Kertawijaya / Brawijaya I (Bhre Tumapel III) d. 1451
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Majapahit Rajasa |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | Kertawijaya / Brawijaya I |
Nama belakang lainnya | Bhre Tumapel III |
Orang Tua
♂ Wikramawardhana / Raden Gagaksali [Majapahit Rajasa] ♀ Putri Bhre Wirabhumi / Bhre Daha [Wangsa Rajasa] d. 1426 | |
Halaman-wiki | [[1]] |
Momen penting
kelahiran anak: ♂ Adipati Arya Baribin - Pajajaran [Srie Pamekas - Nata / Raja Pajajaran]
kelahiran anak: ♀ Dewi Wukut [Majapahit Rajasa]
kelahiran anak: ♂ Raden Rajasawardhana Dyah Wijayakumara/ Brawijaya II [Majapahit Rajasa]
kelahiran anak: ♀ Dewi Sitisari [Majapahit Rajasa]
kelahiran anak: ♀ Dewi Subasiti [Majapahit Rajasa]
perkawinan: ♀ Jayawardhani Dyah Jayeswari / Bhre Daha Kapanca [Bhre Daha V]
1447 - 1451 gelar: Prabu Majapahit VII bergelar Sri Maharaja Wijaya Parakrama Wardhana (Brawijaya I)
1451 wafat:
Catatan-catatan
Dyah Kertawijaya adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1447-1451 dengan gelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana. Kertawijaya dalam Pararaton Menurut Pararaton, Kertawijaya adalah putra Wikramawardhana dari selir. Putra Wikramawardhana yang lain adalah Hyang Wekasing Sukha, Bhre Tumapel, dan Suhita. Sebelum menjadi raja, Kertawijaya pernah menjadi Bhre Tumapel, yaitu menggantikan kakaknya yang meninggal awal tahun 1427.
Kertawijaya naik takhta menggantikan Suhita tahun 1447. Pada masa pemerintahannya sering terjadi gempa bumi dan gunung meletus. Juga terjadi peristiwa pembunuhan penduduk Tidung Galating oleh keponakannya, yaitu Bhre Paguhan putra Bhre Tumapel.
Kertawijaya wafat tahun 1451. Ia dicandikan di Kertawijayapura. Kedudukannya sebagai raja digantikan Rajasawardhana
Hubungan antara Rajasawardhana dengan Kertawijaya tidak disebut secara tegas dalam Pararaton, sehingga muncul pendapat yang mengatakan kalau Rajasawardhana naik takhta setelah membunuh Kertawijaya. Pendapat lain mengatakan Rajasawardhana adalah putra Kertawijaya yang nama aslinya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu sebagai Dyah Wijayakumara. Identifikasi Kertawijaya dengan Brawijaya Brawijaya adalah nama raja Majapahit versi naskah-naskah babad dan serat yang sangat populer dalam masyarakat Jawa.
Dikisahkan Brawijaya memiliki permaisuri bernama Ratu Dwarawati dari negeri Campa yang beragama Islam. Brawijaya turun takhta tahun 1478 karena dikalahkan putranya dari selir, yang bernama Raden Patah.
Di Mojokerto ditemukan situs makam putri Campa yang diyakini sebagai istri Brawijaya. Batu nisan makam tersebut berangka tahun 1448, jatuh pada masa pemerintahan Kertawijaya.
Hal ini menimbulkan pendapat bahwa, tokoh Brawijaya identik dengan Kertawijaya. Bahkan, dalam bagan silsilah yang ditemukan pada pemakaman Ratu Kalinyamat di Jepara, ditulis nama Kertawijaya sebagai nama ayah Raden Patah.
Tokoh lain yang dianggap identik dengan Brawijaya adalah Bhre Kertabhumi putra Rajasawardhana, yang namanya terdapat dalam penutupan naskah Pararaton. Seringkali Bhre Kertabhumi disebut Brawijaya V, sedangkan Kertawijaya disebut Brawijaya I.
Identifikasi Kertawijaya dengan Brawijaya berdasarkan batu nisan putri Campa bertentangan dengan prasasti Waringin Pitu (1447). Menurut prasasti tersebut, nama permaisuri Kertawijaya bukan Ratu Dwarawati, melainkan Jayeswari.
Menurut kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, putri Campa yang dimakamkan di Mojokerto bukan istri raja Majapahit, melainkan istri Ma Hong Fu, seorang duta besar Cina untuk Jawa
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ Kepustakaan - * Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990
- Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
- Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
perkawinan: ♀ Sri Sudewi / Padukosari
perkawinan: ♀ Selir / Garwo Ampeyan
gelar: 1350 - 1389, Majapahit, Prabu Majapahit IV bergelar Maharaja Sri Rajasanagara
wafat: 1389
gelar: 1429 - 1447, Rani Majapahit V bergelar Prabu Stri Suhita
wafat: 1447
gelar: 1447, Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakarana.