Sri Maharaja Rakai Panangkaran / Sailendrawangsatilaka (Tejahpurnapane Panamkarana)

Dari Rodovid ID

Orang:322830
Langsung ke: panduan arah, cari
Marga (saat dilahirkan) Sunda-Galuh
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) Sri Maharaja Rakai Panangkaran / Sailendrawangsatilaka
Nama belakang lainnya Tejahpurnapane Panamkarana
Orang Tua

Rakryan Sanjaya / Rakryan Jambri / Rakryan Mataram (Prabu Harisdarma / Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya) [Sunda] d. 754

Déwi Sudiwara [Kalingga]

Halaman-wiki wikipedia:Rakai_Panangkaran

Momen penting

kelahiran anak: w Samaragwira / Sri Maharaja Rakai Warak (Raja Medang IV) [Syailendra]

770? gelar: Medang, Mataram, Prabu Medang II bergelar Sri Maharaja Rakai Panangkaran Dyah Pancapana

Catatan-catatan

Maharaja Rakai Panangkaran menempati urutan kedua dalam daftar raja-raja Kerajaan Medang versi prasasti Mantyasih. Namanya ditulis setelah Sanjaya, yang diyakini sebagai pendiri kerajaan tersebut. Prasasti ini dikeluarkan oleh Maharaja Dyah Balitung pada tahun 907, atau ratusan tahun sejak masa kehidupan Rakai Panangkaran.

Sementara itu, prasasti yang berasal dari zaman Rakai Panangkaran adalah prasasti Kalasan tahun 778. Prasasti ini merupakan piagam peresmian pembangunan sebuah candi Buddha bernama Tarabhavanam (Buana Tara) untuk memuja Dewi Tara. Pembangunan ini atas permohonan para guru raja Sailendra. Dalam prasasti itu Rakai Panangkaran dipuji sebagai Sailendrawangsatilaka atau “permata Wangsa Sailendra”. Candi yang didirikan oleh Rakai Panangkaran tersebut sekarang dikenal dengan sebutan Candi Kalasan.

Periode pemerintahannya ditandai dengan giatnya pembangunan candi-candi beraliran Buddha Mahayana di kawasan Dataran Prambanan. Selain candi Kalasan, berapa candi yang diperkirakan dibangun atas prakarsa Rakai Panangkaran antara lain Candi Sari yang dikaitkan sebagai wihara pendamping Candi Kalasan, Candi Lumbung, Prasada Vajrasana Manjusrigrha (Candi Sewu), dan Abhayagiri Vihara (kompleks Ratu Boko).[1]

Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M menyebutkan tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana (Rakai Panangkaran) mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara, yang dikaitkan dengan kompleks Ratu Boko. Diperkirakan Raja Panangkaran telah wafat sebelum Candi Sewu dan Abhayagirivihara rampung, sehingga ia tidak sempat menyaksikan beberapa karyanya (Candi Sewu)


Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
Demunawan / Seuweukarma (Rahingtang Kuku)
gelar: 11 April 732, Kuningan, Raja Kuningan I bergelar Rahingtang Kuku
Bratasenawa / Prabu Sanna
perkawinan: Sannaha
perkawinan: Dewi Citrakirana
gelar: 709 - 716, Galuh, Raja Galuh Ke 3 dengan gelar Prabu Bratasenawa
Kakek-nenek
Orang Tua
Rakryan Sanjaya / Rakryan Jambri / Rakryan Mataram (Prabu Harisdarma / Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya)
perkawinan: Tejakancana / Nay Sekarkancana (Nay Sekarkancana)
perkawinan: Déwi Sudiwara
gelar: 723 - 732, Raja Sunda II / Raja Medang I / Raja Galuh IV bergelar Maharaja Bimaparakarma Prabu Maheswara Sarwajitrasatu Yudapurnajaya
wafat: 754
Orang Tua
 
== 3 ==
Sri Maharaja Rakai Panunggalan / Dharanindra (Indra / Maharaja Wisnu)
gelar: ~ 782, Medang, Mataram, Prabu Medang III bergelar Sri Sanggrama Dhananjaya
Sri Maharaja Rakai Panangkaran / Sailendrawangsatilaka (Tejahpurnapane Panamkarana)
gelar: 770?, Medang, Mataram, Prabu Medang II bergelar Sri Maharaja Rakai Panangkaran Dyah Pancapana
== 3 ==
Anak-anak
Samaragwira / Sri Maharaja Rakai Warak (Raja Medang IV)
gelar: ~ 800, Medang, Mataram, Prabu Medang IV
Anak-anak
Cucu-cucu
Sri Maharaja Samarottungga / Samaratungga (Maharaja Rakai Garung)
perkawinan: Dewi Tara
gelar: 792 - 835, Medang, Mataram, Prabu Medang IV
pensiun: 835
Balaputradewa / Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni (Sriwijaya)
gelar: 860, Prabu Sriwijaya, Sriwijaya
Cucu-cucu

Peralatan pribadi