8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa b. 8 Desember 1711 d. 20 Desember 1749
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Pakubuwono II |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa |
Orang Tua
♂ Prabu Amangkurat IV (Mangkurat Jawi) / Raden Mas Suryaputra (Prabu Mangkurat Jawa) [Amangkurat IV] d. 20 April 1726 ♀ Kanjeng Ratu Kencana / Kanjeng Ratu Amangkurat [Gp.Am.4.5] (Kanjeng Ratu Ageng) [Sunan Kudus] | |
Halaman-wiki | [[1]] |
Momen penting
8 Desember 1711 lahir: Surakarta
kelahiran anak: ♂ Kanjeng Susuhunan Pakubuwono III / Raden Mas Suryadi [Pakubuwono III] d. 26 September 1788
kelahiran anak: ♀ Ratu Alit ? (Pakubuwono II) [Pakubuwono II]
kelahiran anak: ♂ Raden Tumenggung Kertomenggolo [Pakubuwono II]
kelahiran anak: ♂ Kanjeng Raden Tumenggung Joyonegoro [Pakubuwono II]
perkawinan: ♀ Raden Ayu Srie Berie Budjang [?]
10 Juni 1726 perkawinan: ♀ Kanjeng Ratu Kencana / Ratu Mas (Raden Ayu Sukiya/Subiya) [Pakubuwono I]
Agustus 1726 perkawinan: Kertasura, ♀ Ratu Mas Wirasmoro [?] d. 15 Januari 1728
15 Agustus 1726 - 1742 gelar: Kartasura, Raja Kasunanan Kartasura
Februari 1732 perkawinan: ♀ Raden Ayu Tembelek [Pakubuwono I]
1736 perceraian: ♀ Raden Ayu Tembelek [Pakubuwono I]
Juli 1738 perkawinan: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo [Amangkurat III] b. 1723
1739 perceraian: ♀ Raden Ajeng Sumila / Raden Ayu Suryowikromo [Amangkurat III] b. 1723
1740 kelahiran anak: Pasuruan, Lahir di Desa Groedo, distrik Kraton - Pasuruan. Level 1 = Putera PB II Kartosuro/Amangkurat Djowo bin PB I/Pangeran Puger bin Sultan Agung (Pangeran Rangsang) bin Sunan Sedokrapyak; , ♂ Kyai Adipati Nitiadiningrat I / Raden Garudo (Groedo) / Raden Bagus Ngabei Soemodrono [Pakubuwono II] b. 1740
1745 - 11 Desember 1749 gelar: Surakarta, Raja Susuhunan Surakarta Ke-I
20 Desember 1749 wafat: Surakarta
Catatan-catatan
Sri Susuhunan Pakubuwana II (lahir: Kartasura, 1711 – wafat: Surakarta, 1749) adalah raja terakhir Kasunanan Kartasura yang memerintah tahun 1726 – 1742 dan menjadi raja pertama Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 1745 – 1749.
Awal Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Prabasuyasa, putra Amangkurat IV dari permaisuri keturunan Sunan Kudus. Ia dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1711.
Pakubuwana II naik takhta tanggal 15 Agustus 1726 dalam usia 15 tahun. Karena masih sangat muda, beberapa tokoh istana bersaing untuk menguasainya. Para pejabat Kartasura pun terbagi menjadi dua kelompok, yaitu golongan yang bersahabat dengan VOC dipelopori Ratu Amangkurat (ibu suri), dan golongan anti VOC dipelopori Patih Cakrajaya.
Tokoh penting lain adalah Arya Mangkunegara kakak Pakubuwana II {lain ibu} yang dulu terlibat Perang Suksesi Jawa Kedua, namun menyerah dan diampuni ayahnya (Amangkurat IV). Kini ia menjadi tokoh kuat yang dibenci Patih Cakrajaya. Pada tahun 1728 Cakrajaya berhasil menjebaknya seolah ia berselingkuh dengan istri Pakubuwana II. Atas desakan Pakubuwana II, VOC terpaksa membuang Arya Mangkunegara ke Srilangka, kemudian ke Tanjung Harapan.
Pada tahun 1732 terjadi perselisihan antara Pakubuwana II dengan Patih Cakrajaya (yang juga bergelar Danureja). Pakubuwana II meminta VOC membuang patihnya itu tahun 1733. Tentu saja VOC melaksanakan permintaan tersebut dengan senang hati. Sebagai patih baru ialah Natakusuma yang ternyata juga anti VOC.
Hubungan Pakubuwana II dengan VOC pada awalnya memang cukup baik. Pakubuwana II secara rutin mengangsur hutang-hutang biaya perang sejak zaman kakeknya, Pakubuwana I dahulu.
Geger Pacinan Pemberontakan orang-orang Cina yang juga dikenal dengan nama Geger Pacinan pada Oktober 1740 menjadi penyebab runtuhnya Kartasura. Peristiwa ini dipicu oleh pembantaian warga Cina oleh masyarakat Eropa di Batavia atas izin Adriaan Valckenier, gubernur jenderal VOC saat itu.
Warga Cina yang selamat menyingkir ke timur melancarkan aksi penyerbuan terhadap pos-pos VOC yang mereka temui. Pakubuwana II didesak kaum anti VOC supaya mendukung pemberontakan Cina. Maka, pada bulan November 1741 Pakubuwana II pun mengirim 20.000 prajurit membantu kaum pemberontak mengepung kantor VOC di Semarang. Sebelumnya, ia juga menumpas garnisun VOC yang bertugas di Kartasura bulan Juli 1741.
Jatuhnya Kartasura Cakraningrat IV bupati Madura (barat) adalah ipar Pakubuwana II namun membenci pemerintahan Kartasura yang dianggapnya bobrok. Ia menawarkan diri membantu VOC asalkan dibantu lepas dari Kartasura. VOC terpaksa menerima tawaran itu.
Keadaan pun berbalik. Kaum Cina dipukul mundur. Pakubuwana II menyesal telah memusuhi VOC yang kini unggul setelah dibantu Madura. Perdamaian pun dijalin.[[ Kapten Baron von Hohendorff]] tiba di Kartasura bulan Maret 1742 sebagai wakil VOC menandatangani perjanjian damai dengan Pakubuwana II.
Perdamaian ini membuat para pemberontak sakit hati. Mereka mengangkat raja baru, yaitu Raden Mas Garendi (cucu Amangkurat III yang baru berusia 12 tahun) dengan gelar Amangkurat V alias Sunan Kuning (karena memimpin kaum kulit kuning). Mayoritas pemberontak kini bukan lagi kaum Cina, melainkan orang-orang Jawa anti VOC, yang semakin banyak bergabung.
Pada bulan Juni 1742 Patih Natakusuma yang anti VOC dibuang Pakubuwana II. Para pemberontak membalas dengan menyerbu Kartasura secara besar-besaran. Pakubuwana II dan von Hohendorff pun melarikan diri ke Ponorogo.
Mendirikan Surakarta Cakraningrat IV berhasil merebut Kartasura bulan Desember 1742 dan mendesak VOC agar Pakubuwana II dibuang saja karena dinilai tidak setia. Namun VOC menolak permintaan itu karena Pakubuwana II masih bisa dimanfaatkan. Cakraningrat IV terpaksa menyerahkan Kartasura karena khawatir VOC batal membantu kemerdekaan Madura.
Pakubuwana II kembali ke Kartasura bulan November 1743. Sebelumnnya, Sunan Kuning telah tertangkap pada bulan Oktober. Perjanjian dengan VOC semakin memberatkan Pakubuwana II. Selain hutang atas biaya perang yang wajib dilunasi, raja juga dilarang mengangkat putra mahkota dan patih tanpa mendapat persetujuan VOC terlebih dahulu.
Karena istana Kartasura sudah hancur, Pakubuwana II memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala, yang bernama Surakarta. Istana baru ini ditempatinya mulai tahun 1745.
Keadaan Surakarta Belum Aman Posisi Cakraningrat IV makin kuat. Ia banyak merebut daerah-daerah di Jawa Timur dalam penumpasan Geger Pacinan. Daerah-daerah tersebut ingin dimasukkannya ke dalam wilayah Madura, namun ditolak VOC.
Cakraningrat IV akhirnya memberontak pula. VOC secara resmi memerangi bekas sekutunya itu pada Februari 1745. Beberapa bulan kemudian Cakraningrat IV terdesak dan melarikan diri ke Banjarmasin. Namun, sultan negeri itu justru menangkap dan menyerahkannya kepada VOC. Cakraningrat IV pun dibuang ke Tanjung Harapan.
Sisa-sisa pendukung pemberontakan Cina yang masih bertahan adalah Raden Mas Said putra Arya Mangkunegara. Pakubuwana II mengumumkan sayembara berhadiah tanah Sokawati untuk siapa saja yang berhasil merebut daerah itu dari tangan Mas Said.
Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II memenangkan sayembara itu tahun 1746. Ia dulu juga ikut mendukung pemberontakan Cina, namun kembali ke istana dan diterima Pakubuwana II. Saingan politiknya, yaitu Patih Pringgalaya membujuk raja supaya tidak menyerahkan hadiah sayembara tersebut.
Muncul pula[[ Baron van Imhoff]] gubernur jenderal VOC yang memperkeruh suasana. Ia datang ke Surakarta mendesak Pakubuwana II agar menyewakan daerah pesisir kepada VOC dengan harga 20.000 real tiap tahun. Pangeran Mangkubumi menentang hal itu. Terjadilah pertengkaran di mana Baron van Imhoff menghina Mangkubumi di depan umum.
Akhir Pemerintahan Pakubuwana II Pangeran Mangkubumi sakit hati dan meninggalkan Surakarta untuk bergabung dengan Mas Said sejak Mei 1746. Meletuslah perang saudara yang oleh para sejarawan disebut Perang Suksesi Jawa Ketiga.
Di tengah panasnya suasana perang, Pakubuwana II jatuh sakit akhir tahun 1749. Baron von Hohendorff, kawan lamanya yang kini menjabat gubernur pesisir Jawa bagian timur laut, tiba di Surakarta sebagai saksi VOC atas jalannya pergantian raja. Pakubuwana II bahkan menyerahkan kedaulatan kerajaan secara penuh kepada von Hohendorff.
Perjanjian pun ditandatangani tanggal 11 Desember 1749 sebagai titik awal hilangnya kedaulatan Kasunanan Surakarta ke tangan Belanda. Sejak itu, hanya VOC yang berhak melantik raja-raja keturunan Mataram (Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman). Peraturan ini terus berlaku sampai zaman kemerdekaan Indonesia.
Pakubuwana II akhirnya meninggal dunia akibat sakitnya itu tanggal 20 Desember 1749, dan digantikan putranya yang bergelar Pakubuwana III.
Catatan Pakubuwana III melanjutkan Perang Suksesi Jawa III melawan kaum pemberontak, yaitu:
1.Pangeran Mangkubumi, pamannya, kelak bergelar Hamengkubuwana I. 2.Raden Mas Said, sepupunya, kelak bergelar Mangkunegara I.
[sunting] Sumber-sumber
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
wafat: 1703
wafat: 22 Februari 1719, Kertasura
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Kuning
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Dewi
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Ragil
perkawinan: ♀ Dewi Retno Nawangwulan
gelar: 1749, Diangkat menjadi Bupati Nayaka dengan gelar Raden Tumenggung Aroeng Binang oleh Susuhunan Pakubuwono III
wafat: 1719, Imogiri, Yogyakarta
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Asmorowati
perkawinan: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kencono
perkawinan: ♀ BR Tiarso
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Sawerdi
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Mindoko [G.Hb.1.6]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Jumanten [G.Hb.1.8]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Wilopo [G.Hb.1.9]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Ratnawati [G.Hb.1.10]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Tandawati [G.Hb.1.12]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Tisnawati [G.Hb.1.13]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Turunsih
perkawinan: ♀ Bandara Mas Ayu Ratna Puryawati [G.Hb.1.15]
perkawinan: ♀ Bendoro Radin Ayu Doyo Asmoro [G.Hb.1.16]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Gandasari [G.Hb.1.17]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Srenggara
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Karnokowati [G.Hb.1.18]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Setiowati [G.Hb.1.19]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Padmosari [G.Hb.1.20]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Sari [G.Hb.1.21]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Pakuwati [G.Hb.1.22]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Citrakusumo [G.Hb.1.23]
perkawinan:
perkawinan: ♀ 2. Mas Roro Juwati / Raden Ayu Beruk / KRK Kadipaten / KRK Ageng / KRKTegalraya (Kanjeng Ratu Mas)
perkawinan: ♀ 4. Bendoro Raden Ayu Handayahasmara / Mbak Mas Rara Ketul
perkawinan: ♀ Raden Ayu Wardiningsih
gelar: 29 November 1730 - 13 Februari 1755, Kartasura, Pangeran Mangkubumi
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Cindoko [G.Hb.1.11] , Yogyakarta
gelar: 13 Februari 1755 - 24 Maret 1792, Yogyakarta
wafat: 24 Maret 1792, Imogiri, Yogyakarta
gelar: 10 November 2006, Jakarta, Pahlawan Nasional RI
perkawinan: ♂ Pangeran Cakraningrat IV / Panembahan Siding Kaap (Raden Jurit)
wafat: 1738
perkawinan: ♀ Raden Ayu Tembelek
wafat: 30 November 1736
perkawinan: ♀ Raden Ayu Buminoto , Kertasura
perkawinan: ♀ Mursalah ? (Gegulu, Hadiwongso)
perkawinan: ♀ Surati
perkawinan: ♀ Raden Ayu Gelang
wafat: 4 Juni 1744
perceraian: ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa
perkawinan: ♂ 14. Gusti Pangeran Hario Buminoto / Raden Mas Saidun (Raden Mas Karaton)
perkawinan: ♂ Gusti Pangeran Haryo Teposono (Gusti Pangeran Mangkudiningrat) , Kertasura
perkawinan: ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa , Kertasura
wafat: 15 Januari 1728, Imogiri, Yogyakarta
perkawinan: ♂ Raden Tumenggung Nitinegoro (Kyai Ngabei Wongsonegoro)
perkawinan: ♂ Susuhunan Paku Buwono I Pangeran Puger
perkawinan: ♂ Kyai Adipati Nitiadiningrat I / Raden Garudo (Groedo) / Raden Bagus Ngabei Soemodrono
perkawinan: ♀ Raden Ayu Rawoeh
pekerjaan: Bupati Sidoarjo Th.1763-1783 Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokari. Sidokare d
perkawinan: ♀ Raden Ayu Rame
perkawinan: ♀ putri Panembahan Tjakraningrat
perkawinan: ♀ Putri (1) Ngabei Wangsengsari
perkawinan: ♀ Raden Ayu Rame
perkawinan: ♀ Raden Ajeng Roekminah / R Ayu Bawoon
pekerjaan: 1770 - 1815, Probolinggo, Bupati Banger/Probolinggo Karena ketangguhannya maka mendapat nama gelar : Djimat
wafat: Probolinggo, Dimakamkan dibelakang Masjid Probolinggo, tanpa cungkup diberi warna kuning.
perkawinan: ♂ Raden Adipati Nitiadiningrat II / Raden Bei Notokoesoemo
perkawinan: ♂ Raden Panji Djayeng / Raden Adipati Notoadiningrat
pekerjaan: Bupati Kanoman di Surabaya, Th.1758-1785
perkawinan: ♀ Raden Ayu Sepi / Raden Ayu Gremis
wafat: Wafat di Surabaya, dimakamkan di Sentono Botoputih - Surabaya
perkawinan: ♀ Raden Ajeng Roekminah / R Ayu Bawoon
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Doyorogo [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Nilaresmi ? (Bendoro Raden Ayu Wiryakrama)
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Pujaningsih [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton [Gp.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Herowati [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Sumarsonowati
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Rantamsari [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Sukarso [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Mironosari [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ayu Kulon [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Gondowati [Ga.Hb.2]
perkawinan: ♀ Bendoro Mas Ayu Citrosari [Ga.Hb.2] / Bendoro Mas Ayu Citrowati
perkawinan:
perkawinan: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Hemas [Gp.Hb.2] , Yogyakarta
gelar: Maret 1792 - 1799, Yogyakarta, Ngarsodalem Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono II
gelar: 1811 - 19 Juni 1812, Yogyakarta, Sultan Sepuh
gelar: 18 Agustus 1826 - 3 Januari 1828, Yogyakarta, Sultan Sepuh
wafat: 3 Januari 1828, Yogyakarta