Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III [Hb.2.] b. 20 Februari 1769 d. 3 November 1814
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Hamengku Buwono II |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III [Hb.2.] |
Nama lainnya | Raden Mas Surojo |
Orang Tua
♂ 4. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono II [Hb. 1.4] [Hamengku Buwono I] b. 7 Maret 1750 d. 3 Januari 1828 ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton [Gp.Hb.2] [?] b. 1750 d. Juli 1820 |
Momen penting
20 Februari 1769 lahir: Yogyakarta
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Sosrodipuro [Hb.3.29] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Mangunnegoro [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Sosrowinoto [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Hadinegoro [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Sumodipuro [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Notodiningrat [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Mangundirjo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Teposono [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Joyosundargo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Suryadi [Hb.3.27] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Suryodipuro II [Hb.3.26] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Sosrodiningrat [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Hadi Suryo / Bendoro Raden Mas Ambiyo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Suryowijoyo [Hb.3.14] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Sosronegoro [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Prawirohatmojo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Hadisuryo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Danukusumo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Wiryokusumo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Kartonadi [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Mangkuwijoyo [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Bahusentono [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Suryodipuro [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Dipowiyono [Hb.3.30] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Sosrowinoto II [Hb.3.31] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Ronowinoto [Hb.3.32] [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♂ Pangeran Ngabehi [Hamengku Buwono III]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Mangundrono [Hamengku Buwono III]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Murtiningsih [Ga.Hb.3.21] [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Hadiningdiah [Ga.Hb.3.22] / Bendoro Raden Ajeng Ratnadimurti [Hamengku Buwono I]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Mindarsih [?]
perkawinan: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.1.?] / Gusti Kanjeng Ratu Hageng [Gp.Hb.3.1] [Hamengku Buwono I]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Mangkorowati [Ga.Hb.3.1] [Hamengku Buwono] b. 1770 d. 7 Oktober 1852
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Dewaningrum [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Lesmonowati ? (Ratu Kencono) [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Kusumodiningrum [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Mulyoningsih [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Puspitosari [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Mulyosari [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Puspitoningsih [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Puspitolangen [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Kalpikowati [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Surtikowati [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Panukmowati [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Madrasah [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Padmowati [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Wido [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Doyopurnomo [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Puspowati [?]
perkawinan: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Hemas [Gp.Hb.3.1] ? (Prawirodirjo) [?]
perkawinan: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Wadhan [Gp.Hb.3.3] [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Sasmitoningsih [Ga.Hb.3.19] [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Renggoasmoro [Ga.Hb.3.20] [?]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Hadiningsih [Ga.Hb.3.23] [?]
11 November 1785 kelahiran anak: Yogyakarta, ♂ Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar [Hamengku Buwono III] b. 11 November 1785 d. 8 Januari 1855
1786? kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Hadinegoro / Bendoro Pangeran Haryo Suryengalogo [Hamengku Buwono III] b. 1786?
1790 kelahiran anak: ♂ Bendoro Pangeran Haryo Purwodiningrat / Bendoro Pangeran Haryo Suryobrongto [Hamengku Buwono III] b. 1790
3 April 1804 kelahiran anak: Yogyakarta, ♂ Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono IV [Hb.III.18] / Gusti Raden Mas Ibnu Jarot (Sinuhun Jarot) [Hamengku Buwono III] b. 3 April 1804 d. 6 Desember 1822
31 Desember 1808 gelar: Yogyakarta, Raja Putro Narendro Pangeran Adipati Anom Amangkunegoro (Pangeran Wali)
1810 - 28 Desember 1811 gelar: Yogyakarta
12 Juni 1812 - 3 November 1814 gelar: Yogyakarta, Sultan of Yogyakarta, 3rd
3 November 1814 wafat: Yogyakarta
Catatan-catatan
Official Link Adm :Ir. H. Hilal Achmar Nama aslinya adalah Raden Mas Surojo, putra Hamengkubuwana II yang lahir pada tanggal 20 Februari 1769. Pada bulan Desember 1810 terjadi serbuan tentara Belanda terhadap Keraton Yogyakarta sebagai kelanjutan dari permusuhan antara Hamengkubuwana II melawan Herman Daendels.
Hamengkubuwana II diturunkan secara paksa dari takhta. Herman Daendels kemudian mengangkat Raden Mas Surojo sebagai Hamengkubuwana III berpangkat regent, atau wakil raja. Ia juga menangkap dan menahan Pangeran Notokusumo saudara Hamengkubuwana II di Cirebon.
Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut jajahan Belanda terutama Jawa. Kesempatan ini dipergunakan oleh Hamengkubuwana II untuk naik takhta kembali dan menurunkan Hamengkubuwana III sebagai putra mahkota. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Desember 1811.
Kemudian terjadi permusuhan antara Hamengkubuwana II melawan Thomas Raffles, yaitu kepala pemerintahan Inggris di Jawa. Pertempuran terjadi di Keraton Yogyakarta, di mana Thomas Raffles membuang Hamengkubuwana II ke Pulau Penang, dan mengangkat kembali Hamengkubuwana III sebagai raja.
Akibat pertempuran tersebut, Kesultanan Yogyakarta harus menerima konsekuensi, antara lain:
Yogyakarta harus melepaskan daerah Kedu, separuh Pacitan, Japan, Jipang dan Grobogan kepada Inggris dan diganti kerugian sebesar 100.000 real setiap tahunnya. Angkatan perang Yogyakarta diperkecil dan hanya beberapa tentara keamanan keraton saja. Sebagian daerah kekuasaan keraton diserahkan kepada Pangeran Notokusumo yang berjasa mendukung Thomas Raffles, dan diangkat menjadi Paku Alam I.
Pemerintahan Hamengkubuwana III berakhir pada saat meninggalnya, yaitu tanggal 3 November 1814. Ia digantikan putranya yang masih anak-anak sebagai Hamengkubuwana IV. Sementara itu putra tertuanya yang lahir dari selir bernama Pangeran Diponegoro kelak melancarkan perang terhadap Belanda pada tahun 1825 – 1830.
Sri Sultan Hamengkubuwana III (lahir di Yogyakarta, 20 Februari 1769 – meninggal di Yogyakarta, 3 November 1814 pada umur 45 tahun) adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah dalam dua periode, yaitu tahun 1810 – 1811 dan 1812 – 1814.
Kepustakaan
M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Pada 1814, Hamengku Buwono III meninggal. Pangeran Djarot, yang baru berusia 13 tahun, diangkat menjadi Hamengku Buwono IV. Praktis kendali kekuasaan dikuasai Patih Danurejo IV -seorang pro Belanda dan bahkan bergaya hidup Belanda. Perlahan kehidupan kraton makin menjauhi suasana yang diharapkan Diponegoro. Apalagi setelah adiknya, Hamengku Buwono IV meninggal pada 1822. Atas inisiatif Danurejo pula, Pangeran Menol yang baru berusia 3 tahun dinobatkan menjadi raja. Makin berkuasalah Danurejo. Saran-saran Diponegoro tak digubris. Danurejo dan Residen Yogya A.H. Smissaert malah berencana membuat jalan raya melewati tanah Diponegoro di Tegalrejo. Tanpa pemberitahuan, mereka mematok-matok tanah tersebut. Para pengikut Diponegoro mencabutinya. Diponegoro minta Belanda untuk mengubah rencananya tersebut. Juga untuk memecat Patih Danurejo. Namun, pada 20 Juli 1825, pasukan Belanda dan Danurejo IV mengepung Tegalrejo. Diponegoro telah mengungsikan warga setempat ke bukit-bukit Selarong. Di sana, ia juga mengorganisasikan pasukan. Pertempuran pun pecah. Upaya damai dicoba dirintis. Belanda dan Danurejo mengutus Pangeran Mangkubumi -keluarga kraton yang masih dihormati Diponegoro. Namun, setelah berdialog, Mangkubumi justru memutuskan bergabung dengan Diponegoro. Gubernur Jenderal van der Capellen memperkuat pasukannya di Yogya. Namun 200 orang tentara itu, termasuk komandannya Kapten Kumsius, tewas di Logorok, Utara Yogya, atas terjangan pasukan Diponegoro di bawah komando Mulyosentiko. Dalam pertikaian ini, dua kraton Surakarta -Paku Buwono dan Mangkunegoro- berpihak pada Belanda. Pasukan pimpinan Tumenggung Surorejo dapat menghancurkan pasukan bantuan Mangkunegoro. Di Magelang, pasukan Haji Usman, Haji Abdul Kadir mengalahkan tentara Belanda dan Tumenggung Danuningrat. Danuningrat tewas di pertempuran itu. Di Menoreh, Diponegoro sendiri memimpin pertempuran yang menewaskan banyak tentara Belanda dan Bupati Ario Sumodilogo. Markas Prambanan diduduki. Meriam-meriam Belanda berhasil dirampas. Di daerah Bojonegoro-Pati-Rembang, pihak Belanda ditaklukkan pasukan rakyat Sukowati pimpinan Kartodirjo. Pertahanan Belanda di Madiun dihancurkan pasukan Pangerang Serang dan Pangeran Syukur. Belanda kemudian mendatangkan pasukan Jenderal van Geen yang terkenal kejam di Sulawesi Selatan. Dalam pertempuran di Dekso, Sentot Alibasyah menewaskan hampir semua pasukan itu. Van Geen, Kolonel Cochius serta Pangeran Murdoningrat dan Pangeran Panular lolos. Murdoningrat dan Panular kembali menyerang Diponegoro. Kali ini bersama Letnan Habert. Di Lengkong, mereka bentrok. Habert tewas di tangan Diponegoro sendiri. Pasukan Surakarta yang sepakat melawan Diponegoro dihancurkan di Delanggu. Benteng Gowok yang dipimpin Kolonel Le Baron, jatuh dalam serbuan 15-16 Oktober 1826. Diponegoro tertembak di kaki dan dada dalam pertempuran itu. Pasukan Sentot Alibasyah yang tinggal selangkah merebut kraton Surakarta dimintanya mundur. Tujuan perang, kata Diponegoro, adalah melawan Belanda dan bukan bertempur sesama warga. Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya. Pemberontakan Paderi di Sumatera Barat, untuk sementara dibiarkan. Sekitar 200 benteng telah dibangun untuk mengurangi mobilitas pasukan Diponegoro. Perlahan langkah tersebut membawa hasil. Dua orang panglima penting Diponegoro tertangkap. Kyai Mojo tertangkap di Klaten pada 5 Nopember 1828. Sentot Alibasyah, dalam posisi terkepung, menyerah di Yogya Selatan pada 24 Oktober 1829. Diponegoro lalu menyetujui tawaran damai Belanda. Tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro disertai lima orang lainnya (Raden Mas Jonet, Diponegoro Anom, Raden Basah Martonegoro, Raden Mas Roub dan Kyai Badaruddin) datang ke kantor Residen Kedu di Magelang untuk berunding dengan Jenderal De Kock. Mereka disambut dengan upacara militer Belanda. Dalam perundingan itu, Diponegoro menuntut agar mendapat "kebebasan untuk mendirikan negara sendiri yang merdeka bersendikan agama Islam." De Kock melaksanakan tipu muslihatnya. Sesaat setelah perundingan itu, Diponegoro dan pengikutnya dibawa ke Semarang dan terus ke Betawi. Pada 3 Mei 1830, ia diasingkan ke Manado, dan kemudian dipindahkan lagi ke Ujungpandang (tahun 1834) sampai meninggal. Di tahanannya, di Benteng Ujungpandang, Diponegoro menulis "Babad Diponegoro" sebanyak 4 jilid dengan tebal 1357 halaman.
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_III -
- ↑ http://kusumanugraha.blogspot.com/2011/02/pangeran-diponegoro-putra-sultan.html -
- ↑ http://bumicuekcommunity.wordpress.com/2011/07/24/silsilah-lengkap-raja-raja-keraton-ngayogyakarta-hadiningrat/ -
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
perkawinan: ♀ Raden Ayu Srie Berie Budjang
perkawinan: ♀ Kanjeng Ratu Kencana / Ratu Mas (Raden Ayu Sukiya/Subiya)
perkawinan: ♀ Ratu Mas Wirasmoro , Kertasura
gelar: 15 Agustus 1726 - 1742, Kartasura, Raja Kasunanan Kartasura
perkawinan: ♀ Raden Ayu Tembelek
perceraian: ♀ Raden Ayu Tembelek
perkawinan: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo
perceraian: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo
gelar: 1745 - 11 Desember 1749, Surakarta, Raja Susuhunan Surakarta Ke-I
wafat: 20 Desember 1749, Surakarta
perkawinan: ♂ Pangeran Cakraningrat IV / Panembahan Siding Kaap (Raden Jurit)
wafat: 1738
perkawinan: ♀ Raden Ayu Tembelek
wafat: 30 November 1736
perkawinan: ♀ Raden Ayu Buminoto , Kertasura
perkawinan: ♀ Mursalah ? (Gegulu, Hadiwongso)
perkawinan: ♀ Surati
perkawinan: ♀ Raden Ayu Gelang
wafat: 4 Juni 1744
perkawinan: ♂ Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono)
wafat: 24 Maret 1792
wafat: 1784, dimakamkan di Pemakaman Taman
lahir: 21 Maret 1764, Yogyakarta
gelar: 28 Januari 1812 - 31 Desember 1829, Yogyakarta, Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I [1812-1829]
wafat: 31 Desember 1829, Yogyakarta
wafat: 1819
gelar: ~ 1810, Yogyakarta, Pangeran Muhamad Abubakar
wafat: 28 Agustus 1807
wafat: 30 Juli 1826, Nglengkong, Sleman
penguburan: Agustus 1758, Imogiri, Yogyakarta
wafat: 1815
perkawinan: ♀ Raden Ayu Mangkudiningrat ? (Raden Ayu Kustinah)
wafat: 13 Maret 1824?, Ambon
perkawinan: ♀ 2. Bendoro Raden Ayu Nuryani / Bendoro Raden Ayu Abdu'l Arifin Hadiwijoyo
wafat: 30 Juli 1826, Nglengkong-Sleman, Termasuk dalam Daftar Panglima Perang Pangeran Diponegoro, (wafat pada 30 Juli 1826, dalam sebuah penyergapan Belanda didaerah Nglengkong-Sleman, Royal.Ark)
perkawinan: ♂ Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III [Hb.2.]
wafat: 7 Oktober 1852, Yogyakarta
perkawinan: ♂ Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III [Hb.2.]
perkawinan: ♂ Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar , Keraton Yogyakarta
gelar: 18 Februari 1825, Tegalrejo
wafat: 28 Februari 1827, Yogyakarta
perkawinan: ♂ Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar , Yogyakarta
perkawinan: ♂ Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar
wafat: 1885, Makasar
perkawinan: ♀ Raden Ayu Adipati Danurejo [Hb.3.4.3]
wafat: 1844, Yogyakarta, Dimakamkan di Mlangi, sebelah utara Demakijo
pekerjaan: 11 Februari 1847 - 17 November 1879, Yogyakarta, Patih Dalem Kerajaan Mataram Yogyakarta bergelar Danurejo V