14.1.1.1. Panembahan Maulana Hasanuddin b. 1478 d. 1570

Dari Rodovid ID

Orang:70694
Langsung ke: panduan arah, cari
Marga (saat dilahirkan) Kesultanan Banten
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) 14.1.1.1. Panembahan Maulana Hasanuddin
Nama lainnya Pangeran Sabakingkin
Orang Tua

14.1.1. Maulana Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati II) [Sunan Gunung Djati II] b. 1448 d. 1568

Nyai Ratu Kawunganten [Pajajaran]

[1][2][3][4]

Momen penting

1478 lahir: Cirebon

kelahiran anak: 4.1.1.1.9. Ratu Terpenter [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.8. Ratu Keben [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.8. Pangeran Sabrang Lor [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.10. Ratu Biru [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.11. Ratu Ayu Arsanengah [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.15. Pangeran Sabrang Wetan [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.14. Ratu Ayu Kamudarage [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.13. Tumenggung Wilatikta [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.12. Pangeran Pajajaran Wado [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.7. Pangeran Pringgalaya [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.6. Pangeran Pajajaran [Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.5. Pangeran Suniararas / Syekh Tajul Arsy al-Bantani [Kasultanan Banten]

kelahiran anak: 4.1.1.1.3. Syarifah Fatimah / Ratu Winahon II [Banten]

kelahiran anak: 14.1.1.1.1. Panembahan Maulana Yusuf [Kesultanan Banten] d. 1585

kelahiran anak: 4.1.1.1.2. Syarifah Khadijah [Cirebon]

kelahiran anak: 4.1.1.1.4. Pangeran Arya Japara [Banten]

kelahiran anak: (Poss) Child of Maulana Hasanuddin [Cirebon]

perkawinan: 3.4.1.1.3. Ratu Ayu Kirana [Azmatkhan]

1552 - 1570 gelar: Sultan Banten I

1570 wafat: Banten

Catatan-catatan

Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

Kesultanan Banten 1527-183

Wilayah Banten pada masa Maulana Hasanuddin, yang menguasai Selat Sunda pada kedua sisinya Ibukota Surosowan, Kota Intan Bahasa Sunda, Jawa, Melayu, Arab,[1] Agama Islam Pemerintahan Kesultanan

Sultan
-  1527-1552 sebagai bawahan Demak 
-  1552–1570 ¹ Maulana Hasanuddin 
-  1651–1683 Ageng Tirtayasa 
Sejarah  
-  Serangan atas Kerajaan Sunda 1527 
-  Aneksasi oleh Hindia-Belanda 1813 
   

Artikel ini bagian dari seri Sejarah Indonesia

Garis waktu sejarah Indonesia Sejarah Nusantara

Prasejarah 
Kerajaan Hindu-Buddha 
Kutai (abad ke-4) 
Tarumanagara (358–669) 
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7) 
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13) 
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) 
Kerajaan Medang (752–1006) 
Kerajaan Kahuripan (1006–1045) 
Kerajaan Sunda (932–1579) 
Kediri (1045–1221) 
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) 
Singhasari (1222–1292) 
Majapahit (1293–1500) 
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15) 
Kerajaan Islam 
Penyebaran Islam (1200-1600) 
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521) 
Kesultanan Ternate (1257–sekarang) 
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825) 
Kesultanan Malaka (1400–1511) 
Kerajaan Inderapura (1500-1792) 
Kesultanan Demak (1475–1548) 
Kesultanan Kalinyamat (1527–1599) 
Kesultanan Aceh (1496–1903) 
Kesultanan Banten (1527–1813) 
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677) 
Kesultanan Mataram (1588—1681) 
Kesultanan Siak (1723-1945) 
Kerajaan Kristen 
Kerajaan Larantuka (1600-1904) 
Kolonialisme bangsa Eropa 
Portugis (1512–1850) 
VOC (1602-1800) 
Belanda (1800–1942) 
Kemunculan Indonesia 
Kebangkitan Nasional (1899-1942) 
Pendudukan Jepang (1942–1945) 
Revolusi nasional (1945–1950) 
Indonesia Merdeka 
Orde Lama (1950–1959) 
Demokrasi Terpimpin (1959–1965) 
Masa Transisi (1965–1966) 
Orde Baru (1966–1998) 
Era Reformasi (1998–sekarang) 

Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.

Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati[2] berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.

Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.


Pembentukan awal

De Stad Bantam, lukisan cukilan lempeng logam (engraving) karya François Valentijn, Amsterdam, 1726[3] Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.[4]

Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.[5]

Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana,[6] Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570[7] melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579. Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.[8]

Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, ia menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I tahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles I.[1]

[sunting] Sumber-sumber

  1. http://abatasya.net/content/view/29/30/ -
  2. http://cippad.usc.edu/ai/uploaded_files/History/Type0/File1/busana%20adat%20pengantin.pdf -
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten -
  4. http://serang-banten.blogspot.com/2009/08/silsilah-sultan-banten.html -

Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
3. Retna Ayu Mrana
lahir: 1422c
22. Prabu Surawisésa / Munding Laya Dikusuma (Ratu Samiam)
lahir: 1465c, Dikalkulasi usianya 70 thn, naik tahta pada usia 56 tahun, menikah 1492
perkawinan: Dewi Kinawati ? (Dewi Kania)
gelar: 1521 - 1535, Pajajaran, Bogor, Raja Pajajaran Ke 2
wafat: 1535
8. Raden Tenga
lahir: 1432c
9. Rd. Ceumeut / Raden Meumeut (Raden Ameut)
lahir: 1434c
penguburan: Desa Sindangwasa kecamatan Palasah Jatiwangi KM 51/54 Majalengka
10. R. Ne-Eukeun
lahir: 1436c
14. Prabu Layakusumah
perkawinan: 2. Nyi Putri Buniwangi/ Nyi Rambut Kasih
pekerjaan: ~ 1444, Cicurug, Sukabumi, Raja Keprabuan Pakuan Raharja
7. Dewi Surawati
lahir: 1430c
14.4. Syarif Sulaiman
gelar: Raja Baghdad
20. Prabu Pucuk Umum (Raja Banten) / Prabu Sena Pakuan
lahir: 1461c
gelar: c, Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang.
Kakek-nenek
Orang Tua
Orang Tua
 
== 3 ==
14.1.1.1. Panembahan Maulana Hasanuddin
lahir: 1478, Cirebon
perkawinan: 3.4.1.1.3. Ratu Ayu Kirana
gelar: 1552 - 1570, Sultan Banten I
wafat: 1570, Banten
== 3 ==
Anak-anak
14.1.1.1.1. Panembahan Maulana Yusuf
gelar: 1570 - 1582, Banten, Sultan Banten II
wafat: 1585
Anak-anak
Cucu-cucu
Raden Arya Darmawangsa
lahir: Versi : Malaysia
14.1.1.1.1.14. Panembahan Sultan Maulana Muhammad Nashruddin
gelar: 1585 - 1596, Banten, Sultan Banten III
wafat: 1596, Palembang
Cucu-cucu

Peralatan pribadi
Bahasa lain