14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati II) b. 1448 d. 1568
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Sunan Gunung Djati II |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | 14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah |
Nama belakang lainnya | Sunan Gunung Djati II |
Nama lainnya | Al Quthb Az-Zaman wal Ghauts |
Orang Tua
♀ 5. Nyai Rara Santang / Hajjah Syarifah Mudaim [Pajajaran] b. 1426 ♂ 14.1. Sultan Syarif Abdullah Mahmud Umdatuddin (Syaikh Israel Ya'kub) [Azmatkhan] b. 1425c d. 1478 |
Momen penting
1448 lahir:
kelahiran anak: ♂ 4.1.1.7. Pangeran Trusmi [Gunung Jati]
kelahiran anak: ♀ 4.1.1.8. Ratu Martasari [Gunung Jati]
kelahiran anak: ♀ 4.1.1.9. Dewi Sarokah [Azmatkhan]
kelahiran anak: ♂ 4.1.1.10. Pangeran Kuningan / Adipati Awangga [Kuningan]
perkawinan: ♀ 3. Fatimah / Syarifah Baghdad (Nyai Mas Syarifah Panata Pasambangan) [Azmatkhan]
perkawinan: ♀ Nyai Ageng Tepasari / Nyai Ageng Tepanjani [Singasari]
perkawinan: ♀ Nyai Ratu Kawunganten [Pajajaran]
1471 perkawinan: Babadan, ♀ Nyai Babadan [?] d. 1477
1475 perkawinan: ♀ Nyai Ratu Kawunganten [Pajajaran]
1477 kelahiran anak: ♀ 4.1.1.6. Ratu Winahon / Ratu Winangun [Gunung Jati] b. 1477
1478 kelahiran anak: Cirebon, ♂ 14.1.1.1. Panembahan Maulana Hasanuddin [Kesultanan Banten] b. 1478 d. 1570
1479 - 1568 gelar: Sultan Cirebon II (1479-1568)
1481 perkawinan: ♀ Nio Ong Tin / Ratu Rara Sumanding (Ratu Ontin Nio) [Nio] d. 1488
1486 kelahiran anak: ♂ 4.1.1.5. Pangeran Jaya Kelana [Gunung Jati] b. 1486
1490 kelahiran anak: ♂ 4.1.1.6. Pangeran Bratakelana / Pangeran Gung Anom (Pangeran Sedang Lautan) [Gunung Jati] b. 1490
1493 kelahiran anak: ♀ 4.1.1.2. Ratu Wulung Ayu / Nyai Ratu Ayu [Gunung Jati] b. 1493
1495 kelahiran anak: ♂ 4.1.1.3. Pangeran Mochammad Arifin (Pangeran Pasarean) [Sunan Gunung Djati II] b. 1495
1525 kelahiran anak: ♀ 4.1.1.9. Ratu Wanawati Raras [Cirebon] b. 1525
1568 wafat: Gunung Jati, Cirebon
Catatan-catatan
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Pangeran Walangsungsang yang selanjutnya bergelar Sri Manggana raja pertama daerah Cirebon Larang, memiliki adik bernama Rara Santang. Ketika Walangsungsang menunaikan ibadah Haji, Rara Santang juga ikut serta untuk berhaji. Diceritakan ketika sampai di pelabuhan Jedah, Samadullah alias Walangsungsang dan Rara Santang bertemu dengan Syarif Abdullah, penguasa (walikota) di negeri Mesir. Syarif Abdullah adalah keturunan Bani Hasyim yang pernah berkuasa di tanah Palestina. Di kota Mekah, Rara Santang dipersunting oleh Syarif Abdullah yang selanjutnya setelah menunaikan ibadah Haji, Rara Santang diboyong ke negeri Mesir. Dari perkawinan Syarif Abdullah dan Rara Santang (Hajjah Syarifah Muda’im) di karuniai seorang putera bernama Syarif Hidayatullah, lahir tahun 1448 M.
Pada masa remajanya Syarif Hidayatullah berguru kepada Syekh Tajudin al-Kubri dan Syekh Ataullahi Sadzili di Mesir, kemudian ia ke Baghdad untuk belajar Tasawuf. Pada usia 20 tahun, Syarif Hidayatullah pergi ke Mekah untuk menuntut Ilmu.
Ketika Rara Santang (Hajjah Syarifah Muda’im) kembali ke Cirebon 1475 M, ia disertai suaminya dan puteranya Syarif Hidayatullah tinggal dan menetap di Cirebon Larang yang telah diperintah oleh pamannya Pangeran Cakrabuana alias Haji Abdullah Iman.
Sebelum menjadi Susuhunan Jati, Syarif Hidayatullah melakukan kegiatan Dakwah di Banten Pesisir yang saat itu dirajai oleh Sang Surasowan. Menurut cerita lain sebelum ke Banten Pesisir, Syarif Hidayatullah pergi ke Demak menemui Sunan Ampel untuk bersilaturahmi, dimungkinkan perginya Syarif Hidayatullah ke Banten Pesisir atas perintah dari Sunan Ampel. Untuk kepentingan dakwahnya, Syarif Hidayatullah menikahi Nyi Ratu Kawunganten putri Sang Surasowan penguasa Banten Pesisir. Ia diakuniai dua orang putra-putri yaitu Hasanuddin yang selanjutnya menjadi pelanjut dakwah ayahnya di Banten dan Ratu Winahon alias Ratu Ayu yang dinikahkan kepada Fachrullah Khan alias Fadhillah Khan alias Faletehan seorang Panglima perang tentara Demak.
Empat tahun kemudian atau 1479 M (setahun setelah berdirinya Negara Islam Demak) Pangeran Cakrabuana mengalihkan kekuasaanya kepada Syarif Hidayatullah (saat usia 31 th), sebelumnya menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya Ratu Pakungwati.
Atas dukungan para wali, Syarif Hidayatullah memutuskan Cirebon menjadi Negara Islam yang merdeka terlepas dari pemerintahan pusat Pakuan Padjadjaran.
Upacara penobatan Syarif Hidayatullah yang bergelar Susuhunan Jati, di hadiri oleh Dewan Wali dan Pasukan Demak yang dipimpin langsung oleh Raden Fatah. Ketika Raden Fatah pulang ke Demak, sebagian pasukannya ditinggalkan untuk menjadi pengawal dan melindungi Susuhunan Jati.
Posisi Syarif Hidayatullah yang selanjutnya dikenal dengan Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai Susuhunan Jati Negara Islam Cirebon, tetapi dalam Dewan Wali menempati posisi yang sentral. Beliau memangku jabatan Khatib Agung Masjid Demak. Pada masa pemerintahan Demak beralih kepada Pangeran Treggono (setelah Raden Fatah wafat digantikan Pati Unus lalu Pangeran Trenggono), Sunan Bonang memerintahkan Sultan Demak baru untuk mengunjungi Sunan Gunung Jati, pada kesempatan itu Sunan menganugrahkan gelar kepada Pangeran Trenggono sebagai Sultan Ahmad Abdul-Arifin. Pemberian gelar tersebut mengandung arti legitimasi bagi Pangeran Trenggono untuk memimpin Negara Islam Demak. Perintah Sunan Bonang kepada Pangeran Trenggono untuk menemui Sunan Gunung Jati memberikan petunjuk pada posisi Sunan Gunung Jati saat itu sebagai ketua Dewan Wali setelah Sunan Ampel dan Sunan Giri wafat.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Nasab lengkapnya sebagai berikut: 23) SUNAN GUNUNG JATI bin 22) Syarif Abdullah Umdatuddin bin 21) Ali Nurul Alam bin 20)Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin 19) Sayyid Ahmad Jalaluddin bin 18) Sayyid Abdullah bin 17) Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin 16) Sayyid Alwi Ammil Faqih bin 15) Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin 14) Sayyid Ali Khali’ Qasam bin 13) Sayyid Alwi bin 12) Sayyid Muhammad bin 11) Sayyid Alwi bin 10) Sayyid Ubaidillah bin 9) Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin 8) Sayyid Isa bin 7) Sayyid Muhammad bin 6) Sayyid Ali Al-Uraidhi bin 5) Imam Ja’far Shadiq bin 4) Imam Muhammad Al-Baqir bin 3) Imam Ali Zainal Abidin bin 2) Imam Al-Husain bin 1) Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti 0) NABI MUHAMMAD RASULULLAH
Władcy Cirebonu
Dynastia muzułmańska
* Nieznani władcy (1478-1527) * Sunan Gunung Dżati (władca Cirebonu w zachodniej części Jawy Zachodniejok. 1527-1570; władca Bantamu ok. 1527-1552) * Ratu (ok. 1570-1649; król (panembahan) od 1639) [prawnuk] * Zależność od Mataramu 1582-1679 * Giri Laja (1649-1662) [wnuk] * Rozpad państwa na cztery pałace (kraton) 1662-1819
Kraton Kasepuhan
* Sepuh I Szams ad-Din (sułtan 1662-1697) [syn] * Sepuh II Dżamal ad-Din (1697-1723) [syn] * Protektorat holenderski 1705/1758-1819 * Sepuh III Salam ad-Din (1723-1734) [syn] * Sepuh IV Tadż al-Arifin Muhammad Zajn ad-Din (1734-1753) [syn] * Sepuh V Muhammad Szams ad-Din (1753-1773) * Sepuh VI (1773-1787) [syn] * Sepuh VII (regent 1781-1787; władca 1787-1791) [brat] * Sepuh VIII (1791-1819; regencja 17791-1792; usunięty, zmarł 1845) [syn] * Holenderskie Indie Wschodnie podbijają Kraton Kasepuhan 1819
Kraton Kanoman
* Anom I Abu-Manasiri Badr ad-Din (sułtan 1662-1703) [syn Giri Laji] * Hallar ad-Din (1703-1706) [syn] * Protektorat holenderski 1705/1758-1819 * Radża Kusama (1706-1719) * Anom II Abu-Manasiri Muhammad Alim ad-Din (1719-1732) [syn] * Temenggong (Minister) (1732-1744) * Anom III Abu’l-Chajr Muhammmad Chajr ad-Din (1744-1797) [syn Anoma II] * Anom IV Iman ad-Din (1797-1819; usunięty, zmarł 1853) [syn nieślubny] * Holenderskie Indie Wschodnie podbijają Kraton Kanoman 1819 * Anom Muhammad Nurus (?-198?) * Hadżi Muhammad Dżalaluddin (?-2002) * Muhammad Saladin (2003) * Radża Muhammad Emiruddin (2003-dziś)
Kraton Kaprabonan
* Cirebon I Abd al-Kamil Muhammad Nasr ad-Din (władca (panembahan) 1694-1714) [syn Radży Kusamy] * Protektorat holenderski 1705/1758-1819 * Temenggong (Minister) (1714-1725) * Cirebon II Abd al-Pahur Muhji ad-Din (1725-1731) [syn Cirebona I] * Temenggong (Minister) Secadipura (1731-1752) * Cirebon III Muhammad Tajr Jaridin Sabririn (1752-1773) [syn Cirebona II]
Kraton Kacirebonan
* Kamar ad-Din (władca (pangeran) 1697-1723) * Protektorat holenderski 1705/1758-1819 * Cirebon I Muhammad Akbar ad-Din (sułtan 1723-1734) [syn] * Cirebon II Abu Muharram Muhammad Salih ad-Din (1734-1758) [brat] * Cirebon III Muhammad Harr ad-Din (1758-1768) [syn] * Interregnum 1768-1808 * Cirebon IV (1808-1810) [brat] * Interregnum 1810-1819 * Holenderskie Indie Wschodnie podbijają Kraton Kacirebonan 1819
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ - Ilustrasi Gambar dibuat oleh : Tubagus Dika Syah Bachri bin Tubagus H. A. Halim Bin Tubagus H. S. Bachri 1. Tubagus Dika Aliffasyah, S.i.Kom (Bachri, b. 24 Agustus) pada tanggal 27 Desember 2021. Gambar ini dilukis secara digital, merujuk kepada data SGJ yang ada sebelumnya, kemudian di-mix, Kanjeng Nabi Muhammad SAWW dan tentunya mengharap ridhonya Gusti Alloh SWT. Keterangan : Maka Orang:1197198 mencoba membuatnya setelah sebelumnya mendapat bisyaroh, kemudian memohon izin secara batin kepada beliau, serta merangkup riwayat tutur para alim ulama yang konon pernah jua bertemu secara spiritual dan para keturunannya. Tambahan : Bagi yang menyadur gambar harap cantumkan pula nama Tb. Dika Syah Bachri sebagai pemilik gambar ini atau minta izin, terlebih dahulu. Dan TIDAK DI IZINKAN DIPERJUAL BELIKAN. Karena Gambar ini dilindungi UU Hak Cipta. Disamping itu pula perbuatan tak beradab, karena Gambar ini dilindungi UU Hak Cipta. Dan hanya untuk dokumentasi keluarga besar DPMY Kesultanan Banten.
- ↑ http://www.royalark.net/Malaysia/kelant2.htm -
- ↑ https://cirebonme.blogspot.com/2008/10/cerita-purwaka-caruban-nagari.html -
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
gelar: 1475 - 1482, Raja Sunda Ke 33
wafat: 1482
perkawinan:
CONF: Datang Ke Jawa tahun 1404
imigrasi: WISATA ZIARAH KE SYEKH MAULANA MAGHRIBI PARANGTRITIS
perkawinan:
perkawinan: ♀ 4.3.1.2. Dewi Rasa Wulan-Cloning1
wafat: 1419, Desa Gapurosukolilo-Kota Gresik-Jawa Timur
gelar: 1453, Menjadi Syekh Mufti Kesultanan Gowa, bertepatan dengan wafatnya Sayyid Husain Jamaluddin Jumadil Kubra
wafat: 1591, Wajo, Sulawesi Selatan
perkawinan: ♀ Nyi Mas Endang Geulis / Nyi Mas Endang Ayu
perkawinan: ♀ Nyai Retna Rasajati
perkawinan: ♀ Nyai Retna Riris / Nyai Kencana Larang
gelar: < 1479, Sultan Cirebon I
perkawinan: ♀ Dewi Kinawati ? (Dewi Kania)
gelar: 1521 - 1535, Pajajaran, Bogor, Raja Pajajaran Ke 2
wafat: 1535
penguburan: Desa Sindangwasa kecamatan Palasah Jatiwangi KM 51/54 Majalengka
pekerjaan: ~ 1444, Cicurug, Sukabumi, Raja Keprabuan Pakuan Raharja
gelar: c, Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang.
perkawinan: ♀ Putri Lembu Suro
pekerjaan: 1401 - 1419, Tuban, Adipati Tuban VII
wafat: 1477, ISTERI KE 2 (berputra 2)
perkawinan: ♂ 14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati II)
gelar: Nyi Mas Penatagama Pesambangan
perkawinan: ♂ 14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati II)
perkawinan: ♂ 14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati II)
perkawinan: ♂ 14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati II)
gelar: 1568 - 1570, Cirebon, Sultan Cirebon III
wafat: 1570, Cirebon
perkawinan: ♀ 3.4.1.2. Ratu Pambayun / Nyai Pembaya
perkawinan: ♀ 4.1.1.2. Ratu Wulung Ayu / Nyai Ratu Ayu
perkawinan: ♀ 11.1.9. Raden Siti Syafiah / Siti Hafsah
perkawinan: ♀ 4.1.1.9. Dewi Sarokah
perkawinan: ♀ Nyai Zaenab Binti Syekh Siti Jenar
perkawinan: ♀ 11.2.2. Dewi Sarah
gelar: 1530 - 1578, Sumedang Larang, Prabu Sumedang Larang Ke 8