Raden Ajeng Sekeli - Keturunan (Inventaris)
Dari Rodovid ID
2
perkawinan: <3> ♀ Raden Ayu Dunuk [Mangkunegara III]
gelar: 1853, KGPAA
3
51/3 <2> ♂ Pangeran Harya Gandahatmaja [Mangkunegara IV]penguburan: Astana Girilayu, Karanganyar
Dalam lawatan yang dilakukan pada tahun 1862 tersebut, Mangkunegara IV disertai oleh KPH. Suryodiningrat (Putera MN.III), adik iparnya KPH. Gondosuputra. Dalam perjalanannya, Mngkunegara IV beserta rombongan dijamu makan malam oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di istana Bogor. Pada waktu itu Mangkunegara IV tertarik keindahan lampu lilin di istana Bogor, bertanya pada Gubernur Jenderal, apakah bisa membeli lampu-lampu tersebut untuk dipasang di istana Mangkunegaran. Gubernur Jenderal menjawab bahwa, kebetulan menurut rencana lampu-lampu lilin tersebut akan diganti dengan lampu gas. Mangkunegara IV menyanggupi untuk membayar 100.000 Gulden, sesuai dengan harga yang diminta oleh pemerintah Hindia Belanda.
Dalam lawatan yang dilakukan pada tahun 1862 tersebut, Mangkunegara IV disertai oleh KPH. Suryodiningrat (Putera MN.III), adik iparnya KPH. Gondosuputra. Dalam perjalanannya, Mngkunegara IV beserta rombongan dijamu makan malam oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di istana Bogor. Pada waktu itu Mangkunegara IV tertarik keindahan lampu lilin di istana Bogor, bertanya pada Gubernur Jenderal, apakah bisa membeli lampu-lampu tersebut untuk dipasang di istana Mangkunegaran. Gubernur Jenderal menjawab bahwa, kebetulan menurut rencana lampu-lampu lilin tersebut akan diganti dengan lampu gas. Mangkunegara IV menyanggupi untuk membayar 100.000 Gulden, sesuai dengan harga yang diminta oleh pemerintah Hindia Belanda.
Gubernur Jenderal menyatakan keheranannya tentang kesanggupan Mangkunegara IV membeli lampu-lampu tersebut. Selain dapat membayar harganya yang tinggi, juga dia tidak dapat membayangkan betapa besarnya istana Mangkunegaran, karena bisa muat lampu yang begitu banyak. Ia menyatakan keinginannya untuk dapat berkunjung ke istana Mangkunegaran. Keinginan Gubernur Jenderal terlaksana pada tahun 1863, pada waktu dia diundang oleh Mangkunegaran IV dalam acara peletakan batu pertama pembangunan stasiun kereta api Solo Balapan.
Pada tahun 1863, KPH. Gondosuputro dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor dan dua tahun kemudian ia diangkat dalam jabatan “yang menjalanakan tugas sebagai Komandan Legiun Mangkunegaran”. Seperti yang diketahui, komandan Legiun adalah Mangkunegara IV sendiri, dengan pangkat Kolonel. Semenjak KPH. Gondosaputra mengabdi pada Legiun Mangkunegaran, berbagai usaha untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme Legiun senantiasa dilakukan. Pada masa jabatan sebagai pejabat pelaksana komandan, ia melakukan penterjemahan buku-buku militer dari bahasa Belanda ke bahasa Melayu. Hal ini dimaksudkan agar para prajurit dapat menyerap taktik-taktik dan disiplin kemiliteran dengan baik. Sedangkan untuk latihan fisik para prajuritnya. Legiun Mangkunegaran mendapat bantuan pelatih tentara Belanda yang berada di Solo.
Semasa ia memangku jabatan tersebut, di Aceh terjadi perang antara rakyat Aceh melawan pemerintah Hindia Belanda. Lagi-lagi pemerintah Hindia Belanda meminta bantuan ke Mangkunegaran, agar mengirim pasukannya ke Aceh. Atas perintah Mangkunegara IV sebagai komandan Legiun, maka Mayor KPH. Gondosuputra menyiapkan pasukan yang terdiri dari dua kompi dengan jumlah personil 180 orang. Sebelum berangkat ke medan pertempuran, pasukan ini dilatih secara intensif di tangsi Tanah Putih daerah Semarang dan dibawah pengawasan langsung pelaksana harian Komandan Legiun, Mayor KPH. Gondosuputro. Dari hasil latihan tersebut, ia memutuskan bahwa hanya 150 personil yang memenuhi persyaratan untuk diberangkatkan.
Dengan dipimpin oleh adiknya, Kapten KPH. Gondosisworo, pasukan tersebut berangkat ke Aceh dengan kapal dari pelabuhan Semarang pada tanggal 21 November 1873. Selain Legiun Mangkunegaran, pada waktu bersamaan juga diberangkatkan pasukan dari Pakualaman Yogyakarta dan pasukan dari Madura. Pada perang di Aceh ini, Legiun Mangkunegaran dapat membalikkan keunggulan pasukan Belanda atas Pasukan Kesultanan Aceh. Atas jasa jasa Legiun Mangkunegaran yang dipimpinnya selama Perang Aceh, Raja Belanda menganugerahkan Ridder Kruis (Salib Penunggang) atau Salib Bangsawan Militaire Willems Orde (MWO) Kelas IV. Pada tahun 1873, Mayor KPH. Gondosaputra dinaikkan pangkatnya sebagai Letnan Kolonel dengan jabatan tetap sebagai pejabat pelaksana harian komandan Legiun Mangkunegaran.
Mutu profesionalisme Legiun Mangkunegaran pada masa tersebut dikagumi diseluruh tanah jajahan Belanda. Kepangkatan para perwiranya disejajajrkan dengan Leger atau tentara Kerajaan Belanda, hingga seragamnyapun disamakan. Perbedaannya hanya terletak pada sulaman dileher yang berinisial MN. Modernisasi dilakukan di semua bidang, mulai dari persenjataan sampai dengan pembangunan markas Artileri-Kavalari pada tahun 1874. Gedung markas tersebut hingga saat ini masih kokoh berdiri diujung timur Pamedan Mangkunegaran.
Konsentrasi Legiun Mangkunegaran pada waktu itu terutama di dua tempat, yaitu di kota Surakarta dan daerah Matesih, Karang Pandan. Tugas anggota Legiun di daerah Matesih, Karang Pandan antara lain, melaksanakan penjagaan di pesanggrahan dan makam Mengadeg. Daerah tersebut bagi KPH. Gondosuputra bukan merupakan daerah yang asing. Dia sejak lama mendapat tugas dari ayahnya untuk mengelola pesanggrahan tersebut. Bahkan sebulan sebelum dia wafat, masih sempat berkunjung ke Karang Pandan dengan didampingi para putranya termasuk KPH. Gondosuputra. Pada tahun 1881 ayahnya wafat pada tanggal 2 September jam 07.00 pagi, kemudian pada hari yang sama pada jam 12.00 siang, KPH. Gondosaputra menyusul ayahnya. Keduanya dimakamkan di Girilayu.perkawinan: <5> ♀ Bendoro Raden Ayu Pandamsari [Pandamsari]
perkawinan: <6> ♀ Bendoro Raden Ayu Marduwati [Marduwati]
perkawinan: <7> ♀ B. R. A. Poernamaningroem [Poernamaningroem] , <8> ♀ Bendoro Raden Ayu Purnamaningrum [Purnamaningrum]
4
perkawinan: <11> ♀ Raden Roro Mardewi [Wongsosoetirto]
perkawinan: <12> ♀ B. R. A. Setyowati [Setyowati]
perkawinan: <13> ♀ Mas Ayu Retnoningrum [Retnoningrum]
perkawinan: <14> ♀ Mas Ayu Sitaningrum [Sitaningrum]
perkawinan: <15> ♀ Mas Ayu Kamijem [Kamijem]
perkawinan: <16> ♀ B. R. A. Tedjowati [Tedjowati]
pekerjaan: 11 Januari 1916 - 1944, Surakarta, Sunan Surakarta bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara VII
perkawinan: <17> ♀ Gusti Kanjeng Ratu Timur [Hb.7.65] (Bendoro Raden Ajeng Mursudarya) [Hamengku Buwono VII] , Surakarta
wafat: 19 Juli 1944
Mangkunegara VII adalah seorang penguasa yang dianggap berpandangan modern pada jamannya. Ia berhasil meningkatkan kesejahteraan di wilayah Praja Mangkunegaran melalui usaha perkebunan (onderneming), terutama komoditas gula. Mangkunegara VII juga seorang pencinta seni dan budaya Jawa, dan terutama mendukung berkembangnya musik dan drama tradisional.
Mangkunegara VII terlahir dengan nama Raden Mas Soerjo Soeparto. Ia adalah anak ketujuh atau anak lelaki ketiga dari 28 bersaudara anak-anak dari Mangkunegara V.
Anak putri tertua Mangkunegara VII, yaitu BRAy. Partini, menikah dengan P.A. Husein Djajadiningrat, seorang sejarawan dan ningrat dari Serang, Banten.
Mangkunegara VII, dikenal pada zamannya sebagai bangsawan modern yang berkontribusi banyak terhadap kelangsungan kebudayaan Jawa dan gerakan kebangkitan nasional. Ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Leiden di Belanda selama tiga tahun, sebelum pulang ke Indonesia untuk menggantikan pamannya, Mangkunegara VI yang mengundurkan diri tahun 1916.
Semangat Mangkunegara VII untuk mencari ilmu pengetahuan sudah tampak sejak muda, ketika pamannya Mangkunegara VI melarangnya untuk masuk HBS, ia memilih untuk berkelana dan menjalani hidup di luar keraton; menjadi penerjemah bahasa Belanda-Jawa dan mantri di tingkat kabupaten. Sedangkan kecintaannya terhadap budaya Jawa ditunjukkan melalui peranannya yang aktif dalam mendirikan lembaga studi Cultuur-Wijsgeerige Studiekring (Lingkar Studi Filosofi-Budaya) dan lembaga kebudayaan Jawa Java-Instituut, tidak luput juga karya ilmiahnya tentang simbolisme wayang Over de wajang-koelit (poerwa) in het algemeen en over de daarin voorkomende symbolische en mystieke elementen (1920).
Ia juga turut menjadi tokoh di dalam organisasi pergerakan nasional Boedi Oetomo dan penasihat di organisasi pelajar Jong Java. Pada tahun 1933, ia memprakarsai didirikannya radio pribumi pertama di Indonesia yaitu SRV (Solosche Radio Vereniging) yang memancarkan program-program dalam bahasa Jawa.
Selain itu ia juga seorang perwira KNIL dengan jabatan Kolonel pada masa hidupnya, dengan jabatan ini ia juga merangkap sebagai komandan Legiun Mangkunegaran, sebuah tentara kecil yang terdiri dari prajurit Mangkunegaran.perkawinan: <18> ♀ B. R. A. Catharina Bertha [Catharina Bertha]
perkawinan: <19> ♀ B. R. A. Soerjokoesoemo [Wreksodiningrat]
wafat: 22 September 1934, Klaten
penguburan: 23 September 1934, Astana Girilayu, Karanganyar
5
451/5 <17+18> ♀ R. A. Hendrarsi Soerjokoesoemo [Mangkunegara V]perkawinan: <24> ♂ Raden Mas Iskak Tjondrodipoero (K. R. M. T. Iskak Martonagoro) [Tjondrodipoero] b. 19 Oktober 1883
wafat: 22 September 1964, Surakarta
perkawinan: <25> ♂ Hoessein Djajadiningrat [Djajawinata] b. 8 Desember 1886 d. 12 November 1960
wafat: 1998
perkawinan: <38!> ♂ Raden Mas Soerjosoejarso [Mangkunegara V]
wafat: 10 November 2015, Bandung
Kecantikan Gusti Noeroel yang termasyhur ini juga dibarengi dengan kepiawaiannya menari. Suatu kali, di usianya yang masih 15 tahun, Gusti Noeroel diminta datang secara khusus untuk menari di hadapan Ratu Wilhelmina di Belanda. Tarian tersebut dipersembahkan sebagai kado pernikahan Putri Juliana. Menariknya, saat itu rombongan dari Mangkunegaran tidak membawa gamelan untuk mengiringi tarian Gusti Nurul. Tarian itu diiringi alunan gamelan yang dimainkan dari Pura Mangkunegaran dan dipancarkan melalui Solosche Radio Vereeniging, yang siarannya bisa ditangkap dengan jernih di Belanda[4].
Gusti Noeroel juga dikenal sebagai salah satu tokoh yang membidani berdirinya Solosche Radio Vereeniging, stasiun radio pertama di Indonesia.wafat: 1978
perkawinan: <26> ♀ B. R. A. Setyowati [Setyowati]
6
791/6 <45+24> ♂ Raden Mas Soedarmo Martonagoro [Tjondrodipoero] 762/6 <45+24> ♀ R. A. Noek Soedarti Martonagoro [Tjondrodipoero]perkawinan: <32> ♂ Raden Mas Soedjarwadi [Gitodiprodjo] b. 3 Maret 1903 d. 6 Maret 1967
wafat: 1987
perkawinan: <33> ♀ Madelon Nieuwenhuis (Madelon Djajadiningrat-Nieuwenhuis) [Nieuwenhuis]
perkawinan: <34> ♀ Erna Santoso [Santoso]
wafat: 21 November 1977, GPH. Radityo Praboekoesoemo meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.
perkawinan: <35> ♂ R. M. H. Rahadian Jamin (Kph. Surjadiningrat) [Khatib] d. 1979
perkawinan: <36> ♂ R. M. H. Hoediono Kadarisman Notohadiningrat [Notohadiningrat] b. 1937? d. 25 Juni 2020
perkawinan: <37> ♂ R. M. H. Hoedionoto Harjoto [Harjoto]
wafat: 24 Juni 2022, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
perkawinan: <38> ♂ Tinton Soeprapto [Soeprapto] b. 21 Mei 1945
perkawinan: <39> ♂ w Idris Sardi [Soekamto] b. 7 Juni 1938 d. 28 April 2014
perceraian: <40> ♂ Didi Abdoelkadir Hadjoe [Hadjoe] d. 6 April 2020
perkawinan: <41> ♂ Boerhan Noer Abdoellah [Abdoellah]
perkawinan: <43> ♀ Prisca Marina Jogi Soepardi (Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX) [Soepardi]
perkawinan: <44> ♀ Raden Ayu Sukmawati Soekarnoputri [Hamengku Buwono II] b. 26 Oktober 1951
wafat: 13 Agustus 2021, Jakarta
penguburan: 15 Agustus 2021, Astana Girilayu, Karanganyar
wafat: 31 Juli 2012
7
1171/7 <76+32> ♀ R. A. Dewi Soelastri Soedjarwadi [Gitodiprodjo]wafat: 16 Desember 1996, Delft
perkawinan: <52> ♀ Reynavenzka Retno Deyandra [Deyandra] b. 24 Maret 1992
perkawinan: <53> ♀ Raden Roro Faradina Mufti [Faradina Mufti] b. 1 Desember 1989
Film yang pernah dibuatnya antara lain Tusuk Jelangkung, yang dibintangi oleh Marcella Zalianty, Iqbal Rizantha, Dinna Olivia dan Samuel Rizal.
Film Tusuk Jelangkung (2003)
30 Hari Mencari Cinta (2004)perkawinan: <57> ♀ Irna Mareta [Mareta]
perceraian: <57!> ♀ Irna Mareta [Mareta]
perkawinan: <58> ♀ w Shenty Feliziana [Sudirman] b. 18 Agustus 1989
wafat: 2020