Ki Ageng Pemanahan / Bagus Kacung (Kyai Gede Mataram) b. 1501 d. 1575?

Dari Rodovid ID

Revisi per 09:06, 21 Juni 2024; Idang (Pembicaraan | sumbangan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi sekarang (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Langsung ke: panduan arah, cari
Marga (saat dilahirkan) Brawijaya
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) Ki Ageng Pemanahan / Bagus Kacung
Nama belakang lainnya Kyai Gede Mataram
Orang Tua

7. Ki Ageng Enis / Ki Ageng Luwih (Bagus Henis) [Brawijaya] d. 1503

Nyai Ageng Ngenis [Ngenis]

Halaman-wiki [[1]]
[1][2]

Momen penting

1501 lahir: Sultan Trenggana wafat 1546, Panembahan Senapati turut serta dalam Sayembara menangkap Arya Panangsang dalam usia sekitar 18 tahun, Senapati lahir (1546-18+2=1530) pada tahun 1530. Pemanahan lahir (1530-29=1501) pada tahun 1501

kelahiran anak: 18. Nyai Ageng Suwakul [Brawijaya]

kelahiran anak: 19. Nyai Ageng Mohamat Pekik di Sumawana [Brawijaya]

kelahiran anak: 17. Nyai Ageng Wirobodro, di Pujang [Brawijaya]

kelahiran anak: 15. Nyai Ageng Banyak Potro, di Waning [Brawijaya]

kelahiran anak: 14. Nyai Ageng Panjangjiwa [Brawijaya]

kelahiran anak: 20. Nyai Ageng Wiraprana di Ngasem [Brawijaya]

kelahiran anak: 16. Nyai Ageng Kusumoyudo Marisi [Brawijaya]

kelahiran anak: 21. Nyai Ageng Hadiguno di Pelem [Brawijaya]

kelahiran anak: 26. Nyai Ageng Sitabaya Gambiro [Brawijaya]

kelahiran anak: Raden Roro Subur [Subur]

kelahiran anak: 25. Nyai Ageng Kawangsih Kawangsen [Brawijaya]

kelahiran anak: 24. Nyai Ageng Ronggo Kranggan [Brawijaya]

kelahiran anak: 22. Nyai Ageng Suroyuda Kajama [Brawijaya]

kelahiran anak: 23. Nyai Ageng Mursodo Silarong [Brawijaya]

kelahiran anak: 13. Nyai Ageng Haji Panusa, di Tanduran [Brawijaya]

kelahiran anak: 12. Pangeran Pronggoloyo [Brawijaya]

kelahiran anak: 10. Raden Ayu Kajoran [Brawijaya]

kelahiran anak: 3. Pangeran Ronggo [Brawijaya]

kelahiran anak: 1. Adipati Manduranegara [Brawijaya]

kelahiran anak: 11. Pangeran Gagak Baning / Pangeran Gagak Pranolo (Bupati Pajang) [Mataram] d. 1591

kelahiran anak: 5. Pangeran Hario Tanduran [Brawijaya]

kelahiran anak: 4. Nyai Ageng Tumenggung Mayang [Brawijaya]

kelahiran anak: 6. Nyai Ageng Tumenggung Jayaprana [Brawijaya]

kelahiran anak: 8. Pangeran Mangkubumi ? (Raden Jambu) [Mataram]

kelahiran anak: 9. Pangeran Singasari / Raden Santri [Mataram]

kelahiran anak: 7. Pangeran Teposono [Brawijaya]

perkawinan: Nyai Ageng Pamanahan / Nyai Sabinah [Brawijaya]

pekerjaan: tahun 1556 Ki Ageng Pemanahan di beri hadiah tanah di daerah MATARAM yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yg kini sudah menjadi hutan. Di tanah inilah Ki Ageng Pemanahan mulai menata struktur kerajaan baru yg pada saat berdirinya dimulai oleh putranya yaitu Panembahan Senopati.

1530c kelahiran anak: Kanjeng Panembahan Senapati /Danang Sutawijaya (Raden Bagus Sutawijaya) [Kesultanan Mataram] b. 1530c d. 1601

1575? wafat: Mataram, Yogyakarta

Catatan-catatan

Ki Ageng Pamanahan

Ki Ageng Pamanahan atau Ki Gede Pamanahan, adalah pendiri desa Mataram tahun 1556, yang kemudian berkembang menjadi Kesultanan Mataram di bawah pimpinan putranya, yang bergelar Panembahan Senapati.

Asal usul

Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela. Ia menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis).

Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada Hadiwijaya bupati Pajang yang juga murid Ki Ageng Sela. Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai lurah wiratamtama di Pajang.


Peran awal

Sepeninggal Sultan Trenggana tahun 1546, Kesultanan Demak mengalami perpecahan akibat perebutan takhta. Putra Sultan yang naik takhta bergelar Sunan Prawata tewas dibunuh sepupunya sendiri, yaitu Arya Penangsang, bupati Jipang.

Arya Penangsang yang didukung Sunan Kudus juga membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat, putri Sultan Trenggana. Sejak itu, Ratu Kalinyamat memilih hidup bertapa di Gunung Danaraja menunggu kematian Arya Penangsang bupati Jipang.

Arya Penangsang ganti mengirim utusan untuk membunuh Hadiwijaya di Pajang tapi gagal. Sunan Kudus pura-pura mengundang keduanya untuk berdamai. Hadiwijaya datang ke Kudus dikawal Ki Pamanahan. Pada kesempatan itu, Ki Pamanahan berhasil menyelamatkan Hadiwijaya dari kursi jebakan yang sudah dipersiapkan Sunan Kudus.

Dalam perjalanan pulang, Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama dengan Ratu Kalinyamat membujuk Hadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang. Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.


Melawan Arya Penangsang

Hadiwijaya segan memerangi Arya Penangsang karena masih sama-sama anggota keluarga Kesultanan Demak. Maka, ia pun mengumumkan sayembara, barang siapa bisa membunuh Arya Penangsang akan mendapatkan hadiah tanah Mataram dan Pati.

Ki Pamanahan dan Ki Penjawi mengikuti sayembara atas desakan Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Pamanahan). Putra Ki Pamanahan yang juga anak angkat Hadiwijaya, bernama Sutawijaya ikut serta. Hadiwijaya tidak tega sehingga memberikan pasukan Pajang untuk melindungi Sutawijaya.

Perang antara pasukan Ki Pamanahan dan Arya Penangsang terjadi di dekat Bengawan Sore. Berkat siasat cerdik yang disusun Ki Juru Martani, Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya.

Ki Juru Martani menyampaikan laporan palsu kepada Hadiwijaya bahwa Arya Penangsang mati dibunuh Ki Pamanahan dan Ki Penjawi. Apabila yang disampaikan adalah berita sebenarnya, maka dapat dipastikan Hadiwijaya akan lupa memberi hadiah sayembara mengingat Sutawijaya adalah anak angkatnya.


Membuka Mataram

Hadiwijaya memberikan hadiah berupa tanah Mataram dan Pati. Ki Pamanahan yang merasa lebih tua mengalah memilih Mataram yang masih berupa hutan lebat, sedangkan Ki Penjawi mandapat daerah Pati yang saat itu sudah berwujud kota.

Bumi Mataram adalah bekas kerajaan kuno yang runtuh tahun 929. Seiring berjalannya waktu, daerah ini semakin sepi sampai akhirnya tertutup hutan lebat. Masyarakat menyebut hutan yang menutupi Mataram dengan nama Alas Mentaok.

Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, Hadiwijaya dilantik menjadi raja baru penerus Kesultanan Demak. Pusat kerajaan dipindah ke Pajang, di daerah pedalaman. Pada acara pelantikan, Sunan Prapen cucu (Sunan Giri) meramalkan kelak di daerah Mataram akan berdiri sebuah kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang.

Ramalan tersebut membuat Sultan Hadiwijaya resah. Sehingga penyerahan Alas Mentaok kepada Ki Pamanahan ditunda-tunda sampai tahun 1556. Hal ini diketahui oleh Sunan Kalijaga, guru mereka. Keduanya pun dipertemukan. Dengan disaksikan Sunan Kalijaga, Ki Pamanahan bersumpah akan selalu setia kepada Sultan Hadiwijaya.

Maka sejak tahun 1556 itu, Ki Pamanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, pindah ke Hutan Mentaok, yang kemudian dibuka menjadi desa Mataram. Ki Pamanahan menjadi kepala desa pertama bergelar Ki Ageng Mataram. Adapun status desa Mataram adalah desa perdikan atau daerah bebas pajak, di mana Ki Ageng Mataram hanya punya kewajiban menghadap saja.

Babad Tanah Jawi juga mengisahkan keistimewaan lain yang dimiliki Ki Ageng Pamanahan selaku leluhur raja-raja Mataram. Konon, sesudah membuka desa Mataram, Ki Pamanahan pergi mengunjungi sahabatnya di desa Giring. Pada saat itu Ki Ageng Giring baru saja mendapatkan buah kelapa muda bertuah yang jika diminum airnya sampai habis, si peminum akan menurunkan raja-raja Jawa.

Ki Pamanahan tiba di rumah Ki Ageng Giring dalam keadaan haus. Ia langsung menuju dapur dan menemukan kelapa muda ajaib itu. Dalam sekali teguk, Ki Pamanahan menghabiskan airnya. Ki Giring tiba di rumah sehabis mandi di sungai. Ia kecewa karena tidak jadi meminum air kelapa bertuah tersebut. Namun, akhirnya Ki Ageng Giring pasrah pada takdir bahwa Ki Ageng Pamanahan yang dipilih Tuhan untuk menurunkan raja-raja pulau Jawa.

Ki Ageng Pamanahan memimpin desa Mataram sampai meninggal tahun 1584. Ia digantikan putranya, yaitu Sutawijaya sebagai pemimpin desa selanjutnya.Kelak Sutawijaya menjadi raja Mataram Islam yang pertama dengan nama Panembahan Senopati.

Kepustakaan

Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Purwadi. (2007). Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

[sunting] Sumber-sumber

  1. http://asalsilahipunparanata.blogspot.com/ - Sumber tentang jumlah putra-putri dari istri putra Kyai Made Pandan
  2. http://www.royalark.net/Indonesia/solo2.htm -

Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
Kakek-nenek
Orang Tua
Orang Tua
 
== 3 ==
Ki Ageng Pemanahan / Bagus Kacung (Kyai Gede Mataram)
lahir: 1501, Sultan Trenggana wafat 1546, Panembahan Senapati turut serta dalam Sayembara menangkap Arya Panangsang dalam usia sekitar 18 tahun, Senapati lahir (1546-18+2=1530) pada tahun 1530. Pemanahan lahir (1530-29=1501) pada tahun 1501
perkawinan: Nyai Ageng Pamanahan / Nyai Sabinah
pekerjaan: tahun 1556 Ki Ageng Pemanahan di beri hadiah tanah di daerah MATARAM yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yg kini sudah menjadi hutan. Di tanah inilah Ki Ageng Pemanahan mulai menata struktur kerajaan baru yg pada saat berdirinya dimulai oleh putranya yaitu Panembahan Senopati.
wafat: 1575?, Mataram, Yogyakarta
== 3 ==
Anak-anak
Raden Ayu Retno Dumilah
lahir: Level 2 = Cucu ke 10 dari Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 10 Pangeran Timur / Pangeran Maskumambang Diputus Ayahnya : 188342
perkawinan: Kanjeng Panembahan Senapati /Danang Sutawijaya (Raden Bagus Sutawijaya)
pekerjaan: 1586 - 1590, Bupati Madiun Ke 2
11. Pangeran Gagak Baning / Pangeran Gagak Pranolo (Bupati Pajang)
gelar: 1588 - 1591, Pajang, Adipati Pajang
wafat: 1591, Astana Kota Gede
Raden Ayu Reno Dumilah
lahir: Putri ke 10 Pangeran Timur, Sultan Trenggono
perkawinan: 9. Pangeran Singasari / Raden Santri
18. Nyai Ageng Suwakul
lahir: Wafat dimakamkan di Astana Lawiyan.
Anak-anak
Cucu-cucu
12. Ki Ageng Panembahan Djuminah ? (Pangeran Adipati Djuminah Petak / Pangeran Blitar I)
lahir: Level 3 = Buyut ke 12 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 2 Raden Ayu Djumilah + Panembahan Senopati
gelar: 1601 - 1613, Bupati Madiun Ke 6
8. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati / Raden Mas Jolang (Panembahan Seda ing Krapyak)
perkawinan: Dyah Banowati / Kanjeng Ratu Mas Hadi
perkawinan: Ratu Tulungayu
perkawinan:
gelar: 1601 - 1613, Kota Gede, Mataram, Sultan Mataram Ke 2 bergelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram
wafat: 1613
gelar: 1613, "Anumerta Panembahan Seda ing Krapyak"
11. Pangeran Adipati Pringgoloyo I ? (Raden Mas Djulig)
lahir: Level 3 = Buyut ke 11 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 1 Raden Ayu Djumilah + Panembahan Senopati
gelar: 1595 - 1601, Bupati Madiun Ke 5
13. Pangeran Adipati Martoloyo / Mangkunegoro II (Raden Mas Kanitren)
lahir: Level 3 = Buyut ke 13 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 3 Raden Ayu Djumilah + Panembahan Senopati
gelar: 1613 - 1645, Bupati Madiun Ke 7
Raden Pabelan
wafat: 1587?
5. Pangeran Purubaya / Raden Mas Damar (Jaka Umbaran)
lahir: 1597c, Kalkulasi Kelahiran : [(kelahiran Senapati=1530)+(Usia saat nikah=65)+((2)]= 1597
wafat: 13 Oktober 1676, Kotagede Yogyakarta
Cucu-cucu

Peralatan pribadi
Bahasa lain