Pangeran Benawa / Sultan Prabuwijaya (AbdulHalim) d. 1587
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Sultan Hadiwijaya |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | Pangeran Benawa / Sultan Prabuwijaya |
Nama belakang lainnya | AbdulHalim |
Orang Tua
♂ Kanjeng Sultan Hadiwijaya / Sultan Hadiwijoyo (Mas Karebet) [Pajang] d. ~ 1582 | |
Halaman-wiki | wikipedia:Pangeran_Benawa |
Momen penting
kelahiran anak: ♂ Pangeran Radin [Pajang]
kelahiran anak: ♂ Pangeran Hadipati Benowo II [Pajang]
kelahiran anak: ♂ Pangeran Haryo Wiromenggolo [Kajoran]
kelahiran anak: ♀ Dyah Banowati [Pajang]
kelahiran anak: ♀ Dyah Banowati / Kanjeng Ratu Mas Hadi [Pajang]
1582 pekerjaan: Adipati Jipang Panolan
1586 - 1587 gelar: Pajang, Sultan Pajang II bergelar Sultan Prabuwijaya
1587 wafat: Pajang
Catatan-catatan
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Silsilah Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
Selain itu, Pangeran Benawa juga memiliki putra bernama Pangeran Radin, yang kelak menurunkan Yosodipuro dan Ronggowarsito, pujangga-pujangga besar Kasunanan Surakarta.
Kisah Hidup Pangeran Benawa Pangeran Benawa dikisahkan sebagai seorang yang lembut hati. Ia pernah ditugasi ayahnya untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya terhadap Pajang. Waktu itu Benawa berangkat bersama Arya Pamalad (kakak iparnya yang menjadi adipati Tuban) dan Patih Mancanegara.
Sutawijaya menjamu ketiga tamunya dengan pesta. Putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga tidak sengaja membunuh seorang prajurit Tuban, membuat Arya Pamalad mengajak rombongan pulang. Sesampai di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, bahwa Mataram berniat memberontak terhadap Pajang. Sementara itu Benawa melaporkan kebaikan Sutawijaya, bahwa terbunuhnya prajurit Tuban karena ulahnya sendiri.
Benawa kemudian menjadi adipati Jipang Panolan. Pada tahun 1586 ia bersekutu dengan Sutawijaya untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhta, karena kakak iparnya itu dianggap kurang adil dalam memerintah.
Dikisahkan, Arya Pangiri hanya sibuk menyusun usaha balas dendam terhadap Mataram. Orang-orang Demak juga berdatangan, sehingga warga asli Pajang banyak yang tersisih. Akibatnya, penduduk Pajang sebagian menjadi penjahat karena kehilangan mata pencaharian, dan sebagian lagi mengungsi ke Jipang.
Persekutuan Benawa dan Sutawijaya terjalin. Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berhasil mengalahkan Pajang. Arya Pangiri dipulangkan ke Demak. Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Sutawijaya. Namun Sutawijaya menolaknya. Ia hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram.
Sejak itu, Pangeran Benawa naik takhta menjadi raja baru di Pajang bergelar Sultan Prabuwijaya.
Akhir Kesultanan PajangNaskah-naskah babad memberitakan versi yang berlainan tentang akhir pemerintahan Pangeran Benawa. Ada yang menyebut Benawa meninggal dunia tahun 1587, ada pula yang menyebut Benawa turun takhta menjadi ulama di Gunung Kulakan bergelar Sunan Parakan. Bahkan ada yang menyatakan bahwa Pangeran Benawa menuju ke arah barat dan membangun sebuah pemerintahan yang sekarang bernama Pemalang. Konon beliau juga meninggal di Pemalang, di desa Penggarit.
Sepeninggal Benawa, Kesultanan Pajang berakhir pula, dan kemudian menjadi bawahan Mataram. Yang diangkat menjadi bupati di Pajang ialah Pangeran Gagak Baning adik Sutawijaya. Setelah meninggal, Gagak Baning digantikan putranya yang bernama Pangeran Sidawini.
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ Kepustakaan - * Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
Andjar Any. 1979. Rahasia Ramalan Jayabaya, * Ranggawarsita & Sabdopalon. Semarang: Aneka Ilmu
- Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
- H.J. de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
- Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
- Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
perkawinan: ♂ Kanjeng Sultan Hadiwijaya / Sultan Hadiwijoyo (Mas Karebet)
perkawinan: ♂ Kanjeng Sultan Hadiwijaya / Sultan Hadiwijoyo (Mas Karebet)
perkawinan: ♂ Kyai Ageng Lang / Pangeran Langgar
perkawinan: ♂ Kyai Ageng Lang / Pangeran Langgar
perkawinan: ♂ Pangeran Kalinyamat / Sultan Hadirin (Pangeran Tanduran / Tji BinTang)
gelar: 10 April 1527 - 1536, Jepara, Kanjeng Ratu Kalinyamat
wafat: 1579, Jepara, Dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di desa Mantingan.
pekerjaan: 18 Juli 1568 - 1586, Bupati Madiun Ke 1, Hari jadi Kabupaten Madiun
perkawinan: ♀ 3.4.1.1.2. Ratu Mas Cempaka
perkawinan: ♀ Ratu Mas Kodok Ijo
gelar: 1549 - 1582, Pajang, Sultan Pajang
wafat: 1582, Pajang
perkawinan: ♀ Ratu Tulungayu
perkawinan:
gelar: 1601 - 1613, Kota Gede, Mataram, Sultan Mataram Ke 2 bergelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram
wafat: 1613
gelar: 1613, "Anumerta Panembahan Seda ing Krapyak"
wafat: 1688, Magelang
perkawinan: ♂ 1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang)
wafat: 1653, Putri Panembahan Ratu (Sultan Cirebon Ke 4 setelah Sunan Gunung Jati)
wafat: 21 Februari 1659, Kotagede Yogyakarta, Dimakamkan di Makam Banyusumurup, Imogiri
perkawinan: ♀ 6. Kanjeng Ratu Mas Sekar
gelar: 1624 - 1648, Pangeran Cakraningrat I