkan juga untuk keperluan kemasyarakatan lainnya. Masjid itu berada di bawah pengawasan lembaga Kepengulon, sebuah lembaga yang mengurusi urusan keagamaan kerajaan Yogyakarta. Lembaga ini dipimpin oleh seorang penghulu, yang di dalam birokrasi keraton dipegang oleh seorang abdi Bupati Nayaka. Penghulu dan seluruh aparatnya ini disebut dengan Abdi Dalem Pamethakan, abdi dalem putih. Para abdi dalem yang mengurusi masjid ini mendapat fasilitas tanah gaduhan di sekitar masjid tersebut. Tanah seluas 1~2.000 m2 yang digunakan sebagai tempat tinggal para pengelola masjid itu disebut Tanah Pakauman, yang selanjut~ya ~disebut Kauman. Kata Kauman itu berasal dari kata Arab Qoimuddin (~Qoim dan Addin), artinya penegak agama. Dari pendekatan antropologi, masyarakat Kauman, termasuk masyarakat endogami. Sebuah masyarakat y~ang melaksanakan pernikahan dengan orang sekampung. Menurut Drs. Ahmad Adaby Darban, putra Kauman, dosen Sejarah Kauman UGM "Akibat ikatan kea~gamaan dan pertalian darah itu pergaulan sosial lebih intim." Di kampung Kauman itulah lahir Muhammad Darwisy, yan~g kelak dikenal dengan nama Kiai Haji Ahmad Dahlan. Putra Kiai Abu Bakar imam dan khatib Masjid Agung Keraton Yogyakarta, itu sejak 1~910 berusaha memurnikan Islam, m~engembalikan kehidupan agama kepada sumber aslinya, Quran dan Sunah. Secara terbuka, saat itu, Kiai Dahlan memberantas hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam. Misalnya perbuatan menyekutukan Tuhan (syirik), bidah khurafat, melakukan upacara peribadatan yang tidak diajarkan Quran. Salah satu tindakan nyata yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan, waktu itu, adalah memperbaiki arah kiblat yang semula lurus ke barat tapi kemudian dengan mengacu pada ilmu falak dibuat agak condong ke utara 22 derajat. Pembetulan arah kiblat ini dimulai dari Langgar Kidul, milik Kiai Ahmad Dahlan, dengan membuat garis saf. Anjuran pembetulan arah kiblat ini kemudian memberi semangat pada para santrinya untuk membuat garis-garis saf arah kiblat di Masjid Agung Yogyakarta. Akibatnya, sebagai abdi dalem Ketib, Kiai Ahmad Dahlan dinyatakan bersalah, melanggar kewenangannya dan birokrasi, karena Masjid Agung adalah wewenang kesultanan. Kanjeng Penghulu Cholil Kamaluddiningrat, penghulu Masjid Agung, bertambah marah ketika tahu bahwa Langgar Kidul baru saja diubah bangunannya, diluruskan dengan kiblat condong ke utara 22 derajat. Dia memerintah tukang-tukang dengan dikawal polisi Belanda merusak Langgar Kidul. Kiai Ahmad Dahlan sangat terpukul. Gerakan Pembaruan (Tajdid) yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan menjadi mulus setelah empat dari lima langgar yang ada di Kauman itu mengikuti jejaknya. Usaha reformasi lebih lancar lagi setelah Kiai Cholil meninggal 1914, dan diganti oleh Kanjeng Penghulu Muhammad Sa'idu Kamaludiningrat. Kiai Penghulu Sa'idu inilah memberi nama gerakan itu Muhammadiyah, artinya pengikut Nabi Muhammad, 1912. Dan, Kanjeng Penghulu Muhammad Sa'idu menjadi anggota Muhammadiyah dengan nomor stambuk 00001. Lalu, Kiai Penghulu mengizinkan pendopo Pengulon untuk aktivitas gerakan Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan, usaha Muhammadiyah sangat menonjol. Pada 1913 di Kauman lahir sekolah kiai, sekolah yang amat asing bagi masyarakat Kauman saat itu, yang lebih mengenal sistem pesantren. Karena meniru Belanda, Kiai Ahmad Dahlan dituduh kafir dan dicap sebagai Kiai Palus serta 'Kristen Alus'. Tapi, Ahmad Dahlan jalan terus. Pada 1918 juga di Kauman berdiri sekolah tingkat lanjut Al-Qismul Arqo. Sebuah sekolah dengan sistem modern. Sekolah inilah kemudian diubah menjadi Pondok Muhammadiyah, selanjutnya diubah lagi menjadi Kweekschool M~uhammadiyah dan Kweek~school Istri. Karena sekolah yang dise~lenggakan oleh bumiputra tidak dibolehkan memakai nama mirip sekolah Belanda, lalu berubah lagi menjadi Madrasah Mu~alimin Muhammadiyah dan Madrasah Mualimat Muhammadiyah. Da~ri Langgar Kidul itu berm~uculan organisasi kemuhammadiyah. Antara lain, 1917, berdiri organisasi wanita Muhammadiyah, yang diberi Aisiyah. Lalu, 191~7, berdiri organisasi kepanduan Hizbul Wathon, dan 1922, di Dalem Pengulon berdiri pendidikan kanak-kanak yang diberi nama Bus~~tanul A~tfal. Dan tumbuh pula organisasi pencak silat Ci Kauman (1915, yang kemudian bernama Tapak Suci. Kauman sekarang masih merupakan kampung santri dan kampung perjuangan. Di sana ada pengajian malam Selasa yang terkenal. Pengajian itu sudah ada sejak zaman Kiai Ahmad Dahlan, yang dahulu sering dihadiri oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Kauman telah melahirkan empat pahlawan nasional: Kiai H. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, Kiai H. Fachruddin, dan Kiai H. Bagus Hadikoesoemo. Syahril Chili dan M. Ajie Surya
(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/12/15/NAS/mbm.19901215.NAS20135.id.html)
KH Kholil & KH. Achmad Dachlan Tahun 1868 – 1910
1868 · Ahmad Dahlan lahir di Kampung Kauman Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwis. Berayahkan K.H. Abu Bakar, seorang Ketib Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Ibunya Siti Aminah adalah anak K.H. Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta. · Darwis kanak-kanak dikenal sebagai memiliki keahlian membuat barang kerajinan dan mainan. Sebagaimana anak laki-laki lain, ia juga memiliki kegemaran bermain layang-layang dan gasing · Saat remaja ia belajar agama Islam tingkat lanjut. Belajar fiqh dari K.H. Muhammad Saleh, belajar nahwu dari K.H. Muhsin, juga pelajaran lainnya didapatkan dari K.H. Abdul Hamid di Lempuyangan dan K.H. Muhammad Nur. · Sebelum haji, jenis kitab yang dibaca Dahlan lebih banyak pada kitab-kitab Ahlussunnah wal jamaah dalam ilmu aqaid, dari madzhab Syafii dalam ilmu fiqh, dan dari Imam Ghazali dalam ilmu tasawuf.
1883-88 · Muhammad Darwis menunaikan ibadah haji yang pertama. Di tanah suci ia belajar kepada banyak ulama. Untuk ilmu hadits belajar kepada Kyai Mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, belajar ilmu falaq pada K.H. Dahlan Semarang, Ia juga belajar pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun binatang. Selain dengan guru-guru di atas, selama delapan bulan di tanah suci, ia sempat bersosialisasi dengan Syekh Akhmad Khatib dan Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Najrowi dari Banyumas, Kyai Nawawi dari Banten, para ulama dari Arab, serta pemikiran baru yang ia pelajari selama mukim di di Mekah.
1888 · Sepulang dari ibadah haji yang pertama, ia membelanjakan sebagian dari modal dagang sebesar f 500 (lima ratus gulden) yang diberi ayahnya, untuk membeli buku.
1889 · Ahmad Dahlan menikahi Siti Walidah yang kemudian dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, pendiri organisasi perempuan ‘Aisyiyah.
1896 · Ayahnya yang menjabat Ketib Amin meninggal. Sesuai dengan kebiasan yang berlaku di Kraton Yogyakarta sebagai anak laki-laki yang paling besar Ahmad Dahlan diangkat sebagai Ketib Amin menggantikan ayahnya.
1898 · Dahlan mengundang 17 ulama di sekitar kota Yogyakarta untuk melakukan musyawarah tentang arah kiblat di musholla milik keluarganya di Kauman. Masalah arah kiblat adalah masalah yang peka pada saat itu. Pembicaraan itu berlangsung hingga shubuh tanpa menghasilkan kesepakatan. Tetapi diam-diam dua orang yang mendengarkan pembicaraan itu beberapa hari kemudian membuat tiga garis putih setebal 5 cm di depan pengimaman masjid besar Kauman untuk mengubah arah kiblat sehingga mengejutkan jemaah salat dzuhur waktu itu. Kyai Penghulu H.M. Kholil Kamaludiningrat memerintahkan untuk menghapus tanda tersebut dan mencari orang yang melakukan itu.
1900-1910 · Panitia Zakat pertama. · Panitia kurban pertama. · Penggunaan metode hisab menggantikan metode aboge dan melihat hilal. · Peristiwa dirobohkannya surau Kyai A. Dahlan.
1903 · Ahmad Dahlan menunaikan haji yang kedua. Ia kembali memperdalam ilmu agamanya kepada guru-guru yang telah mengajarnya saat haji pertama. Ia belajar fiqh kepada Syekh Saleh Bafadal, Syekh Sa’id Yamani, dan Syekh Sa’id Babusyel. Belajar ilmu hadis kepada Mufti Syafi‘I, ilmu falaq pada Kyai Asy’ari Bawean, ilmu qiraat pada Syekh Ali Misri Makkah. Selain itu, selama bermukim di Mekah ini Dahlan juga mengadakan hubungan dan membicarakan berbagai masalah sosial-keagamaan, termasuk masalah yang terjadi di Indonesia dengan para ulama Indonesia yang telah lama bermukim di Arab Saudi, seperti: Syekh Ahmad Khatib, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.
1909
· Ahmad Dahlan resmi menjadi Anggota Budi Utomo. Selanjutnya, ia menjadi pengurus kring Kauman dan salah seorang komisaris dalam kepengurusan Budi Utomo Cabang Yogyakarta
1910 · Ahmad Dahlan juga menjadi anggota Jamiat Khair, organisasi Islam yang banyak bergerak dalam bidang pendidikan dan mayoritas anggotanya adalah orang-orang Arab. · Melalui R. Budiharjo dan R Sosrosugondo (pengurus dan anggota Budi Utomo), yang tertarik pada masalah agama Islam, Ahmad Dahlan mendapat kesempatan mengajar agama Islam kepada para siswa Kweekschool Jetis. · Keinginan Ahmad Dahlan untuk mendirikan lembaga pendidikan yang menerapkan model sekolah yang mengajarkan ilmu agama Islam maupun ilmu pengetahuan umum terwujud. Sekolah pertama itu dimulai dengan 8 orang siswa, bertempat di ruang tamu rumah Ahmad Dahlan yang berukuran 2,5 m x 6 m, di ia sendiri bertindak sebagai guru. Pada tahap awal proses belajar mengajar belum berjalan lancar. Selain ada pemboikotan masyarakat sekitarnya, para siswa yang hanya 8 orang tersebut juga sering tidak masuk sekolah. Untuk mengatasinya, Ahmad Dahlan tidak segan-segan datang ke rumah para siswanya dan meminta mereka masuk kembali. (http://www.muhammadiyah.or.id/content-154-det-timeline-muhammadiyah.html).
Catatan Hilal Achmar: Masalah arah kiblat ini, sampai tahun 2000-2010 masih menjadi perdebatan, apakah masjid yang tidak tepat mengarah ke Ka'bah, harus dibenarkan atau tidak arah kiblatnya. Saya fikir, memang harus dibenarkan arah kiblatnya, tetapi dengan catatan: 1. Disosialisasikan dahulu kepada masyarakat sekitar Masjid. 2. Masyarakat diberitahu tentang arah kiblat yang benar dengan dasar ilmu yang dapat dimengertinya. 3. Berhati-hati, sehingga tidak menimbulkan konflik. Dibawah ini ada cara penentuan arah kiblat yang akurat dan sederhana, dimana masyarakat akan mengerti, dan menyadari arah kiblat mereka:
KIBLAT Kiblat adalah kata Arab yang merujuk arah yang dituju saat seorang Muslim mendirikan salat. Sejarah
Pada mulanya, kiblat mengarah ke Yerusalem. Menurut Ibnu Katsir,[1] Rasulullah SAW dan para sahabat salat dengan menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah lebih suka salat menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka'bah. Oleh karena itu beliau sering salat di antara dua sudut Ka'bah sehingga Ka'bah berada di antara diri beliau dan Baitul Maqdis. Dengan demikian beliau salat sekaligus menghadap Ka'bah dan Baitul Maqdis.
Setelah hijrah ke Madinah, hal tersebut tidak mungkin lagi. Ia salat dengan menghadap Baitul Maqdis. Ia sering menengadahkan kepalanya ke langit menanti wahyu turun agar Ka'bah dijadikan kiblat salat. Allah pun mengabulkan keinginan beliau dengan menurunkan ayat 144 dari Surat al-Baqarah: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah).[2]
Juga diceritakan dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari:[3] Dari al-Bara bin Azib, bahwasanya Nabi SAW pertama tiba di Madinah beliau turun di rumah kakek-kakek atau paman-paman dari Anshar. Dan bahwasanya beliau salat menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan. Dan beliau senang kiblatnya dijadikan menghadap Baitullah. Dan salat pertama beliau dengan menghadap Baitullah adalah salat Ashar dimana orang-orang turut salat (bermakmum) bersama beliau. Seusai salat, seorang lelaki yang ikut salat bersama beliau pergi kemudian melewati orang-orang di suatu masjid sedang ruku. Lantas dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah salat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap Makkah." Merekapun dalam keadaan demikian (ruku) mengubah kiblat menghadap Baitullah. Dan orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab senang beliau salat menghadap Baitul Maqdis. Setelah beliau memalingkan wajahnya ke Baitullah, mereka mengingkari hal itu. Sesungguhnya sementara orang meninggal dan terbunuh sebelum berpindahnya kiblat, sehingga kami tidak tahu apa yang akan kami katakan tentang mereka. Kemudian Allah yang Maha Tinggi menurunkan ayat "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu" (al-Baqarah, 2:143).[2]
Hal itu terjadi pada tahun 624. Dengan turunnya ayat tersebut, kiblat diganti menjadi mengarah ke Ka'bah di Mekkah. Selain arah salat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkkan.
Penentuan arah kiblat
Dalam 1000 tahun terakhir, sejumlah matematikawan dan astronom Muslim seperti Biruni telah melakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan arah kiblat dari berbagai tempat di dunia. Seluruhnya setuju bahwa setiap tahun ada dua hari dimana matahari berada tepat di atas Ka'bah, dan arah bayangan matahari dimanapun di dunia pasti mengarah ke Kiblat. Peristiwa tersebut terjadi setiap tanggal 28 Mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB) untuk tahun biasa. Sedang kalau tahun kabisat, tanggal tersebut dimajukan satu hari, dengan jam yang sama.
Tentu saja pada waktu tersebut hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Selain itu terdapat 2 hari lain dimana matahari tepat di "balik" Ka'bah (antipoda), dimana bayangan matahari pada waktu tersebut juga mengarah ke Ka'bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan 16 Januari jam 21.29 GMT (4.29 WIB)
Pranala luar Indonesia) Sensitifnya Arah Kiblat Kiblat Kiblat Qiblah Qiblah in north america Al-Quds About.com Second Year of the Hijra di al-islam.org Menentukan arah kiblat pakai Google Earth di youtube
Catatan ^ (Arab)Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Surat al-Baqarah. ^ a b (Arab)Al-Qur'an Al-Karim. ^ (Arab)Al-Bukhari. Shahih al-Bukhari, hadits no. 41 dalam Fath al-Bari.
Kyai Penghulu R. M. Haji Muhammad Cholil Kamaludiningrat digantikan oleh Kiai Muhammad Sangidu/Kiai Penghulu Kanjeng Raden Haji Muhammad Kamaludiningrat, yaitu seorang penghulu keraton Yogyakarta sejak tahun 1914 sampai tahun 1940. Penghulu Kanjeng Raden Haji Muhammad Kamaludiningrat dikenal sebagai pemegang kartu anggota Muhammadiyah stanboek No. 1, dan juga pendukung gerakan KH. Ahmad Dahlan.
Kiai Penghulu Kanjeng Raden Haji Muhammad Kamaludiningrat mempunyai anak Muhammad Wardan dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1911 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Dia anak ketiga dari tujuh bersaudara seayah-seibu. Adapun enam saudaranya adalah Umniyah, Muhammad Darun, Muhammad Jannah, Muhammad Jundi, Burhanah dan Wari`iyah. Selain itu, dia juga mempunyai saudara yang berlainan ibu, yaitu Djalaluddin, Siti Salaman dan Siti Nafi`ah. Di lingkungan masyarakat Kauman, keluarga PKRH Muhammad Kamaluddiningrat dikenal sebagai Dani (keluarga) ketib Tengah yang tinggal di wilayah Kauman bagian barat. Sebagai keluarga abdi dalem santri mereka memiliki pusat kegiatan di Langgar Dhuwur. Dengan demikian, Muhammad Wardan secara sosio kultural berasal dari lingkungan keluarga abdi dalem santri.
Foto Insert: Keturunan Kyai Penghulu R. M. Haji Muhammad Cholil Kamaludiningrat, saat silaturahmi Idhul Fithri Tahun 20111.Ibunipun Nyi. H. Ali 2.Nyi Mangku 3.Madnur 4.Toyib
Buku alit punika kaparingan asma PUSTAKA PERDHIKAN. Dipun anggit dinten Jumat Kliwon, 11 Safar 1430 H/ taun JE 1942 utawi 06 Februari 2009 dening R. Muh. Rafi Ananda Basaiban kanti ngempalaken riwayat saha silsilah saking pra turunipun Suwargi KH. Imanadi ugi kanti penyelidikan awujud sumber – sumber kawontenan ing sejarah. Riwayat kakempalaken saking panjenenganipun ;
1.KH. Sayyid R. Salim Al Mator Jatisari 2.Sayyid R. Sugeng Assyamsi Kauman
Buku kacetak kanti sederhana supados saged dipun waos dening pra putra wayahipun KH. Imanadi ingkang mbetahaken. Kagem Pra putra wayah ingkang dereng kaserat wonten ing mriki kersaha nyerat piyambak – piyambak lan kahaturaken dhateng Sayyid R. Muh. Rafi Ananda wonten alamat Jalan Garuda 13 Kebumen Jawa – Tengah. Wasana Buku Pustaka Perdhikan punika sageda manfangati kagem kita sami. Amin.
Buku Pustaka Perdhikan nyariosaken riwayatipun KH. Imanadi saha silsilahipun dumugi putra wayah turunipun.
KH. Imanadi putranipun Pangeran Nurudin / Syekh Nurmadin bin Pangeran Marbut / Syekh Abdurrahman Rawareja. Dipun carioasaken bilih Pangeran Marbut punika salah satunggaling pangeran saking Mataram Kartasura. Pangeran Marbut rayinipun Pangeran Said / Syekh Mursyid Legok. Pangeran Marbut dipun tugasi supados madosi Pangeran Said ingkang langkung rumiyin kesah saking kraton amargi mboten remen kaliyan Walandi ingkang pengaruhipun sampun mlebet wonten keluarga kraton wekdal samanten. Pangeran Marbut lajeng tindak mangilen madosi keng Raka ngantos dumugi kepanggih wonten ing Rawareja. Siti Rawa dados dhusun ingkang reja sak sampunipun Pangeran Said lenggah wonten ing mriku. Sak sampunipun kepanggih kalian keng Raka, Pangeran Marbut lajeng nyuwun dhumateng Pangeran Said kondur dhateng Mataram, ananging Pangeran Marbut malah dipun suwun ndherek merangi Walandi. Pangeran Marbut kagungan satunggal pemanggih kaliyan Pangeran Said, lajeng mboten sios kondur dhateng Mataram lan ndherek keng Raka merangi Walandi. Pangeran Marbut kasuwun supados lenggah wonten Rawareja, dene Pangeran Said lajeng jengkar saking Rawareja supados mboten dipun curigani dening Walandi. Pageran Said tindak mangilen dumugi Legok, lajeng lenggah wonten ing mriku ngatos dumugi sedanipun ( pesarehanipun wonten sak wingkingipun masjid Legok ). Pangeran marbut peputra Pangeran Nurudin / Syekh Nurmadin. Syekh Nurmadin ugi kados dene ingkang rama, tansah nglampahaken syiar Islam kanti mucali ngaos piwulang agami Islam wonten Rawareja lan tansah merangi Walandi, asring kanti dhedhemitan ( gerilya ).
Pangeran Nurmadin Peputra KH. Imam Manadi / Imanadi ingkang sak sampunipun dhiwasa lajeng lenggah wonten ing siti Perdhikan / Keputihan inggih punika siti ingkang merdhika, bebas saking pajeg. Siti punika lajeng kawastan siti Pesucen, ingkang sak terusipun dados dhusun nami Pesucen.
Wonten ing Pesucen KH. Imanadi ugi tansah nerasaken perjuanganipun ingkang Rama lan Eyangipun. KH. Imanadi nglampahaken syiar Islam wonten ing dhusun Pesucen. Panjenenganipun ugi sampun nate tindak dhateng Mekah kagem nglampahi haji lan ngaos Agami Islam, mila ngantos lenggah wonten ing Mekah sawatawis dangu. Sak Konduripun saking Mekah KH. Imanadi dipun dadosaken panglima perang dening Pangeran Dhiponegara kagem wilayah Kebumen lan sak kiwa - tengenipun. Wondene panglima perang pusat dipun asta dening putranipun KH. Nur Iman Mlangi / KGPH. Sandeyo ( antawis taun 1825 – 1830 ).
Kh. Imanadi sanget misuwur dados setunggaling priyantung ingkang Linangkung, tangguh ugi ahli strategi perang, ingkang asring kanti dhedhemitan ( gerilya ), Mila Panjenenganipun mboten gampil dipun cepeng dening Walandi. Walandi ngantos kuwalahan ngadhepi KH. Imanadi. Wonten satunggaling wekdal, KH. Imanadi perang mengsah Walandi wonten sakpinggiring lepen LUKULA / Kali Gending. Panjenenganipun kepepek mboten saged mlajar malih. KH. Imanadi lajeng mlebet wonten ing lepen ( silem ) ngantos dangu mboten katingal. Walandi ingkang sumerep kalangkunganipun KH. Imanadi lajeng kanti sabar madosi turut lepen ngantos dumugi wekasanipun lepen LUKULA. Wonten ing mriku KH. Imanadi lajeng ngetingal lan lajeng dipun cepeng.
Kalangkunganipun KH. Imanadi sanesipun babagan agami, inggih babagan politik, hukum, sosial lan ketatanegaraan ( pemerintahan ), ndadosaken Walandi sanget hormatipun lan sae dhumateng panjenenganipun sanajan wonten ing tahanan.
Ngleresi jaman Adipati Arung Binang IV ( 1833 – 1861 ) ingkang wekdal samanten ngasta pemerintahan Kebumen, wonten satunggaling wekdal sang Adipati pikantuk sasmita “ menawi badhe kiyat pemerintahanipun kedah manggihi lan sesarengan kaliyan KH. Imanadi ingkang wekdal samanten taksih dados tahanan politik. Adipati Lajeng ngedalaken KH. Imanadi saking tahanan lan ndadosaken panjenenganipun Pengulu Landrat I Kebumen. KH. Imanadi kersa dipun dadosaken Pengulu Landrat kanti syarat ingkang dados wakilipun inggih punika KH. Zaenal Abidin Banjursari Buluspesatren ingkang wekdal samanten taksih wonten tahanan amargi dados badalipun KH. Imanadi wekdal merangi Walandi.
Kh Imanadi ngasta dados Pengulu Landrat I Kebumen lan lenggah wonten ing Kebumen. Panjenenganipun mundhut siti sak kilenipun alun – alun Kebumen ingkang sak lajengipun kawastanan kampung Kauman. Siti ingkang pernah Tengah lajeng dipun dadosaken Mesjid ingkang sak mangke dados nami Masjid Agung Kauman Kebumen ( antawis taun 1832 ). Masjid ingkang sepindah dipun damel kanti modhel Joglo inggih punika ngagem 4 saka guru. KH. Imanadi damel saka guru saking kajeng jati ingkang dipun dugikaken saking kabupaten Ambal. Dipun cariosaken bilih adegipun saka 4 punika namung satunggal dalu inggih amargi angsal bantuan saking jin Islam saking Timur Tengah ingkang kawon juritipun kaliyan KH. Imanadi nalika wonten ing Mekah. Jin punika asma Syekh Abdurrahman ingkang katelah ugi Mbah Wangsa. Jin punika nyuwun tumut KH. Imanadi kondur dhateng Kebumen. Panjenenganipun marengaken kanti syarat mboten hangganggu damel sedaya putra wayah lan turunipun.
Sekawan saka guru punika hingga sak punika taksih, ananging sampun dipun biantu cor. Wiwit taun 1832 M dumugi sak punika Masjid sampun dipun renovasi ambal kaping 5. Renovasi paling ageng wonten ing warsa 2005.
Dumugi sak punika Imam Masjid sampun gantos ambal kaping 10, ingkang sedaya taksih kalebet putra wayahipun KH. Imanadi.
KH. Imanadi lenggah wonten Kauman ngantos dumugi sedanipun, ananging lajeng dipun sarekaken wonten pesarean Pesucen Wonosari, mboten sesarengan kaliyan Pangeran Nurmadin ( Ramananipun ) ugi Pangeran Marbut ( Eyangipun ) ingkang sumare wonten ing dhusun Rawareja.
Sak surutipun KH. Imanadi, Pengulu Landrat II dipun asta dening KH. Moh. Alwi ( salah satunggaling putra KH. Imanadi ).
Pengulu Landrat III dipun asta dening KH. Ali Khusen ( Ingkang sak lajengipun dados marasepuhipun KH. Ali Awal ) amargi wekdal samanten pra putra KH. Alwi taksih sanget timur.
Penguli landrat IV dipun asta dening KH. Ali Awal ( salah satunggaling putra KH. Alwi ).
Pengulu Landrat V dipun asta dening Kh. Abdul Fatah ,( amargi pra putra KH. Ali Awal taksih sanget timur )
Pengulu landrat VI / Pungkasan dipun asta dening KH. Abdullah Ibrahim ( putra pembajeng KH. Ali Awal kaliyan garwa ingkang kaping kalih ).
Wiwit taun 1946 Pengulu landrat dipun gantos dados Kantor Urusan Agama ( KUA ). Ingkang ngasta sepindah wonten KUA kebumen inggih punika KH. Efendi.
SILSILAH KH. IMANADI KEBUMEN
Pangeran Marbut / Syekh Abdurrahman ( Pesarehanipun wonten ing Rawareja ) peputra ; Pangeran Nurudin / Syekh Nurmadin ( Pesarehanipun wonten ing Rawareja ) peputra ; KH. Imanadi ( Pesarehanipun wonten ing Pesucen ) peputra ; saking Garwa I ( Pringtutul Rawareja ) 1.Nyi. Warna 2.Kyai Basar Kahfi 3.Moh. Alwi 4.Ali Khusen 5.Zakariya 6.H. Chasan 7.Bafiroh 8.Nyi Yohana
Saking Garwa II ( Putrinipun RA. Kamaludin / Garwanipun Pengulu Kraton Jogja binti BPA. Dipowiyono bin Sinuwun Hamengku Buwana II kaliyan garwa kaping 4 / RA. Erawati ) peputra ;
1.Nyi Jawahir 2.H. Ahmad
Nyi Warna peputra ;
Kyai Basar Kahfi peputra ;
Moh. Alwi ( pesarehanipun wonten ing Pesucen ) peputra ; 1.Ali Awal Kauman 2.Alwi Pesucen 3.Hanawawi Kauman 4.Abdul Fatah
Ali Khusen peputra ; 1.Nyi Ali Awal Kauman ( turunipun mriksani turunipun Ali Awal Kebumen Garwa I ) 2.Munada Prembun peputra : 1.Madrejo / Muh. Ikhsan peputra : 1. Mad Idris 2. Sumowiyoto 3. Datun 4. Kasim peputra : 1. Sumiati 2. Suprapti 3. Ciptadi Prembun peputra : 1. Ayu Muzayyanah 2. Rosi Ruvaida 4. Isni peputra : 1. Nuryaningsih 2. Dewi Anjarsari 5. Chomsiatun peputra : 1. Intan Heri Purwoko 2. Setyo Nugroho 6. Sri Rochimah 7. Sri Rasmini peputra : 1. Sunikmah 2. M. Mudrik As. 3.Bagus Ulinuha 4. M. Habiburrohman 5. M. Ulil Azmi 6. M. Ali Wafa 7. S. U. Sa'adah 8. M. Huda 9. Ayu 10. Afriyani 11. M. Fikri 8. M. Marsudi 9. Siti Jumarni 10. Sarmini peputra : 1. Aji Mustofa 2. S.A. Tsani 3. Fuad 5. Madinah 6. Poniah 7. Sarikem 8. Siti Asiyah
2.Dalil 3.Ardjo Mutofa 4.Saminem Zakariya peputra ; 1.Nyi H. Ilyas Kutoarjo 2.H. Muh. Ilham Suraturunan 3.H. Muh. Aspan Suraturunan 4.H. Muh. Yusuf Kauman
H. Chasan peputra ;
Bafiroh peputra ;
Nyi Yohana peputra ;
Nyi jawahir peputra ; 1.Ali Mustafa peputra ; 1. Sastra 2. H. Muhson 3. Imam Pura 4. Sarbini 5. Dalail 6. Munirah 7. Nyai Madmarja
2.SanMunawar ( Lurah Pesucen ) 3.Nyi Basar Kahfi 4.Nyi Sanmustafa 5.Ali Muntaha peputra ; 1. Muhsin 2. Muhson 3. Muhsonah 4. Munsarip 5. Munisah 6. Mutnginah
6.Mustahal 7.Abdul Anwar ( Siwedi Kutowinangun ) 8.Marjuned ( Banjarnegara ) 9.Nyi Madmurja ( Kenteng Karangsari Kutowinangun ) 10.Nyi Badariyah ( Nyi H. Nawawi ) peputra ; 1. Nyai Carik jetis 2. Nyai Ahmad 3. Nyai Badriyah 4. Haji Masyhud 5. Nyai Trafas 6. Maklum
11.Nyi Ramadipura ( Buluspesantren ) 12.Nyi Satirah 13.Badarudin peputra ; 1. Nyi Ali Tsani Kauman ( Garwa I ) peputra ; 1. Siti Khalimah Kauman peputra ; 1. Mutoharoh
2. Chafsoh Pekalongan peputra ; 1. Arifin Pekalongan
2. Makmun Kauman peputra ; 1. Rokhimah Tasikmalaya peputra ;
2. Kharisoh Rantewringin peputra ; 1. Nurul Kauman 2. Retno Rantewringin 3. Beni 3. Khotmah Tasikmalaya peputra ;
4. Halimah Tasikmalaya peputra ;
5. Honimah Kebumen peputra ; 1. R. Muh. Rafi Ananda / Tuti Khusniati Al Maki 2. Aila Rezannia / Poedjo Raharjo 6. Soimah Kauman peputra ; 1. Arif Hidayat 2. Titin Rahayuningsih 3. Teguh Priyatno 4. Nur Fatmawati 5. Diyah Kurniasari
3. Nyi Maklum Kauman
H. Ahmad peputra ; 1.Ibunipun Nyi. H. Ali 2.Nyi Mangku 3.Madnur 4.Toyib
KH. Ali Awal bin Moh. Alwi kaliyan Garwa I peputra ;
1.Nyi Abdul Manan I ( Sepuh )Kemangguan Alian 2.Kyai Ismail Karanganyar Kebumen 3.Nyi Abdul manan II Kemangguan Alian 4.Nyi Zaenudin Pekeyongan 5.Nyi Hanan Plumbon peputra ; 1. Pengulu Ridwan/ Rilwan peputra ; 1. Rughoyah / Makmun Kauman 2. Rofqoniyah / Kyai Matori Jatisari peputra ; 1. KH. Sayyid R. Salim Al Mator peputra ; 1. Tobagus Muslihudin Aziz 2. Hikmatul Hasanah 3. Maksumah Kurniawati 4. Musyafa Firman Iswahyudi 5. Retno Auliyatussangadah 6. Eta Fatmawati Auliyatul Ummah
2. Songidah peputra ;
3. Sangadatun Diniyah peputra ;
4. Kyai Khumsosi Al Matori peputra ; 1. Siti Khulasoh 2. Siti Fatimah 3. Lukman Zein 4. Anis Siti Karimah 5. Siti Khomsiati 6. Anas Mufadhol
5. H. Makmuri peputra ;
6. Muslim peputra ;
3. Sanusi Prembun peputra ; 1. Sol 2. Salamah Balingasal Prembun
4. Sugeng peputra ;
5. Dulkodir peputra ;
6.Kyai Tohir Kedungtawon Kutowinangun peputra ;
Kyai Kosim Kedungtawon Kutowinangun peputra ;
KH. Ali Awal kaliyan Garwa II peputra ; 1.KH. Abdullah Ibrahim Kauman ( Pengulu Landrat terakhir ) peputra ; 1. Siti Khotijah / Zaenal Kauman 2. Siti hajatiyah / Mbah Jamaksari Somalangu 3. Ashariyah / Mustofa Banjarnegara 4. Umi Kulsum / Sumbono 5. Maimunah / Ali Siroj ( Purworejo ) 6. Mariyah / Sumbono 7. Hasim 8. Maryatini / Masngudin 9. Johariyah / kagarwa Sururudin, lajeng kagarwa dening Kyai Jamaksari Somalangu 10. Sri Kartini
2.Moh. Soleh peputra ; 1. Yusuf Soleh 2. Taslimah / Daqir Pekeyongan 3. Slamet Soleh 4. Musngidah / Masngud Prembun peputra ; 1. Dalail 5. Makmunah / Tahrir 6.Asyiah / Ngalimun Prembun
3.Siti Khalimah Wanasara / Abdullah sepuh peputra ; 1. Aminah Wanasara peputra ; 1. Muhtar
2. Mutiah Krakal peputra ; 1. Roh
4.H. Ali Tsani Kauman peputra ; Garwa I 1. Siti Khalimah Kauman peputra ; 1. Mutoharoh 2. Chafsoh Pekalongan peputra ; 1. Arifin Pekalongan
Garwa II ( Sayyidah Isti Sangadah binti Sayyid Muh. Fadil bin Sayyid Muh. Zein Solotiang bin Sayyid Muh. Alim Bulus Purworejo ) 1.Mahmud Ali Kauman peputra ; 1. Arif Mustofa
2.Isti Chamidah peputra ; 1. M. Sudjangi 2. Sugeng Assyamsi 3. Abdul Rozak 4. Lukman Hakim 5. Abdus Somad 6. M. Mahfud 7. M. Murtadlo
5.Abdul Wahab peputra ; 1. Moh Alwi Tejasari Kawedusan peputra ; 1. Ikhsan Alwi
2. Syamsi / Isti Chamidah
Khoul KH. Imanadi dipun wontenaken saben tanggal 14 Ruwah wonten ing serambi Masjid Pesucen Wonosari.
Wasana sinigeg semanten kemawon riwayat saha silsilahipun KH. Imanadi. Mugi – mugi handadosaken pepenget saha tuladhanipun khusus dhateng pra dharahipun, dhateng pra kathah umumipun. Amin
Kebumen, 06 Februari 2009 Sayyid R. Muh. Rafi Ananda
http://sayyidmuhammadraffie.blogspot.com/2009/12/pustaka-perdikan-riwayat-kh-imanadi.html6
191/6 <11> ♀ R.Ngt.Brahim [Hamengku Buwono]7
perkawinan: <2> ♀ Rina Anggraina [?]
perkawinan: <3> ♀ Alm. Siti Aminah [?]
wafat: Tegal
Asal Usul Bani Jawi, Asal usul R Samhudi, ayahanda Hilal Achmar. Pada masa Dinasti ke-18 Fir'aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Pelabuhan ini berkembang dengan baik, dikarenakan ada bangsa yang mengatur, serta menjaganya dari serangan bajak laut atau negara lain.
Penguasa Pelabuhan Barus, dikenal dengan nama Bangsa Malai. Malai dalam bahasa Sanskrit atau Tamil, berarti bukit (gunung). Seperti namanya, Bangsa Malai bermukim di sekitar perbukitan (dataran tinggi).
Asal Muasal Bangsa Malai
Diperkirakan bangsa Malai, bermula dari 4 (empat) bangsa, yakni Arab-Cina-Eropa-Hindia, terkadang disingkat ACEH (sampai sekarang istilah ACEH masih dinisbatkan kepada keturunan Bangsa Malai yang tinggal di ujung utara pulau sumatera).
Bangsa yang pertama datang adalah Bangsa Hindia Malaya (Himalaya). Bangsa Himalaya merupakan interaksi antara Bangsa Hindia (keturunan Kusy keturunan Ham bin Nabi Nuh), dengan Bangsa Malaya (keturunan Bangsa Malaya Purba/Atlantis/Sundaland [Penduduk Asli Nusantara], yang selamat dari bencana banjir Nuh). Pada awalnya mereka tinggal di kaki gunung Himalaya, sekitar tahun 6.000SM mereka datang ke pulau sumatera. Mereka menyusul kerabatnya bangsa Polinesia (keturunan Heth keturunan Ham bin Nabi Nuh), yang telah terlebih dahulu datang, dan bertempat tinggal di bagian timur Nusantara.
Pada sekitar tahun 4.500SM, datang Bangsa Cina atau Bangsa Formosa (keturunan Shini keturunan Yafits bin Nabi Nuh). Bangsa ini membawa budaya Agraris dari tempat asalnya.
Setelah itu sekitar tahun 2.500SM, datang Bangsa Eropa atau Bangsa Troya/Romawi Purba (keturunan Rumi keturunan Yafits bin Nabi Nuh), mereka membawa Peradaban Harappa, yang dikenal sudah sangat maju.
Dan terakhir sekitar tahun 2.200SM datang Bangsa Arab Purba atau Bangsa Khabiru (keturunan 'Ad keturunan Sam bin Nabi Nuh). Bangsa Khabiru adalah pengikut setia Nabi Hud, mereka datang dengan membawa keyakinan Monotheisme, di dalam masyarakat pulau sumatera.
Penyatuan ke-empat bangsa ini di kenal dengan nama Bangsa Malai (Bangsa Aceh Purba/Melayu Proto), dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan dan petani.
Bangsa Malai sebagaimana leluhur pertamanya Bangsa Himalaya, mendiami daerah dataran tinggi, yaitu di sepanjang Bukit Barisan (dari Pegunungan Pusat Gayo di utara, sampai daerah sekitar Gunung Dempo di selatan).
Bermula dari Bukit Barisan inilah, Bangsa Malai menyebar ke pelosok Nusantara, seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Semenanjung Malaya, Siam, Kambujiya, Sunda, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Bangsa Malai Pelindung Nusantara
Menurut para sejarawan, Bangsa Mongoloid begitu mendominasi daerah di sebelah utara Nusantara.
Muncul pertanyaan, mengapa bangsa Mongoloid tidak sampai meluaskan kekuasaan sampai ke selatan, bukankah nusantara adalah daerah yang sangat layak untuk dikuasai? Daerahnya subur, serta tersimpan beraneka bahan tambang seperti emas, timah dan sebagainya.
Apa yang mereka takutkan?
Jawabnya hanya satu, karena Nusantara ketika itu, dilindungi Bangsa Malai. Bangsa Malai dikenal memiliki kekuatan maritim yang kuat, dan balatentaranya memiliki ilmu beladiri yang mumpuni.
Siti Qanturah Leluhur Bani Jawi
Pada sekitar tahun 1670SM, dikhabarkan Nabi Ibrahim (keturunan Syalikh keturunan Sam bin Nabi Nuh) telah sampai berdakwah di negeri Bangsa Malai. Beliau diceritakan memperistri puteri Bangsa Malai, yang bernama Siti Qanturah (Qatura/Keturah). Dari pernikahan itu Nabi Ibrahim di karuniai 6 anak, yang bernama : Zimran, Jokshan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah. Dari anak keturunan Siti Qanturah kelak akan memunculkan bangsa Media (Madyan), Khaldea dan Melayu Deutro (berdasarkan perkiraan, Nabi Ibrahim hidup di masa Dinasti Hyksos berkuasa di Mesir Kuno (1730SM-1580SM), sementara versi lain menyebutkan, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Qanturah, pada sekitar tahun 2025SM).
Bangsa Melayu Deutro (Malai Muda), yang saat ini mendiami kepulauan Nusantara, juga mendapat sebutan Bani Jawi. Bani Jawi yang berasal dari kata Bani (Kaum/Kelompok) JiWi (Ji = satu ; Wi = Widhi atau Tuhan). Jadi makna Bani Jawi (JiWi) adalah kaum yang meyakini adanya satu Tuhan.
Keterangan mengenai Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, ditulis oleh sejarawan terkemuka Ibnu Athir dalam bukunya yang terkenal 'al-Kamil fi al-Tarikh'.
Catatan : Melayu Deutro adalah istilah yang digunakan para sejarawan modern, untuk meng-indentifikasikan Bani Jawi, dimana Ibnu Athir menerangkan bahwa Bani Jawi adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Keterangan Ibnu Athir ini semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.
Suku Jawa adalah suku terbesar dari Bani Jawi. Dan sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya 'Allah Yang Maha Kuasa', yang dilambangkan dengan ucapan bahasa 'Nu Ngersakeun' atau disebut juga 'Sang Hyang Keresa'.
Tulisan kami bukan sekedar cerita, legenda atau mitos, akan tetapi juga didukung oleh fakta-fakta ilmiah. Mengenai keberadaan Kota Barus, mari kita ikuti bacaan berikut...
SEJARAH KOTA BARUS
Sebagai pelabuhan niaga samudera, Barus (Lobu Tua) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Bahkan ada juga yang memperkirakan lebih jauh dari itu, sekitar 5000 tahun sebelum Nabi Isa lahir.
Perkiraan terakhir itu didasarkan pada temuan bahan pengawet dari berbagai mummy Fir'aun Mesir kuno yang salah satu bahan pengawetnya menggunakan kamper atau kapur barus. Getah kayu itu yang paling baik kualitasnya kala itu hanya ditemukan di sekitar Barus.
Sejarawan di era kemerdekaan, Prof Muhammad Yamin memperkirakan perdagangan rempah-rempah diantara kamper sudah dilakukan pedagang Nusantara sejak 6000 tahun lalu ke berbagai penjuru dunia.
Seorang pengembara Yunani, Claudius Ptolomeus menyebutkan bahwa selain pedagang Yunani, pedagang Venesia, India, Arab, dan juga Tiongkok lalu lalang ke Barus untuk mendapatkan rempah-rempah.
Lalu pada arsip tua India, Kathasaritsagara, sekitar tahun 600 M, mencatat perjalanan seorang Brahmana mencari anaknya hingga ke Barus. Brahmana itu mengunjungi Keladvipa (pulau kelapa diduga Sumatera) dengan rute Ketaha (Kedah-Malaysia), menyusuri pantai Barat hingga ke Karpuradvipa (Barus).
ada lagi yang berpendapat:Melayu Deutero atau Melayu Muda adalah sebutan yang dulu dipakai untuk menunjuk populasi yang dikira datang pada "gelombang kedua" setelah "gelombang pertama" Melayu Proto. Populasi ini dikatakan datang pada Zaman Logam (kurang lebih 1500 SM). Suku bangsa di Indonesia yang dimasukkan dalam Melayu Muda adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Bali, Makassar, Bugis, Manado, dll.[rujukan?]
Wawasan ini tidak lagi dianggap. Para arkeolog sudah menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologis yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Proto- dan Deutero-Melayu.[1]
Sumber : http://naulibasa-magz.com/index.php/web/news/index/5/1903532242
http://kanzunqalam.blogspot.com/2009_12_01_archive.htmlperkawinan: Murtiningsih
perkawinan: <6> ♀ Alm. Sumiyati [?] b. Desember 1945, <7> ♀ Murtini [?] b. April 1960
8
![](/rodovid/um.gif)
(Database berisi catatan individu 587.672 orang, 31.233 di antaranya telah ditambahkan dalam bahasa Spanyol. Ada 143.213 catatan keluarga, 8422 dari mereka yang dalam bahasa Spanyol. Lihat di: http://es.rodovid.org/wk/Especial:ChartInventory/354605)
Hilal Achmar Lineage Study. From: http://hilalachmar.wordpress.com/
Pertama saya mohon izin kepada penulis dalam internet, maupun hard copy, yang saya sebut dan tidak sebut http nya, nama penulisnya, yang saya kutip pendapatnya, dalam rangka pencarian asal usul saya. Saya berharap semua penulis mengizinkan saya untuk mengutip. Saya mengucapkan beribu terima kasih kepada para penulis, yang saya sebut sumbernya, sehingga saya mengetahui asal-usul diri saya. Terima Kasih.
MOHON PERHATIAN: NASAB RASULULLAH DISEPAKATI OLEH PARA ULAMA SAMPAI DENGAN 'ADNAN. TULISAN INI ADALAH STUDY YANG MASIH AKAN BERUBAH MENGENAI URUTAN LINEAGE, TANGGAL DAN TAHUN, TEMPAT KEJADIAN DAN KETERANGANNYA!
Hilal Achmar ( http://hilalachmar.wordpress.com/ )dilahirkan di RS Panti Nugraha, Jalan Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Seklatan. Sampai umur 8 tahun bertempat tinggal di rumah neneknya dari fihak ibu di Jalan Senayan No. 61 tepat didepan RS bersalin tempat ia dilahirkan.
Study ini adalah silsilah lengkap pertama mengenai lineage Azmatkhan, yang ditulis dan di upload pada internet mengenai keturunan Rasulullah SAW yang ada di Indonesia lewat lineage Maulana Malik Ibrahim Ibn Zainal Alam Barkat Ibn Jamaluddin Husain Akbar. Study di upload ke internet pada bulan Mei 2010.
Saya tidak mengklaim tulisan saya benar. kritik dan masukan sangat daya hargai. Saya hanya ingin mengetahui, bagaimana pengetahuan tentang lineage menjelaskan sebaran gen di penjuru dunia.
Lineage Ir. H. Hilal Achmar dibagi dalam 5 bagian.
PERINGATAN! Bagian I : Dari Nabi Adam Alaihi Salam sampai Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Study ini juga belum valid per individunya. Tidak diketahui dengan pasti nama individunya, kecuali Azar, ayah Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Seluruh Rasul dan keterangannya yang berada pada jalur kenabian dari Rasul Adam Alaihi Salam, Ibrahim Alaihi Salam dan seluruh Rasul dari keturunan Ibrahim adalah valid. Diharapkan, pada masa yang akan datang, ditemukan bukti-bukti baru dan riwayat yang terlewati pada saat study ini dibuat, mengenai nama dan keterangan individunya. Yang jelas adalah, seluruh umat manusia yang ada sekarang adalah keturunan Nabi Adam Alaihi Salam dan Ibu Siti Hawa.
Ibnu Abbas berkata, aku mendengar Nabi saw bersabda: “Aku adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazzar bin Ma’da bin ‘Adnan bin Adda bin Udada bin Hamyasa’ bin Yasyhab bin Nabat bin Jamil bin Qaidar bin Ismail bin Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Asyu’ bin Ar’us bin Faligh bin ‘Abar (Hud) bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lumka bin Mutawasysyalikh bin Akhnukh (Idris) bin Azda bin Qinan bin Anwasy bin Syayts bin Adam (as). http://id.wikipedia.org/wiki/Syechbubakar
001. Adam Rasulullah Alaihi Salam. Prophet No. 1 And Siti Hawa. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372338
002. Shith bin Adam http://id.rodovid.org/wk/Orang:372337
003. Anusha bin Shith. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372336
004. Qainan bin Anusha. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372335
005. Mahla’il bin Qainan. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372334
006. Yarid bin Mahla'il. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372333
007. Nabi Idris Alaihi Salam (Akhnukh) bin Yarid. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372332
008. Mutwashlack bin Nabi Idris Alaihi Salam. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372331
009. Lamik bin Mutwashlack. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372330
010. Nabi Nuh Alaihi Salam bin Lamik. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372329
011. Sam bin Nabi Nuh Alaihi Salam. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372328
012. Arfakhshad bin Sam. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372327
013. Shalikh bin Arfakhshad. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372326
014. Abir bin Shalikh. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372325
015. Falikh bin Abir. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372324
016. Ra‘u bin Falikh. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372323
017. Saru‘ bin Ra'u. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372322
018. Nahur bin Saru'. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372321
019. Tarih (Azar) bin Nahur. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372320
020. Nabi Ibrahim Alaihi Salam Ibn Tarih. http://id.rodovid.org/wk/Orang:336061
[Ibn Hisham 1/2-4; Rahmat-ul-lil'alameen 2/18; Khulasat As-Siyar p.6]. In Ar Raheeq Al Makhtum. The Sealed Nectar By: Saifur Rahman al-Mubarakpuri.
PERINGATAN! Bagian II : Dari Ismail Alaihi Salam sampai Add Study lineage ini belum valid mengenai nama, jumlah individu dan keterangannya. Ada perbedaan pendapat diantara para ulama. Person yang valid pada lineage ini adalah Nabi Ismail Alaihi Salam yang diangkat sebagai Rasul.
021. Nabi Ishmail Alaihi Salam Ibn Nabi Ibrahim Alaihi Salam. http://id.rodovid.org/wk/Orang:321254
022. Qaidar bin Nabi Ishmail Alaihi Salam. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372317
023. Aram bin Qaidar. http://id.rodovid.org/wk/Orang:321251
024. ‘Awda bin Aram. http://id.rodovid.org/wk/Orang:321248
025. Mazzi bin 'Awda. http://id.rodovid.org/wk/Orang:157388
026. Sami bin Mazzi. http://id.rodovid.org/wk/Orang:157387
027. Zarih bin Mazzi. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372312
028. Nahith bin Zarih. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372311
029. Muksar bin Nahith. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372310
030. Aiham bin Muksar. http://id.rodovid.org/wk/Orang:372309
031. Afnad bin Aiham . http://id.rodovid.org/wk/Orang:372308
032. Aisar bin http://id.rodovid.org/wk/Orang:372307
033. Deshan bin Aisar. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361719
034. Aid bin Deshan. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361717
035. Ar‘awi bin Aid . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361715
036. Yalhan bin http://id.rodovid.org/wk/Orang:361714
037. Yahzin bin Yalhan. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361712
038. Yathrabi Yahzin. bin http://id.rodovid.org/wk/Orang:361737
039. Sanbir bin Yathrabi. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361711
040. Hamdan bin Sanbir http://id.rodovid.org/wk/Orang:361802
041. Ad-Da‘a bin http://id.rodovid.org/wk/Orang:361707
042. ‘Ubaid bin d-Da‘a . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361705
043. ‘Abqar bin ‘Ubaid. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361702
044. Aid bin ‘Abqar . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361701
045. Makhi bin Aid http://id.rodovid.org/wk/Orang:361700
046. Nahish bin Makhi. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361699
047. Jahim bin Nahish . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361697
048. Tabikh bin Jahim. http://id.rodovid.org/wk/Orang:361696
049. Yadlaf bin Tabikh . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361695
050. Bildas bin Yadlaf . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361694
051. Haza bin Bildas . http://id.rodovid.org/wk/Orang:361692
052. Nashid bin Haza . http://id.rodovid.org/wk/Orang:157362
053. ‘Awwam bin http://id.rodovid.org/wk/Orang:157361
054. Obai bin ‘Awwam . http://id.rodovid.org/wk/Orang:157360
055. Qamwal bin Obai . http://id.rodovid.org/wk/Orang:157359
056. Buz bin Qamwal. http://id.rodovid.org/wk/Orang:157358
057. Aws bin Buz. http://id.rodovid.org/wk/Orang:157357
058. Salaman bin Aws. http://id.rodovid.org/wk/Orang:157356
059. Humaisi‘ bin Salaman . http://id.rodovid.org/wk/Orang:103803
060. Add bin Humaisi‘. http://id.rodovid.org/wk/Orang:165278
[Rahmat-ul-lil'alameen 2/14-17]By: In Ar Raheeq Al Makhtum. The Sealed Nectar By: Saifur Rahman al-Mubarakpuri.
Bagian III : Dari 'Adnan. sampai Rasulullah Shalallohu Alaihi Wasalam Sampai saat ini tidak ada Hadist yang bermatan nasab Rasulullah SAW lebih jauh daripada Adnan, yang disabdakan Rasulullah secara lengkap per individu. Menurut Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani, Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Study lineage ini valid sampai dengan Adnan."Allâh selected Ishmael from the sons of Abraham, Kinana from the sons of Ishmael, Quraish from the sons of Kinana, Hashim from the sons of Quraish and He selected me from the sons of Hashim." [Muslim 2/245; Tirmidhi 2/201]
061. ‘Adnan bin Add . http://id.rodovid.org/wk/Orang:103802
062. Ma‘ad bin ‘Adnan. http://id.rodovid.org/wk/Orang:165272
063. Nizar bin Ma‘ad. http://id.rodovid.org/wk/Orang:103801
064. Mudar bin Nizar. http://id.rodovid.org/wk/Orang:165271
065. Elias bin Mudar. http://id.rodovid.org/wk/Orang:103800
066. Mudrikah ( ‘Amir) bin Elias. http://id.rodovid.org/wk/Orang:165270
067. Khuzaiman bin Mudrikah. http://id.rodovid.org/wk/Orang:103799
068. bin Khuzaiman . http://id.rodovid.org/wk/Orang:165269
069. An-Nadr (Qais) bin Kinana . http://id.rodovid.org/wk/Orang:103798
070. Malik bin An-Nadr. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28202
071. Fahr (Quraish) bin Malik. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28201
072. Ghalib bin Fahr. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28200
073. Lo’i bin Ghalib . http://id.rodovid.org/wk/Orang:28199
074. Ka‘b bin Lo’i http://id.rodovid.org/wk/Orang:28198
075. Murra bin Ka‘b . http://id.rodovid.org/wk/Orang:28197
076. Kilab bin Murra . http://id.rodovid.org/wk/Orang:28196
077. Qusai (Zaid) bin Kilab. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28195
078. ‘Abd Munaf (Al-Mugheera) bin Qusai. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28194
079. Hashim, (named ‘Amr) bin ‘Abd Munaf. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28192
080. ‘Abdul-Muttalib (Shaiba) bin Hashim. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28191
081. ‘Abdullah bin ‘Abdul-Muttalib. http://id.rodovid.org/wk/Orang:28189
082. Nabi Muhammad Shalallohu Alaihi Wa Salam http://id.rodovid.org/wk/Orang:28188
[Ibn Hisham 1/1,2; Talqeeh Fuhoom Ahl Al-Athar, p. 5-6; Rahmat-ul-lil'alameen 2/11-14,52]In Ar Raheeq Al Makhtum. The Sealed Nectar By: Saifur Rahman al-Mubarakpuri.
Bagian IV : Dari Muhammad Rasulullah Shalallohu 'Alaihi Wassalam sampai Ahmad Jalal Syah. Person pada bagian kedua ini, semuanya tidak pernah bermukim di Indonesia. Jadi sebenarnya, keturunan Azmatkhan di Indonesia, tidak asli Indonesia. Jika dipelajari silsilah lengkap Ir. H. Hilal Achmar, maka akan dapat dibayangkan, lebih banyak orang Indonesia yang tidak mengetahui, sebenarnya mereka adalah keturunan langsung dari jalur silsilah keturunan Muhammad Shallallohu Alaihi Wasalam.
083. Fatima bint Mohammed(Al Hashimi}http://id.rodovid.org/wk/Orang:70267
084. Husayn(Al Hashimi}http://id.rodovid.org/wk/Orang:70255
085. Ali Zainal Abidin (Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:70251
086. Muhammad Al Baqir(Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:70247
087. Ja'afar As-Sodiq(Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:70246
088. Ali Al-’Uraidhi (Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359677
089. Muhammad An-Naqib(Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359676
090. Isa Ar-Rumi(Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359675
091. Ahmad Al Muhajir(Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359674
092. Abdullah. http://id.rodovid.org/wk/Orang:3596973
093. Alawi Awwal(Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359672
094. Muhammad Sohibus Saumi'ah (BaAlawi Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359671
095. Alawi Ats-Tsani(BaAlawi Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359670
096. Ali Kholi Qosam(BaAlawi Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359668
097. Muhammad Shohib Mirbath(BaAlawi Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359667
098. Alawi Ammil Al Fagih(BaAlawi Al Husaini). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359658
099. Sayyid Abdul Malik(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359654
100. Abdullah Azmatkhan(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359650
101. Ahmad Jalal Syah(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359646
Bagian V : Dari Maulana Jamaluddin Husein Akbar sampai Ir. H. Hilal Achmar.
Person pada bagian pertama ini, baik selama hidupnya maupun sebagian dari masa hidupnya pernah bermukim di Indonesia. Masing-masing keterangan per individu dapat dilihat pada Hilal Achmar Lineage Study, dari Nabi Adam Alaihi Salam sampai Muhammad Kevyn Reza Pahlevy.
102. Maulana Jamaluddin Husein Akbar(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:359642
103. Zainal Alam Barkat(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354654
104. Maulana Malik Ibrahim(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354655
105. R. Kidang Telangkas(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354656
106. Dewi Nawangsih(Azmatkhan). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354657
107. Ki Ageng Getaspendowo (Majapahit Girindrawardhana). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354658
108. Ki Ageng Selo(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354659
109. Ki Ageng Enis(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354660
110. Ki Ageng Pemanahan(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354661
111. Raden Sutawijaya(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354662
112. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354663
113. Sultan Agung(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354664
114. Sunan Prabu Amangkurat Agung(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354665
115. Susuhunan Pakubuwono I(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354666
116. Prabu Mangkurat IV(Mataram). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354667
117. Pangeran Hario Mangkubumi Hamengku Buwono I (Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354668
118. Kanjeng Sultan Hamengku Buwono II (Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354669
119. 6. BPH Dipawiyana (bph Dipowiyono)(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354671
120. R.Ay. Pangulu Kamaludiningrat(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354671
121. R. Pangulu Kamaludiningrat(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354674
122. R.M.Haji Muh Cholil(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354675
123. R.Ngt.Brahim(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354676
124. R.Samhudi(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354678
125. # Ir. H. Hilal Achmar(Hamengku Buwono). http://id.rodovid.org/wk/Orang:354605
126. Muhammad Kevyn Reza Pahlevy(Hamengku Buwono)
Pengukuran Validitas individu pada Ir. H. Hilal Achmar Lineage Study, diambil dari yang tervalid, urutannya bersumber dari: 1. Al Qur’an 2. Hadist 3. Ulama 4. Gene 5. Catatan dari R. Wedana Rio Murtiwandawa, Tepas Darah Kraton Yogyakarta. 6. Keterangan dari Trah Sri Sultan Hamengkubuwana II, Raja Yogyakarta. 7. Individu yang bersangkutan yang menyumbang tulisan. 8. Catatan sejarah dan bukti-bukti peninggalan sejarahnya. 9. Berbagai sumber baik media digital elektronik maupun cetak.
Umum diketahui bahwa, perdebatan tentang apakah benar Rasulullah keturunan Rasul Ismail Alaihi Salam Ibn Rasul Ibrahim Alaihi Salam, tidak pernah mencapai suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja demikian, sebab Baik yang berpendapat Rasulullah adalah keturunan Ismail AS, dan yang berpendapat bahwa Rasulullah bukan keturunan Ismail AS, masing-masing berdebat tentang hal yang tidak diketahui! Ismail AS hidup sekitar 2.000 tahun sebelum masehi dari saat ini berarti 4.000 tahun yang lalu! Ismail AS ke Muhammad SAW berjarak sekitar 2.500 tahun. Ancestor kita semua, Adam AS dan Ibu Siti Hawa hidup sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Pada Al Qur’an tidak terdapat keterangan yang terperinci tentang lineage Ismail AS sampai dengan Muhammad SAW, tetapi jelas terdapat 25 jalur kerasulan, Mulai dari Adam AS sampai dengan Muhammad SAW. Pada kitab suci lainnya, tidak ada juga yang tegas mengatakan bahwa Muhammad SAW bukan keturunan Ismail AS. Perdebatan Muhammad SAW keturunan Ismail AS adalah sia-sia. Muslim selalu meyakini, bahwa Muhammad SAW adalah keturunan Ismail AS.
Kini, ilmu pengetahuan semakin berkembang, baik ilmu pengetahuan agama maupun berbagai ilmu pengetahuan sosial dan teknologi. Kini, dapat diketahui, apakah memang benar seorang individu berada pada garis silsilah moyangnya yang terpisah jarak ribuan tahun dengannya. Contohnya adalah, dapat dibuktikan secara genotipa, bahwa Rasulullah SAW adalah keturunan Rasul Ismail Alaihi Salam yang terpisah waktu kurang lebih 2.500 tahun!
GARIS KETURUNAN DARI PEREMPUAN DIAKUI DALAM STUDY INI Diakui, memang ada perbedaan pendapat mengenai garis keturunan yang diakui. Ada yang berpendapat bahwa keturunan yang diakui adalah keturunan dari garis pria. Di Indonesia, misalnya, sebagian keturunan dari garis Azmatkhan Al Husaini hanya mengakui keturunan Azmatkhan Al Husaini dari garis pria. Jika konsekwen dengan garis keturunan pria, maka harus mengakui, garis keturunan di atas Husayn adalah Ali – Abi Thalib – Abdul Mutthalib. Jika ingin diakui, nasab bersambung kepada Rasulullah SAW, maka garis keturunan ditempatkan sejajar antara pria dan wanita, karena semua keturunan Rasulullah SAW, berasal dari anak perempuan beliau yang bernama Fatimah Az Zahra.
Cabang lineage Azmatkhan Al Husaini dari Trah Sri Sultan Hamengku Buwono II, mengakui garis keturunan wanita sebagai garis keturunan Azmatkhan Al Husaini, dengan mengakui bahwa dalam masalah garis keturunan, tidak ada keistimewaan antara pria dan wanita. Mengingat: 1. Selain keturunan Nabi Adam AS, semua umat manusia juga keturunan Ibu Siti Hawa. 2. Nabi Yunus AS Ibn Matta, dinasabkan kepada ibundanya yang bernama Matta. 3. Nabi Isa AS Ibn Maryam, dinasabkan kepada ibundanya yang bernama Maryam. 4. Semua keturunan Rasulullah sekarang berasal dari Fatimah Az Zahra Binti Rasulullah SAW.
5. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya menghormati Ibu lebih daripada Bapak.perkawinan: <14> ♂ H. Tony Sutisna Miharja [?]
perceraian: <14!> ♂ H. Tony Sutisna Miharja [?]
wafat: Jakarta
perkawinan:
perkawinan: <22> ♀ Nevi Widiastuti, S.Pd [?] b. November 1968
perkawinan: Wulan
perkawinan: Wahyu Rohadi Imam Santoso
perkawinan: Danang Cahyo Wijanarko
perkawinan: Kunto Wiyono
perkawinan: Dody Sulistyo Febrianto
wafat: 2014