7. Ki Ageng Enis / Ki Ageng Luwih (Bagus Henis) d. 1503

Dari Rodovid ID

Orang:25697
Langsung ke: panduan arah, cari
Marga (saat dilahirkan) Brawijaya
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) 7. Ki Ageng Enis / Ki Ageng Luwih
Nama belakang lainnya Bagus Henis
Nama lainnya Ki Ageng Lawiyan
Orang Tua

Ki Ageng Sela / Abdurrahman II (Bagus Sogam) [Brawijaya]

1.1.1.1. Nyai Ageng Selo II / Roro Kinasih / Nyai Bicak [Azmatkhan]

[1]

Momen penting

kelahiran anak: Ki Ageng Karotangan [Pagergunung]

perkawinan: Nyai Ageng Ngenis [Ngenis]

1501 kelahiran anak: Sultan Trenggana wafat 1546, Panembahan Senapati turut serta dalam Sayembara menangkap Arya Panangsang dalam usia sekitar 18 tahun, Senapati lahir (1546-18+2=1530) pada tahun 1530. Pemanahan lahir (1530-29=1501) pada tahun 1501, Ki Ageng Pemanahan / Bagus Kacung (Kyai Gede Mataram) [Brawijaya] b. 1501 d. 1575?

1503 wafat:

Catatan-catatan

Pendiri Kraton Mataram adalah penembahan senopati. Dalam menjalankan pemerintahan-Nya, Dia selalu mendapat bimbingan spritual dari sunan Kali Jaga. Pada tahun 1568, Joko Tingkir naik tahta dikerajaan Pajang dan bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukan direstui oleh Sunan Giri, seorang wali sekaligus penasehat politi Jawa yang tinggal dikewalian Giri, Gresik Jawa bagian Timur. Sultan Hadiwijaya yang arif dan bijaksana itu segera mendapat pengakuan dari Adipati-Adipati diseluruh Jawa Tengah dan Jawa timur. Sedangkan salah seorang anak sultan Prawoto yaitu Arya Panggiri diangkat menjadi Adipati Demak. Dalam usahanya untuk menegakkan kekuasaan Pajang, Sultan Hadiwijaya harus berhadapan dengan Adipati Jipang, Arya Penangsang, putra sinuwun Sekar seda Lepen yang tidak rela tahta Demak diambil oleh Sultan Hadiwijaya, karena Ia menantu Sultan Trenggana. Sultan Hadiwijaya membuat strategi jitu untuk menghadapinya. Ia percaya bahwa dirinya akan mampu mengalahkan, walaupun tidak mudah. Arya Penangsang terkenal memiliki senjata ampuh, yaitu keris setan kober yang selalu menggetarkan dan mencundangi musuh. Kemudian atas nasehat para pini sepuh, Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat mengalahkan Arya Penangsang akan mendapatkan hadiah tanah Pati dan Mataram.Ahirnya Arya Penangsang bisa dikalahkan Oleh Danang Sustawijaya, Putra Pemanahan. Karena kesuksesannya ini merupakan strategi Pemanahan dan Penjawi, Maka Sultan Hadi Wijaya memberikan hadiah tanah itu kepada mereka. Penjawi mendapatkan tanah Pati sebuah kadipaten dipesisir utara dan Pemanahan mendapatkan Tanah Mataram yang masih berupa hutan Memtaok. Menurut sisilah, Pemanahan adalah putra dari Ki Ageng Enis cucu Kiageng Sela. Alas Mentaok berada disekitar Kota Gede Yogyakarta. Pemanahan kemudian lebih dikenal dengan Ki Gede Mataram. Berdasarkan ramalan Sunan Giri, Mataram kelak akan menjadi sebuah kerajaan yang besar, sehingga hal itu membuat Sultan Pajang mengulur-ulur waktu untuk menyerahkan tanah Mataram ke Ki Pemanahan. Atas nasehat Ki Juru mertani, agar Pemanahan agar segera menghadap Sunan Kalijaga. Sunan Kali Jaga memberikan fatwa bahwa Sultan Hadiwijaya adalah benar, seorang raja harus konsisten, sabda pandita ratu tan kena wola wali. Sunan Kalijaga juga menasehati agar Ki Pemanahan menepati janji untuk tidak memberontak kepada Pajang. Atas jasa Sunan Kalijaga inilah Mataram diserahkan kepada Ki Pemanahan.

Kerajaan Mataram berkembang pesat,namun Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia pada tahun 1575, sebelum menikmati hasilnya. Kemudian usahanya diteruskan sang anak yaitu Danang Sustawijaya. Beliau terkenal ahli strategi perang dengan julukan Senopati Ing Alaga. Dan menjadi Raja dengan gelar Panembahan Senopati (1575-1601). (http://banyumataramkasampurnan.blogspot.com/2010/11/sunan-kali-jaga-guru-para-raja-mataram.html)

Foto: Makam Ki Ageng Henis (tengah). Sebelah kanan adalah makam Nyai Ageng Pati, istri dari Ki Penjawi yang merupakan putra dari Ki Ageng Henis. Yang kiri adalah makam Nyai Ageng Pandanaran. (http://www.harianjogja.com/tag/ki-ageng-henis/)

[sunting] Sumber-sumber

  1. http://asalsilahipunparanata.blogspot.com/ -

Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
1. Ki Ageng Wonosobo /Syeh Ngabdullah
wafat: Plobangan-Selomerto-Wonosobo
Kakek-nenek
Orang Tua
Orang Tua
 
== 3 ==
== 3 ==
Anak-anak
Ki Ageng Pemanahan / Bagus Kacung (Kyai Gede Mataram)
lahir: 1501, Sultan Trenggana wafat 1546, Panembahan Senapati turut serta dalam Sayembara menangkap Arya Panangsang dalam usia sekitar 18 tahun, Senapati lahir (1546-18+2=1530) pada tahun 1530. Pemanahan lahir (1530-29=1501) pada tahun 1501
perkawinan: Nyai Ageng Pamanahan / Nyai Sabinah
pekerjaan: tahun 1556 Ki Ageng Pemanahan di beri hadiah tanah di daerah MATARAM yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yg kini sudah menjadi hutan. Di tanah inilah Ki Ageng Pemanahan mulai menata struktur kerajaan baru yg pada saat berdirinya dimulai oleh putranya yaitu Panembahan Senopati.
wafat: 1575?, Mataram, Yogyakarta
Anak-anak
Cucu-cucu
Raden Ayu Retno Dumilah
lahir: Level 2 = Cucu ke 10 dari Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 10 Pangeran Timur / Pangeran Maskumambang Diputus Ayahnya : 188342
perkawinan: Kanjeng Panembahan Senapati /Danang Sutawijaya (Raden Bagus Sutawijaya)
pekerjaan: 1586 - 1590, Bupati Madiun Ke 2
11. Pangeran Gagak Baning / Pangeran Gagak Pranolo (Bupati Pajang)
gelar: 1588 - 1591, Pajang, Adipati Pajang
wafat: 1591, Astana Kota Gede
Raden Ayu Reno Dumilah
lahir: Putri ke 10 Pangeran Timur, Sultan Trenggono
perkawinan: 9. Pangeran Singasari / Raden Santri
18. Nyai Ageng Suwakul
lahir: Wafat dimakamkan di Astana Lawiyan.
Cucu-cucu

Peralatan pribadi
Bahasa lain