Susuhunan Prabu Amangkurat III (Raden Mas Sutikna) (Mangkurat Mas) d. 1734
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Amangkurat II |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | Susuhunan Prabu Amangkurat III (Raden Mas Sutikna) |
Nama belakang lainnya | Mangkurat Mas |
Nama lainnya | Sayyid R.Mas Sutikna Adzmatkhan |
Orang Tua
♂ 1. Kangjeng Susuhunan Prabu Mangkurat II / Mangkurat Admiral (Amral) (R. Mas Rahmat / R. Mas Kuning / P. Mas / G. P. H. Puger) [Amangkurat I (Mataram)] d. 1703 | |
Halaman-wiki | [[1]] |
Momen penting
kelahiran anak: ♂ R. Mas Purbokoro [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♂ R. Mas Rangin [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♂ R. Mas Rahmat [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♂ R. Mas Kertonegoro [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♂ R. Mas Usman [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♀ R. Ayu Asikah [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♀ R. Ngt. Sarah [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♀ R. Ayu (Kembar) [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♀ Raden Ayu Buminoto [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♂ Gusti Pangeran Haryo Sumedang [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♂ Gusti Pangeran Haryo Teposono (Gusti Pangeran Mangkudiningrat) [Amangkurat III] d. 10 Juli 1741
kelahiran anak: ♂ Gusti Pangeran Haryo Wiromenggolo / Pangeran Mangkunegoro [Amangkurat III]
kelahiran anak: ♀ Raden Ajeng Banuwati ? (Raden Ayu Puspodirojo) [Amangkurat III]
perkawinan: ♀ R.Ayu Honje [Honje] , ♀ R. Ayu Masrani [Masrani] , ♀ R.Ayu Alit [Alit]
9 Juli 1698 perkawinan: ♀ Raden Ayu Lembah [Pakubuwono] d. 1700
1701 perkawinan: ♀ Raden Ayu Himpun [Pakubuwono]
1703 - 1705 gelar: Kartasura, SULTAN MATARAM KE 6, Sunan Kartasura II Diputus : 52846
1723 kelahiran anak: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo [Amangkurat III] b. 1723
1734 wafat: Ceylon
Catatan-catatan
'Amangkurat III'
Sri Susuhunan Amangkurat Mas, atau juga sering ditulis sebagai Amangkurat III atau Sunan Mas (tanggal lahir tidak diketahui, wafat di Sri Lanka tahun 1734), adalah raja Kasunanan Kartasura yang memerintah antara tahun 1703– 1705.
Asal-Usul
Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna. Menurut Babad Tanah Jawi, ia adalah putra Amangkurat II satu-satunya karena ibunya telah mengguna-guna istri ayahnya yang lain sehingga mandul. Mas Sutikna juga dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
Dikisahkan pula bahwa Mas Sutikna berwatak buruk, mudah marah dan cemburu bila ada pria lain yang lebih tampan. Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa menghukum mati Ayu Lembah, putrinya sendiri. Mas Sutikna kemudian menikahi Ayu Himpun adik Ayu Lembah.
Perselisihan dengan Pangeran Puger
Amangkurat III naik takhta di Kartasura menggantikan Amangkurat II yang meninggal tahun 1702. Konon, menurut Babad Tanah Jawi, sebenarnya wahyu keprabon jatuh kepada Pangeran Puger.
Dukungan terhadap Pangeran Puger pun mengalir dari para pejabat yang tidak menyukai pemerintahan raja baru tersebut. Hal ini membuat Amangkurat III resah. Ia menceraikan Raden Ayu Himpun dan mengangkat permaisuri baru, seorang gadis dari desa Onje.
Tekanan terhadap keluarganya membuat Raden Suryokusumo (putra Pangeran Puger) memberontak. Amangkurat III yang ketakutan segera mengurung Pangeran Puger sekeluarga. Mereka kemudian dibebaskan kembali atas bujukan Patih Sumabrata.
Dukungan terhadap Pangeran Puger untuk merebut takhta kembali mengalir. Akhirnya, pada tahun 1704, Amangkurat III mengirim utusan untuk membunuh Pangeran Puger sekeluarga, namun sasarannya itu lebih dulu melarikan diri ke Semarang.
Meninggalkan Kartasura
Pangeran Puger di Semarang mendapat dukungan VOC, tentu saja dengan syarat-syarat yang menguntungkan Belanda. Ia pun mengangkat dirinya sebagai raja bergelar Pakubuwana I. Gabungan pasukannya bergerak tahun 1705 untuk merebut Kartasura. Amangkurat III membangun pertahanan di Ungaran dipimpin Pangeran Arya Mataram, pamannya, yang diam-diam ternyata mendukung Pakubuwana I.
Arya Mataram berhasil membujuk Amangkurat III supaya meninggalkan Kartasura. Ia sendiri kemudian bergabung dengan Pakubuwana I, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.
Pemerintahan Amangkurat III yang singkat ini merupakan kutukan Amangkurat I terhadap Amangkurat II yang telah meracuni minumannya ketika melarikan diri saat Kesultanan Mataram runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677 silam.
Konon, Amangkurat II dikutuk bahwa keturunannya tidak ada yang menjadi raja, kecuali satu orang (Amangkurat III) dan itu pun hanya sebentar. Kisah pengutukan ini terdapat dalam Babad Tanah Jawi yang ditulis pada masa pemerintahan raja keturunan Pakubuwana I sehingga kebenarannya sulit dibuktikan.
Perang Suksesi Jawa Pertama
Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke Ponorogo sambil membawa semua pusaka keraton. Di kota itu ia menyiksa Adipati Martowongso hanya karena salah paham. Melihat bupatinya disakiti, rakyat Ponorogo memberontak. Amangkurat III pun lari ke Madiun. Dari sana ia kemudian pindah ke Kediri.
Untung Suropati bupati Pasuruan yang anti VOC segera mengirim bantuan untuk melindungi Amangkurat III. Gabungan pasukan Kartasura, VOC, Madura, dan Surabaya bergerak menyerbu Pasuruan tahun 1706. Dalam pertempuran di Bangil, Untung Suropati tewas. Putra-putranya kemudian bergabung dengan Amangkurat III di Malang.
Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami penderitaan karena diburu pasukan Pakubuwana I. Dari Malang ia pindah ke Blitar, kemudian ke Kediri, akhirnya memutuskan menyerah di Surabaya tahun 1708.
Pembuangan ke Sri Lanka
Pangeran Blitar, putra Pakubuwana I, datang ke Surabaya meminta Amangkurat III supaya menyerahkan pusaka-pusaka keraton, namun ditolak. Amangkurat III hanya sudi menyerahkannya langsung kepada Pakubuwana I.
VOC kemudian memindahkan Amangkurat III ke tahanan Batavia. Dari sana ia diangkut untuk diasingkan ke Sri Lanka. Amangkurat III akhirnya meninggal di negeri itu pada tahun 1734.
Konon, harta pusaka warisan Kesultanan Mataram ikut terbawa ke Sri Lanka. Namun demikian, Pakubuwana I berusaha tabah dengan mengumumkan bahwa pusaka Pulau Jawa yang sejati adalah Masjid Agung Demak dan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.
Catatan
Para sejarawan menyebut adanya tiga perang besar memperebutkan takhta di antara keturunan Sultan Agung, yang disebut dengan nama Perang Suksesi Jawa atau Perang Takhta, yaitu:
Perang Suksesi Jawa I (1704–1708), antara Amangkurat III melawan Pakubuwana I. Perang Suksesi Jawa II (1719–1723), antara Amangkurat IV melawan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. Perang Suksesi Jawa III (1747–1757), antara Pakubuwana II yang dilanjutkan oleh Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.
Kepustakaan
Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka* Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ - Kepustakaan - Abdul Muis. 1999. Surapati. cet. 11. Jakarta: Balai Pustaka* Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi - M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press - Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius - Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
- ↑ http://www.royalark.net/Indonesia/solo3.htm -
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

perkawinan: ♀ Raden Ajeng Sendhi
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Tejawati
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Retnowati
perkawinan: ♀ Mas Ayu Tjondrowati
gelar: 6 Juli 1704 - 1719, Kartasura, Sultan Mataram VI MATARAM KE 6, Sunan Kartasura III bergelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ingalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatulah Tanah Jawa
wafat: 1719
perceraian: ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa
perkawinan: ♂ 14. Gusti Pangeran Hario Buminoto / Raden Mas Saidun (Raden Mas Karaton)
perkawinan: ♂ Gusti Pangeran Haryo Teposono (Gusti Pangeran Mangkudiningrat) , Kertasura
perkawinan: ♀ Raden Ayu Tembelek
wafat: 30 November 1736
perkawinan: ♀ Raden Ayu Buminoto , Kertasura

perkawinan: ♀ Raden Ayu Srie Berie Budjang
perkawinan: ♀ Kanjeng Ratu Kencana / Ratu Mas (Raden Ayu Sukiya/Subiya)
perkawinan: ♀ Ratu Mas Wirasmoro , Kertasura
gelar: 15 Agustus 1726 - 1742, Kartasura, Raja Kasunanan Kartasura
perkawinan: ♀ Raden Ayu Tembelek
perceraian: ♀ Raden Ayu Tembelek
perkawinan: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo
perceraian: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo
gelar: 1745 - 11 Desember 1749, Surakarta, Raja Susuhunan Surakarta Ke-I
wafat: 20 Desember 1749, Surakarta