Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara II (Th:1796-1835) d. 26 Januari 1835 - Keturunan (Inventaris)

Dari Rodovid ID

Orang:26100
Langsung ke: panduan arah, cari
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara II (Th:1796-1835) [Mangkunegara II]
perkawinan: <1> Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkunegoro II [Mangkunegara]
gelar: 25 Januari 1796, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro II
gelar: 30 Januari 1832, Medali Militaire Willems Orde (Kelas Tiga)
gelar: 1833?, Medali Orde van de Nederlandsche Leeuw
wafat: 26 Januari 1835, Astana Mangadeg
Mangkunegara II adalah raja di Mangkunegaran yang melanjutkan tahta pendahulunya Pangeran Sambernyawa.Pemerintahannya berlangsung selama lebih kurang 40 tahun (1796-1835).Mangkunegara II merupakan keturunan langsung dari Mangkunegara I sebab ayahnya Pangeran Hario Prabuwijaya adalah putra Mangkunegara I.

Asal Usul Mangkunegara II Mangkunegara II berasal dari keluarga Prabuwijaya yang lahir dari Ratu Alit.Dalam diri Mangkunegara II mengalir darah Paku Buwono III dan Mangkunegara I. Tampil sebagai raja Mangkunegaran menggantikan kakeknya yang wafat tahun 1795.Tampilnya Mangkunegara II menggantikan Mangkunegara I merupakan catatan yang menarik berhubung suksesi di Istana Pangeran Sambernyawa berbeda dengan dua Kerajaan lainnya. Perbedaan ini segera tampak dalam sistem pergantian dan masa pemerintahannya.

Mangkunegara II berasal dari Dinasti pejuang yang kental sekali dengan warna kemiliteran sehingga dalam hal suksesi pergantian pimpinan Istana, selain telah dipersiapkan seorang calon juga mewarisi tradisi cita cita dari pendahulunya untuk diwujudkan dalam masa masa pemerintahan penerusnya. Tradisi dan adat Jawa yang tidak membedakan laki laki dan wanita dalam mengurus negara terbukti dengan keberadaan pasukan tempur wanita sejak perjuangan pendahulunya Pangeran Sambernyawa.Dalam masa pemerintahannya pula calon penerus sudah tampak dipersiapkan dan jalur wanita bukan persoalan yang menghambat.

Pemerintahan Mangkunegara II

Mangkunegara II adalah sebutan untuk Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara II Raja di Praja Mangkunegaran. Dalam penulisan sejarah sering hanya disebut dengan nama Mangkunegara II tetapi secara jelas tetap menunjukan sebagai yang dimaksud Raja Mangkunegaran.Semasa mudanya bernama RM.Sulomo kemudian dewasa bergelar Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Surya Mangkubumi. Mangkunegara II lahir dari pasangan Ratu Alit dan Pangeran Hario Prabuwijaya.Dari pihak ibu adalah cucu dari Paku buwono III sedang dari pihak ayahnya adalah cucu dari Mangkunegara I yang terkenal dengan gelar Pangeran Sambernyawa. Ratu Alit adalah putri Paku buwono III sedang Pangeran Hario Prabuwijaya adalah putra Mangkunegara I. Pemerintahan Mangkunegara II berlangsung dari tahun 1796 sampai 1835.

2

21/2 <1> Pangeran Hadipati Suryomijoyo I [Mangkunegara II] 32/2 <1+1> Raden Kanjeng Ayu Suyati / Raden Ayu Notokusumo [Mangkunegara II] 43/2 <1> Raden Ajeng Sekeli [Mangkunegara II] 54/2 <1> Pangeran Suryohadiwinoto [Mangkunegara II]

3

61/3 <3+2> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara III (Th:1835-1853) [Mangkunegara III]
lahir: 16 Januari 1803
perkawinan: <4> Raden Ayu Sekarkedhaton [Pakubuwono V]
gelar: 16 Januari 1843, Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro III
wafat: 27 Januari 1853, Astana Mangadeg
72/3 <4+3> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara IV (Th:1853-1881) [Mangkunegara IV]
83/3 <5> Bendoro Raden Ayu Atmosuharto [Mangkunegara II] 94/3 <3+2> Raden Ayu Sariadi [Amangkurat IV]

4

151/4 <7> Pangeran Harya Gandahatmaja [Mangkunegara IV]
penguburan: Astana Girilayu, Karanganyar
232/4 <7> Kanjeng Pangeran Haryo Gondosewoyo [Mangkunegara IV]
lahir: 16 September 1838
243/4 <7> Kanjeng Pangeran Haryo Gondosuputro [Mangkunegara IV]
lahir: 2 September 1881, Surakarta
penguburan: Astana Girilayu, Karanganyar
KPH. Gondosuputra mengabdikan hampir seluruh kariernya di Legiun Mangkunegaran. Pada waktu dia masih berpangkat Kapten, di Kalimantan terjadi kerusuhan. Pemerintah Belanda meminta bantuan Legiun Mangkunegaran untuk memadamkan kerusuhan tersebut. Pada tahun 1860, Kapten GPH. Gondosuputra diperintahkan untuk memimpin pasukan ekspedisi yang akan berangkat ke Kalimantan. Namun sebelum pasukan sempat diberangkatkan, kerusuhan sudah berhasil dipadamkan. Masih sebagai Kapten Legiun Mangkunegaran, ia mengikuti Mangkunegara IV ke Batavia untuk melakukan perundingan dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang pada waktu itu di jabat oleh Ludolph Anne Jan Wilt, baron Sloet van de Beele.

Dalam lawatan yang dilakukan pada tahun 1862 tersebut, Mangkunegara IV disertai oleh KPH. Suryodiningrat (Putera MN.III), adik iparnya KPH. Gondosuputra. Dalam perjalanannya, Mngkunegara IV beserta rombongan dijamu makan malam oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di istana Bogor. Pada waktu itu Mangkunegara IV tertarik keindahan lampu lilin di istana Bogor, bertanya pada Gubernur Jenderal, apakah bisa membeli lampu-lampu tersebut untuk dipasang di istana Mangkunegaran. Gubernur Jenderal menjawab bahwa, kebetulan menurut rencana lampu-lampu lilin tersebut akan diganti dengan lampu gas. Mangkunegara IV menyanggupi untuk membayar 100.000 Gulden, sesuai dengan harga yang diminta oleh pemerintah Hindia Belanda.

Dalam lawatan yang dilakukan pada tahun 1862 tersebut, Mangkunegara IV disertai oleh KPH. Suryodiningrat (Putera MN.III), adik iparnya KPH. Gondosuputra. Dalam perjalanannya, Mngkunegara IV beserta rombongan dijamu makan malam oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di istana Bogor. Pada waktu itu Mangkunegara IV tertarik keindahan lampu lilin di istana Bogor, bertanya pada Gubernur Jenderal, apakah bisa membeli lampu-lampu tersebut untuk dipasang di istana Mangkunegaran. Gubernur Jenderal menjawab bahwa, kebetulan menurut rencana lampu-lampu lilin tersebut akan diganti dengan lampu gas. Mangkunegara IV menyanggupi untuk membayar 100.000 Gulden, sesuai dengan harga yang diminta oleh pemerintah Hindia Belanda.

Gubernur Jenderal menyatakan keheranannya tentang kesanggupan Mangkunegara IV membeli lampu-lampu tersebut. Selain dapat membayar harganya yang tinggi, juga dia tidak dapat membayangkan betapa besarnya istana Mangkunegaran, karena bisa muat lampu yang begitu banyak. Ia menyatakan keinginannya untuk dapat berkunjung ke istana Mangkunegaran. Keinginan Gubernur Jenderal terlaksana pada tahun 1863, pada waktu dia diundang oleh Mangkunegaran IV dalam acara peletakan batu pertama pembangunan stasiun kereta api Solo Balapan.

Pada tahun 1863, KPH. Gondosuputro dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor dan dua tahun kemudian ia diangkat dalam jabatan “yang menjalanakan tugas sebagai Komandan Legiun Mangkunegaran”. Seperti yang diketahui, komandan Legiun adalah Mangkunegara IV sendiri, dengan pangkat Kolonel. Semenjak KPH. Gondosaputra mengabdi pada Legiun Mangkunegaran, berbagai usaha untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme Legiun senantiasa dilakukan. Pada masa jabatan sebagai pejabat pelaksana komandan, ia melakukan penterjemahan buku-buku militer dari bahasa Belanda ke bahasa Melayu. Hal ini dimaksudkan agar para prajurit dapat menyerap taktik-taktik dan disiplin kemiliteran dengan baik. Sedangkan untuk latihan fisik para prajuritnya. Legiun Mangkunegaran mendapat bantuan pelatih tentara Belanda yang berada di Solo.

Semasa ia memangku jabatan tersebut, di Aceh terjadi perang antara rakyat Aceh melawan pemerintah Hindia Belanda. Lagi-lagi pemerintah Hindia Belanda meminta bantuan ke Mangkunegaran, agar mengirim pasukannya ke Aceh. Atas perintah Mangkunegara IV sebagai komandan Legiun, maka Mayor KPH. Gondosuputra menyiapkan pasukan yang terdiri dari dua kompi dengan jumlah personil 180 orang. Sebelum berangkat ke medan pertempuran, pasukan ini dilatih secara intensif di tangsi Tanah Putih daerah Semarang dan dibawah pengawasan langsung pelaksana harian Komandan Legiun, Mayor KPH. Gondosuputro. Dari hasil latihan tersebut, ia memutuskan bahwa hanya 150 personil yang memenuhi persyaratan untuk diberangkatkan.

Dengan dipimpin oleh adiknya, Kapten KPH. Gondosisworo, pasukan tersebut berangkat ke Aceh dengan kapal dari pelabuhan Semarang pada tanggal 21 November 1873. Selain Legiun Mangkunegaran, pada waktu bersamaan juga diberangkatkan pasukan dari Pakualaman Yogyakarta dan pasukan dari Madura. Pada perang di Aceh ini, Legiun Mangkunegaran dapat membalikkan keunggulan pasukan Belanda atas Pasukan Kesultanan Aceh. Atas jasa jasa Legiun Mangkunegaran yang dipimpinnya selama Perang Aceh, Raja Belanda menganugerahkan Ridder Kruis (Salib Penunggang) atau Salib Bangsawan Militaire Willems Orde (MWO) Kelas IV. Pada tahun 1873, Mayor KPH. Gondosaputra dinaikkan pangkatnya sebagai Letnan Kolonel dengan jabatan tetap sebagai pejabat pelaksana harian komandan Legiun Mangkunegaran.

Mutu profesionalisme Legiun Mangkunegaran pada masa tersebut dikagumi diseluruh tanah jajahan Belanda. Kepangkatan para perwiranya disejajajrkan dengan Leger atau tentara Kerajaan Belanda, hingga seragamnyapun disamakan. Perbedaannya hanya terletak pada sulaman dileher yang berinisial MN. Modernisasi dilakukan di semua bidang, mulai dari persenjataan sampai dengan pembangunan markas Artileri-Kavalari pada tahun 1874. Gedung markas tersebut hingga saat ini masih kokoh berdiri diujung timur Pamedan Mangkunegaran.

Konsentrasi Legiun Mangkunegaran pada waktu itu terutama di dua tempat, yaitu di kota Surakarta dan daerah Matesih, Karang Pandan. Tugas anggota Legiun di daerah Matesih, Karang Pandan antara lain, melaksanakan penjagaan di pesanggrahan dan makam Mengadeg. Daerah tersebut bagi KPH. Gondosuputra bukan merupakan daerah yang asing. Dia sejak lama mendapat tugas dari ayahnya untuk mengelola pesanggrahan tersebut. Bahkan sebulan sebelum dia wafat, masih sempat berkunjung ke Karang Pandan dengan didampingi para putranya termasuk KPH. Gondosuputra. Pada tahun 1881 ayahnya wafat pada tanggal 2 September jam 07.00 pagi, kemudian pada hari yang sama pada jam 12.00 siang, KPH. Gondosaputra menyusul ayahnya. Keduanya dimakamkan di Girilayu.
114/4 <7+12!> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara VI (Th:1896-1916) [Mangkunegara VI]
gelar: 1896, Prabu Mangkunegara VI [1896-1916]
105/4 <7+12!> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara V (Th:1881-1896) [Mangkunegara V]
126/4 <6> Raden Ayu Dunuk [Mangkunegara III]
137/4 <6+?> 1. Raden Mas Suryahandaka [Mangkunegara III]
148/4 <6+?> 2. Raden Ajeng Kuning [Mangkunegara III]
169/4 <6> RM Suryodarmoyo [Mangkunegara III]
1710/4 <6> B.r.m. Soerjopoetro [Mangkunegara III] 1811/4 <6> B. R. M. Soerjohoedojo [Mangkunegara III] 1912/4 <7> B. R. M. Gondowidjojo [Mangkunegara IV]
2013/4 <6> Kanjeng Pangeran Haryo Suryodiningrat [Mangkunegara III]
2114/4 <7> B. R. A. Praboewidjojo [Mangkunegara IV] 2215/4 <7+12!> B. R. A. Soemarti [Mangkunegara IV] 2516/4 <7> Kanjeng Pangeran Haryo Gondosisworo [Mangkunegara IV]
2617/4 <7> Kanjeng Pangeran Haryo Doyosuputro [Mangkunegara IV]
2718/4 <7> Kanjeng Pangeran Haryo Doyokisworo [Mangkunegara IV]
2819/4 <7> Raden Mas Panji Nitikusumo [Mangkunegara IV]
2920/4 <7> Kanjeng Pangeran Haryo Handoyonoto [Mangkunegara IV]

5

301/5 <10> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara VII [Mangkunegara VII]
lahir: 15 Agustus 1855
perkawinan: <15> Raden Roro Mardewi [Wongsosoetirto]
perkawinan: <16> B. R. A. Setyowati [Setyowati]
perkawinan: <17> Mas Ayu Retnoningrum [Retnoningrum]
perkawinan: <18> Mas Ayu Sitaningrum [Sitaningrum]
perkawinan: <19> Mas Ayu Kamijem [Kamijem]
perkawinan: <20> B. R. A. Tedjowati [Tedjowati]
pekerjaan: 11 Januari 1916 - 1944, Surakarta, Sunan Surakarta bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara VII
perkawinan: <21> Gusti Kanjeng Ratu Timur [Hb.7.65] (Bendoro Raden Ajeng Mursudarya) [Hamengku Buwono VII] , Surakarta
wafat: 19 Juli 1944
KGPAA. Mangkunegara VII (lahir 12 November 1885 - wafat 1944) adalah pemegang tampuk pemerintahan Mangkunegaran dari tahun 1916 - 1944. Ia adalah salah seorang putera dari Mangkunegara V. Ia menggantikan pamannya, Mangkunegara VI, yang mengundurkan diri pada 11 Januari 1916.

Mangkunegara VII adalah seorang penguasa yang dianggap berpandangan modern pada jamannya. Ia berhasil meningkatkan kesejahteraan di wilayah Praja Mangkunegaran melalui usaha perkebunan (onderneming), terutama komoditas gula. Mangkunegara VII juga seorang pencinta seni dan budaya Jawa, dan terutama mendukung berkembangnya musik dan drama tradisional.

Mangkunegara VII terlahir dengan nama Raden Mas Soerjo Soeparto. Ia adalah anak ketujuh atau anak lelaki ketiga dari 28 bersaudara anak-anak dari Mangkunegara V.

Anak putri tertua Mangkunegara VII, yaitu BRAy. Partini, menikah dengan P.A. Husein Djajadiningrat, seorang sejarawan dan ningrat dari Serang, Banten.

Mangkunegara VII, dikenal pada zamannya sebagai bangsawan modern yang berkontribusi banyak terhadap kelangsungan kebudayaan Jawa dan gerakan kebangkitan nasional. Ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Leiden di Belanda selama tiga tahun, sebelum pulang ke Indonesia untuk menggantikan pamannya, Mangkunegara VI yang mengundurkan diri tahun 1916.

Semangat Mangkunegara VII untuk mencari ilmu pengetahuan sudah tampak sejak muda, ketika pamannya Mangkunegara VI melarangnya untuk masuk HBS, ia memilih untuk berkelana dan menjalani hidup di luar keraton; menjadi penerjemah bahasa Belanda-Jawa dan mantri di tingkat kabupaten. Sedangkan kecintaannya terhadap budaya Jawa ditunjukkan melalui peranannya yang aktif dalam mendirikan lembaga studi Cultuur-Wijsgeerige Studiekring (Lingkar Studi Filosofi-Budaya) dan lembaga kebudayaan Jawa Java-Instituut, tidak luput juga karya ilmiahnya tentang simbolisme wayang Over de wajang-koelit (poerwa) in het algemeen en over de daarin voorkomende symbolische en mystieke elementen (1920).

Ia juga turut menjadi tokoh di dalam organisasi pergerakan nasional Boedi Oetomo dan penasihat di organisasi pelajar Jong Java. Pada tahun 1933, ia memprakarsai didirikannya radio pribumi pertama di Indonesia yaitu SRV (Solosche Radio Vereniging) yang memancarkan program-program dalam bahasa Jawa.

Selain itu ia juga seorang perwira KNIL dengan jabatan Kolonel pada masa hidupnya, dengan jabatan ini ia juga merangkap sebagai komandan Legiun Mangkunegaran, sebuah tentara kecil yang terdiri dari prajurit Mangkunegaran.
552/5 <23> Raden Mas Pandji Gondosoenario [Mangkunegara IV]
lahir: 1859?
313/5 <10+10> Bendoro Raden Mas Samekto (K. P. H. Soerjokoesoemo) [Mangkunegara V]
lahir: 9 Oktober 1873, solo, Putra mahkota dari KGPAA Mangkunegara V
perkawinan: <22> B. R. A. Catharina Bertha [Catharina Bertha]
perkawinan: <23> B. R. A. Soerjokoesoemo [Wreksodiningrat]
wafat: 22 September 1934, Klaten
penguburan: 23 September 1934, Astana Girilayu, Karanganyar
534/5 <10+8> B. R. A. Soerarti [Mangkunegara V] 545/5 <10+9> K. P. H. Soerjosoerardjo [Mangkunegara V]
lahir: 6 Oktober 1891
326/5 <16> RM. Soemodarmoyo [Mangkunegara III]
337/5 <17> R.m. Ng. Hardjosoepoetro [Mangkunegara III] 348/5 <18> R.m. Ng. Wirjohoedojo [Mangkunegara III] 359/5 <17> R. M. P. Warsohatmodjo [Mangkunegara III] 3610/5 <19> R. Ay. Siti Atini [?] 3711/5 <16> R. Ay. Harjosebroto (Sudarmi) [Mangkunegara III]
3812/5 <16> R. Ay. Mangunhartono (Sumarni) [Mangkunegara III]
3913/5 <16> R. Aj. Sukarti [Mangkunegara III]
4014/5 <16> R. M. Ng. Wirodarmoyo (Sujono) [Mangkunegara III]
4115/5 <20> Raden Mas Ngabehi Harjokoesoemo [Mangkunegara III] 4216/5 <11> K. P. H. Soejono Handojoningrat [Mangkunegara VI]
4317/5 <10> Bendoro Raden Ajeng Sutantinah (B. R. A. Koesoemodiningrat) [Mangkunegara V] 4418/5 <10> K. P. H. Soerjosoegijanto [Mangkunegara V]
4519/5 <10> K. P. H. Soerjosoewito [Mangkunegara V]
4620/5 <10> K. P. H. Soerjosoebandoro [Mangkunegara V]
4721/5 <10> K. P. H. Soerjosoemasto [Mangkunegara V]
4822/5 <10> K. P. H. Soerjosoemanto [Mangkunegara V]
4923/5 <10+10> K. P. H. Soerjosoemarno [Mangkunegara V]
5024/5 <10> K. P. H. Soerjosoekanto [Mangkunegara V]
5125/5 <10> K. P. H. Soerjosoetanto [Mangkunegara V]
5226/5 <10> K. P. H. Soerjosoebandrijo [Mangkunegara V]
5627/5 <23> Raden Mas Gondosoebario [Mangkunegara IV]
5728/5 <10> B. R. A. Soeparti [Mangkunegara V] 5829/5 <10> Bendoro Raden Mas Soerarso (K. P. H. Soerjosoerarso) [Mangkunegara V]

6

841/6 <31+22> R. A. Hendrarsi Soerjokoesoemo [Mangkunegara V]
lahir: 3 Juli 1894, Surakarta
perkawinan: <28> Raden Mas Iskak Tjondrodipoero (K. R. M. T. Iskak Martonagoro) [Tjondrodipoero] b. 19 Oktober 1883
wafat: 22 September 1964, Surakarta
792/6 <30+15> B. R. A. Partini [Mangkunegara VII]
lahir: 14 Agustus 1902
perkawinan: <29> Hoessein Djajadiningrat [Djajawinata] b. 8 Desember 1886 d. 12 November 1960
wafat: 1998
603/6 <30+21> Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani / Gusti Noeroel [Mangkunegara VII]
lahir: 17 September 1921, Surakarta
perkawinan: <61!> Raden Mas Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
wafat: 10 November 2015, Bandung
Gusti Noeroel terkenal memiliki paras yang cantik. Karena kecantikannya, pada saat itu Gusti Noeroel menjadi primadona di Kota Solo dan didambakan para tokoh negara. Mulai dari mantan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang biasa mengirimkan kado melalui sekretarisnya ke kediaman Gusti Noeroel di Pura Mangkunegaran ketika rapat kabinet digelar di Yogyakarta. Gusti Noeroel juga didambakan oleh Kolonel GPH Djatikusumo, salah seorang prajurit militer. Yang menarik adalah mantan Presiden Soekarno yang juga tertarik dengan Gusti Noeroel namun konon kalah bersaing dengan Sutan Sjahrir.[3] Tokoh negara lainnya yang mencoba meminang Gusti Noeroel adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang memiliki 9 orang selir. Namun semua tokoh tersebut tidak ada satupun yang berhasil memikat hati Gusti Noeroel. Putri bangsawan ini memutuskan untuk menerima pinangan seorang militer berpangkat letnan kolonel yang bernama RM Soerjo Soejarso.

Kecantikan Gusti Noeroel yang termasyhur ini juga dibarengi dengan kepiawaiannya menari. Suatu kali, di usianya yang masih 15 tahun, Gusti Noeroel diminta datang secara khusus untuk menari di hadapan Ratu Wilhelmina di Belanda. Tarian tersebut dipersembahkan sebagai kado pernikahan Putri Juliana. Menariknya, saat itu rombongan dari Mangkunegaran tidak membawa gamelan untuk mengiringi tarian Gusti Nurul. Tarian itu diiringi alunan gamelan yang dimainkan dari Pura Mangkunegaran dan dipancarkan melalui Solosche Radio Vereeniging, yang siarannya bisa ditangkap dengan jernih di Belanda[4].

Gusti Noeroel juga dikenal sebagai salah satu tokoh yang membidani berdirinya Solosche Radio Vereeniging, stasiun radio pertama di Indonesia.
834/6 <31+23> R. A. Soenitoeti [Mangkunegara V]
R. A. Soenitoeti adalah puteri KPH. Sowrjokoesoemo dari perkawinannya dengan puteri Wreksodiningrat, Patih Surakarta.
595/6 <30+17> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara Vlll (Th:1944-1987) [Mangkunegara VIII]
616/6 <58> Raden Mas Soerjosoejarso [Mangkunegara V] 627/6 <32+?> RM. Askarim Sumodarmoyo [Mangkunegara III] 638/6 <33> R.M.Ng. Hatmowarsono [Mangkunegara III] 649/6 <34> R.Ay. Wirjati [Mangkunegara III] 6510/6 <35+36!> R. M. Srijatto [Mangkunegara III] 6611/6 <32+?> R. Ay. Wignyosudiro (Rukiyarti) [Mangkunegara III]
6712/6 <32+?> R. M. P. Partodamoyo (Rukiyatmo) [Mangkunegara III]
6813/6 <32+?> R. Ay. Satyopranowo (Rukiyarsi) [Mangkunegara III]
6914/6 <32+?> R. M. Sastrodarmoyo (Rukiyarso) [Mangkunegara III]
7015/6 <32+?> R. M. Hartodarmoyo (Rukiyarto) [Mangkunegara III]
7116/6 <32+?> R. Ay. Prawirosiwoyo (Rukiyarni) [Mangkunegara III]
7217/6 <32+?> R. M. Rukiyarno Sumodarmoyo [Mangkunegara III]
7318/6 <32+?> R. M. Suraryo Sumodarmoyo [Mangkunegara III]
7419/6 <32+?> R. Ay. Suyoso [Mangkunegara III]
7520/6 <32+?> R. M. Joedojo Sumodarmoyo [Mangkunegara III]
7621/6 <32+?> R. Ay. Yudasih [Mangkunegara III]
7722/6 <32+?> R. M. Darminto Prawiro Darmoyo (Darminto Gendu) [Mangkunegara III]
7823/6 <41+25> K. P. H. Soemoharjomo [Mangkunegara III] 8024/6 <30+18> Bendoro Raden Mas Santoso (K. P. H. Hamidjojo Santoso) [Mangkunegara VII]
8125/6 <30+19> B. R. M. Sanjaya [Mangkunegara VII]
8226/6 <30+20> B. R. A. Partina [Mangkunegara VII] 8527/6 <31+22> Raden Mas Hendrarko Soerjokoesoemo [Mangkunegara V]
8628/6 <53+24> R. A. Soenjoto [Warsohadiningrat]
8729/6 <53+24> Raden Mas Soekarno [Warsohadiningrat]
8830/6 <53+24> Raden Mas Sarono [Warsohadiningrat]
8931/6 <53+24> R. A. Sarjati [Warsohadiningrat]
9032/6 <53+24> Raden Mas Sajogja [Warsohadiningrat]
9133/6 <53+24> Raden Mas Soegondo [Warsohadiningrat]
9234/6 <53+24> R. A. Sarwimoerti [Warsohadiningrat]
9335/6 <53+24> R. A. Moektini [Warsohadiningrat]
9436/6 <53+24> Raden Mas Sapoetro [Warsohadiningrat]
9537/6 <53+24> R. A. Warmarti [Warsohadiningrat]
9638/6 <43+26> B. R. A. Soewarni [Pakubuwono IX] 9739/6 <43+26> B. R. A. Soewarsi [Pakubuwono IX] 9840/6 <43+26> K. P. H. Tjokrokoesoemo [Pakubuwono IX]
K. P. H. Tjokrokoesoemo adalah menantu Pakubuwono X.
9941/6 <31+22> R. A. Hendrastoeti [Mangkunegara V]
10042/6 <46> K. R. M. T. H. Soediarto Soerjosoebandoro [Mangkunegara V]
10143/6 <49> K. P. H. Soetardjo Soerjosoemarno [Mangkunegara V]
perkawinan: <35> w Dolly Zegerius [Zegerius] b. 1925 d. 18 September 2019
10244/6 <41+25> K. P. H. Prawironegoro [Mangkunegara III]

7

1261/7 <84+28> Raden Mas Soedarmo Martonagoro [Tjondrodipoero] 1232/7 <84+28> R. A. Noek Soedarti Martonagoro [Tjondrodipoero]
lahir: 1918
perkawinan: <36> Raden Mas Soedjarwadi [Gitodiprodjo] b. 3 Maret 1903 d. 6 Maret 1967
wafat: 1987
1143/7 <78+31> w R. A. Siti Hartinah [Mangkunegara III]
lahir: 23 Agustus 1923, Jaten, Karanganyar
perkawinan: <37> w Soeharto [Kertoirono] b. 8 Juni 1921 d. 27 Januari 2008
wafat: 28 April 1996, Jakarta
1274/7 <79+29> Hoessein Wahjoe Djajadiningrat [Djajawinata] 1395/7 <79+29> R. M. A. A. Djajadiningrat [Djajawinata]
lahir: 21 April 1928
1166/7 <59+83!> G. P. H. Radityo Praboekoesoemo [Mangkunegara VIII]
lahir: 20 September 1942
perkawinan: <39> Erna Santoso [Santoso]
wafat: 21 November 1977, GPH. Radityo Praboekoesoemo meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.
1177/7 <59+83!> G. R. A. Retnosatoeti [Mangkunegara VIII]
lahir: 24 September 1944
perkawinan: <40> R. M. H. Rahadian Jamin (Kph. Surjadiningrat) [Khatib] d. 1979
1188/7 <59+83!> G. R. A. Rosati [Mangkunegara VIII] 1329/7 <80> R. A. Joyce Joconda Amaid Siti Sjahriati Hamidjojo Santoso [Mangkunegara VII]
lahir: 1947?
perkawinan: <42> R. M. H. Hoedionoto Harjoto [Harjoto]
wafat: 24 Juni 2022, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
14510/7 <101+35> w K. R. A. Soemarini Soerjosoemarno [Mangkunegara V]
lahir: 2 November 1947, Malang
perkawinan: <43> Tinton Soeprapto [Soeprapto] b. 21 Mei 1945
perkawinan: <44> w Idris Sardi [Soekamto] b. 7 Juni 1938 d. 28 April 2014
perceraian: <45> Didi Abdoelkadir Hadjoe [Hadjoe] d. 6 April 2020
perkawinan: <46> Boerhan Noer Abdoellah [Abdoellah]
14411/7 <101+35> w K. P. H. Japto Sulistio Soerjosoemarno [Mangkunegara V]
lahir: 16 Desember 1949, Surakarta
perkawinan: <47> Retno Sutjiati [Sutjiati]
10312/7 <59+83!> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX / Gusti Pangeran Haryo Sujiwokusuma [Mangkunegara IX]
lahir: 18 Agustus 1951
perkawinan: <48> Prisca Marina Jogi Soepardi (Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX) [Soepardi]
perkawinan: <49> Raden Ayu Sukmawati Soekarnoputri [Hamengku Buwono II] b. 26 Oktober 1951
wafat: 13 Agustus 2021, Jakarta
penguburan: 15 Agustus 2021, Astana Girilayu, Karanganyar
Mangkunegara IX adalah putra laki laki kedua dari Mangkunegara VIII.Pada masa remajanya bernama GPH Sujiwokusuma.Dalam pada itu GPH Sujiwokusuma menjadi Raja Muda di Mangkunegaran pada jaman dengan alam yang sudah merdeka jadi alamnya Republik Indonesia.Naiknya GPH Sujiwokusuma ke tampuk kekuasaan Mangkunegaran membawa suasana yang menebalkan catatan catatan para sejarahwan dan juga para kuli tinta (wartawan).
11913/7 <59+83!> Gusti Raden Mas Saktia Hamidjojo Saroso [Mangkunegara VIII]
lahir: 1 November 1959
perkawinan: <50> M. G. Sutjiati [Sutjiati]
12014/7 <59+83!> Gusti Raden Mas Herwasta Hamidjojo Saroso (Gusti Pangeran Haryo Robertus Gregorius Herwasto Kusumo) [Mangkunegara VIII]
lahir: 10 Mei 1961
wafat: 31 Juli 2012
12215/7 <59+30> Bendoro Raden Mas Surjo Amiseno [Mangkunegara VIII]
lahir: 15 Juni 1963
12116/7 <59+83!> G. R. A. Retnoastrini [Mangkunegara VIII]
lahir: 16 Maret 1964
perkawinan: <51> Tunku Abu Bakar [Ismail (Johor)]
14017/7 <84+28> R. M. H. Hartono [Tjondrodipoero]
wafat: 9 April 1991
10418/7 <62+105!> R Ayu Sri Astanti [Mangkunegara III]
10519/7 <63+64!> R Ayu Soemarti [Mangkunegara III] 10620/7 <63+64!> R. Ay. Soemartijah [Mangkunegara III] 10721/7 <65+106!> R. Ay. Endang Luki Marjanti [Mangkunegara III] 10822/7 <65+106!> R. M. Bambang Soeroto, BA [Mangkunegara III] 10923/7 <65+106!> R. M. Ir. Ary Soeprijanto, M.Sc. [Mangkunegara III] 11024/7 <65+106!> R. M. Rachmat Djoenartono, BE [Mangkunegara III] 11125/7 <62+105!> R. Ay. Sri Aswati [Mangkunegara III]
11226/7 <62+105!> R. M. Subekti Asaji [Mangkunegara III]
11327/7 <62+105!> R. M. Drs. Astianto [Mangkunegara III]
11528/7 <100> Raden Mas Bambang Soetjahjo Adjie [Mangkunegara V]
12429/7 <84+28> Raden Mas Waloejo Martonagoro [Tjondrodipoero] 12530/7 <84+28> R. A. Soemarsi Martonagoro [Tjondrodipoero]
12831/7 <79+29> Partoeti Djajadiningrat [Djajawinata] 12932/7 <79+29> Pardewi Djajadiningrat [Djajawinata]
13033/7 <84+28> R. A. Soetrepti Martonagoro [Tjondrodipoero] 13134/7 <84+28> Raden Mas Oetojo Martonagoro [Tjondrodipoero]
13335/7 <60+61!> Raden Mas Sularso Basarah Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
13436/7 <60+61!> R. A. Parimita Wiarti Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
13537/7 <61+60!> Raden Mas Adji Pamoso Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
13638/7 <61+60!> R. A. Heruma Wiarti Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
13739/7 <61+60!> R. A. Rasika Wiarti Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
13840/7 <61+60!> R. A. Wimaja Wiarti Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
14141/7 <100> R. A. Niniek Soerjosoebandoro [Mangkunegara V]
14242/7 <84+28> Raden Mas Soedarjo Martonagoro [Tjondrodipoero]
14343/7 <101+35> K. P. H. Soenarjo Soerjosoemarno [Mangkunegara V]

8

1461/8 <104+52> Mia Liestantini [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: 12 Mei, Dari Pancer Trah RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 7 = Gantung siwur. Level 3 = Buyut dari RB Fayakoen menikah dengan Mas Ayu Saminah binti Mas Bei Prodjo; atau Level 1 = Putera ke 1 dari 4 putera-puteri R Ng Siswadji Adji menikah den
perkawinan:
1782/8 <123+36> R. A. Dewi Soelastri Soedjarwadi [Gitodiprodjo]
lahir: 19 Oktober 1942, Klaten
wafat: 16 Desember 1996, Delft
1693/8 <114+37> w Siti Hardijanti [Kertoirono]
lahir: 23 Januari 1949, Jakarta
perkawinan: <57> Indra Rukmana [Adiwinata]
1704/8 <114+37> w Bambang Trihatmodjo [Kertoirono]
lahir: 23 Juli 1953, Surakarta
perkawinan: <58> w Halimah Agustina Kamil [Kamil]
perkawinan: <59> w Agustina Majangsari [Poerbotjarito] b. 23 Agustus 1971
1795/8 <130+56> w Rini Mariani Soemarno [Soemarno]
lahir: 9 Juni 1958, Maryland
perkawinan: <60> Suwandi [?]
1686/8 <114+37> w Siti Hediati Harijadi [Kertoirono]
lahir: 14 April 1959, Semarang
perkawinan: <61> w R. Prabowo Subianto Djojohadikoesoemo [Raden Patah] b. 17 Oktober 1951
1717/8 <114+37> w Hutomo Mandala Putra [Kertoirono] 1738/8 <114+37> w Siti Hutami Endang Adiningsih [Kertoirono]
lahir: 23 Agustus 1964, Jakarta
perkawinan: <64> Pratikno Prajitno Singgih [Singgih]
1859/8 <139> Dimas Djajadiningrat [Djajawinata]
lahir: 24 Agustus 1973
perkawinan: <65> Reynavenzka Retno Deyandra [Deyandra] b. 24 Maret 1992
perkawinan: <66> Raden Roro Faradina Mufti [Faradina Mufti] b. 1 Desember 1989
Dimas Djayadiningrat (lahir 24 Agustus 1973) adalah seorang sutradara video klip dan film asal Indonesia. Dia pernah menjadi salah satu dari 4 orang juri di Indonesian Idol Musim Pertama sampai dengan Indonesian Idol Musim Ketiga. Setelah keluar dari team juri, dia kembali diundang sebagai juri tamu si Indonesian Idol Musim Ketujuh.

Film yang pernah dibuatnya antara lain Tusuk Jelangkung, yang dibintangi oleh Marcella Zalianty, Iqbal Rizantha, Dinna Olivia dan Samuel Rizal.

Film Tusuk Jelangkung (2003)

30 Hari Mencari Cinta (2004)
19310/8 <145+45> w Shelomita Sulistiany [Hadjoe]
lahir: 24 November 1974, Jakarta
perkawinan: <67> Arya Fajar Faizal Diah [Diah]
19211/8 <144+47> Raden Mas Sahid Abishalom Benninu Nugroho Noyosatwiko Soerjosoemarno [Mangkunegara V]
lahir: 1975
perkawinan: <68> w Yasmine Leeds Wildblood [Wildblood] b. 11 Maret 1993
17212/8 <115> Raden Ayu Ardhia Pramesti Regita Cahyani [Mangkunegara V]
lahir: 2 April 1975
perkawinan: <171!> w Hutomo Mandala Putra [Kertoirono] b. 15 Juli 1962
14813/8 <103+49> w Gusti Raden Mas Pondrokarno Sukmoputro Jimonagoro / Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna [Mangkunegara IX]
lahir: 19 April 1975
14714/8 <103+49> Gusti Raden Ajeng Suniwati Sukmoputro / Gusti Raden Ajeng Putri Agung Suniwati [Mangkunegara IX]
lahir: 4 Agustus 1977
19415/8 <145+45> w Reuben Elishama Hadjoe [Hadjoe]
lahir: 18 September 1978, Jakarta
perkawinan: <69> Irna Mareta [Mareta]
perceraian: <69!> Irna Mareta [Mareta]
perkawinan: <70> w Shenty Feliziana [Sudirman] b. 18 Agustus 1989
17416/8 <121+51> Tunku Kurshiah Aminah [Ismail (Johor)]
lahir: 1991?
perkawinan: <71> Mohamad Zaini [Hitam]
17517/8 <121+51> Tunku Abdul Rahman Burhanuddin [Ismail (Johor)]
lahir: 1994?
wafat: 2020
17618/8 <121+51> Tunku Aishah [Ismail (Johor)]
lahir: 1998?
18419/8 <132+42> Raden Mas Ario Bayu Putro [Harjoto]
wafat: 2015
19120/8 <103+48> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X (Gusti Pangeran Haryo Bhre Cakrahutama Wira Sudjiwo) [Mangkunegara X]
gelar: 12 Maret 2022, Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X
14921/8 <107+53> R. Ay. Erlin Handayani Puspitorini [Hadiprajitno]
15022/8 <107+53> R.m. Hani Saroso Erman Riyadi [Hadiprajitno]
15123/8 <108+54> R. Ay. Erieka Mirtha Ananda [Mangkunegara III]
15224/8 <108+54> R.a. Inez Marris Adhinda [Mangkunegara III]
15325/8 <108+54> R. A.y. Dinar Rezza Ayuenda [Mangkunegara III]
15426/8 <109> R. M. Yusfian Romanto [Mangkunegara III]
15527/8 <109+?> R. M. Bramanto Jayasidayatra [Mangkunegara III]
15628/8 <110+?> R. Ay. Rieka Diana Rachmawati [Mangkunegara III]
15729/8 <110+?> R. M. Rachdianto Idola Fitranda [Mangkunegara III]
15830/8 <110+?> R. Ay. Herlidya Permata Fridayanti [Mangkunegara III]
15931/8 <111+?> R. Ay. Yolanda Hermina Wati [?]
16032/8 <111+?> R. M. Bianko Hermanda [?]
16133/8 <111+?> R. M. Trianko Hermanda [?]
16234/8 <111+?> R. M. Fernando Hersanda [?]
16335/8 <112+?> R. Ay. Meiji Erlianti [Mangkunegara III]
16436/8 <112+?> R. M. Hertanto Istiyadi [Mangkunegara III]
16537/8 <113+?> Aswindayani [Mangkunegara III]
16638/8 <113+?> Tisa [Mangkunegara III]
16739/8 <110+?> R. M. Rachmadani Anggowo Rizky [Mangkunegara III]
17740/8 <123+36> Raden Mas Soedibjo Soedjarwadi [Gitodiprodjo]
18041/8 <130+56> Ongki P. Soemarno [Soemarno]
18142/8 <131> R. A. Soesilastoeti Martonagoro [Tjondrodipoero]
18243/8 <118+41> R. A. Ratna Rosilawati Kadarisman [Notohadiningrat]
18344/8 <118+41> K. R. M. H. Hariadhi Anggoro Kadarisman [Notohadiningrat] 18645/8 <130+56> Ari Soemarno [Soemarno]
18746/8 <130+56> Noes Soemarno [Soemarno]
18847/8 <130+56> Nies Soemarno [Soemarno]
18948/8 <116+39> Raden Ajeng Aminah Radyastuti [Mangkunegara VIII]
19049/8 <103+48> Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo [Mangkunegara IX]
19550/8 <145+43> Parama Pandu Suwastomo [Soeprapto]
19651/8 <117+40> Bendoro Raden Mas Roy Rahajasa Jamin [Khatib]
19752/8 <117+40> Bendoro Raden Mas Riano Jayanegara Jamin [Khatib]
Tampilan
Peralatan pribadi