2. Bratalegawa / Dewa Bratalegawa, / Haji Purwa Atau Haji Baharudin Al-Jawi
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Sunda |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | 2. Bratalegawa / Dewa Bratalegawa, / Haji Purwa Atau Haji Baharudin Al-Jawi |
Nama lainnya | Haji Purwa |
Orang Tua
♂ Prabu Bunisora (Prabu Kuda Lalean) [Sunda-Galuh] d. 1371 |
Momen penting
1337 bermukim: Ciamis, Indonesia
Catatan-catatan
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang
Bratalegawa
Bratalegawa, Dewa Bratalegawa, Haji Purwa atau Haji Baharudin Al-Jawi adalah orang Sunda pertama yang tercatat memeluk agama Islam.[1] Ia adalah seorang pangeran dan saudagar dari Kerajaan Galuh, putra dari raja Bunisora dan sepupu dari Dyah Pitaloka Citraresmi. Keterangan ini tercantum dalam Carita Parahyangan.[1] Sumber-sumber lain mengenai Bratalegawa dan tokoh Islam di tatar Sunda terdahulu berasal dari Carita Purwaka Caruban Nagari, juga naskah-naskah tradisi Cirebon seperti Wawacan Sunan Gunung Jati, Wawacan Walangsungsang, dan Babad Cirebon.
Bratalegawa atau ‘Haji Purwa’ merupakan putra kedua Prabu Guru Panggandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Buni Sora penguasa kerajaan Galuh. Dia memilih hidup sebagai seorang saudagar besar sehingga banyak berpergian ke daerah atau ke negeri lain, seperti Sumatera, Semenanjung Melayu, Campa, Cina, Sri Langka, India, Persia, dan Arab. Di negara-negara tersebut ia menjalin persahabatan dan persaudaraan sehingga banyak sahabat dan perkenalannya, baik sesama saudagar maupun pejabat setempat.
Di Gujarat, India, ia mempunyai sahabat dan rekan dalam berniaga bernama Muhammad. Muhammad mempunyai anak gadis bernama Farhana dan Bratalegawa menjatuhkan pilihannya kepada gadis itu untuk dijadikan istri. Bratalegawa kemudian memeluk agama Islam dan mengawini Farhanah. Lalu mereka berdua menunaikan ibadah haji di Makkah, dan Bratalegawa berganti nama menjadi Haji Baharuddin al Jawi.[2]
Ketika kembali ke Galuh, tempat asal Bratalegawa, mereka mengujungi Ratu Banawati, adik bungsunya yang sudah menjadi istri salah seorang raja bawahan Galuh, dengan tujuan untuk membujuk Ratu agar memeluk agama Islam. Usaha tersebut gagal. Setelah itu mereka bertolak pindah ke Cirebon tempat kakak laki-laki Bratalegawa berkuasa. Usaha untuk mengajak kakaknya pun gagal. Kegagalan tersebut tidak membuat hubungan darah diantara mereka menjadi putus. Terkadang Bratalegawa ikut membantu saudaranya bila dibutuhkan. Di Galuh, Bratalegwa dan istrinya tercatat sebagai orang Islam dan haji pertama oleh karena itu ia kemudian dikenal dengan gelar Haji Purwa (Purwa berarti pertama).
Silsilah
Bratalegawa adalah putra kedua dari Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata, atau lebih dikenal dengan nama Bunisora (berkuasa 1357-1371), penguasa kerajaan Galuh sekitar abad ke-13. Bunisora menggantikan kakaknya yang bernama Prabu Maharaja Linggabuana (berkuasa 1350-1357). Linggabuana gugur saat terjadi insiden Perang Bubat antara kerajaan Galuh dan Majapahit di tahun 1357. Dikarenakan anak Linggabuana, Anggalarang, masih sangat muda saat Linggabuana gugur, takhta kerajaan Galuh dipegang sementara oleh Bunisora sampai ia menyerahkan takhta kembali kepada keponakannya.[2]
Interaksi Awal dengan Islam
Sebagai seorang saudagar, Bratalegawa banyak melakukan perjalanan perdagangan ke luar daerah Nusantara. Ia mulai mengenal Islam saat melakukan perjalanan ke India (Kesultanan Delhi), dimana ia mulai berinteraksi dengan para pedagang Arab yang juga berdagang disana. Ia lalu masuk Islam dan menikah dengan seorang muslimah dari Gujarat bernama Farhana binti Muhammad.[3] Keduanya lalu berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, dimana Bratalegawa kemudian mengganti namanya menjadi Haji Baharudin al-Jawi.[4] Sebagai orang dari Galuh yang pertama kali menjalankan ibadah haji, ia selanjutnya dikenal dengan julukan haji purwa (purwa dalam bahasa sunda berarti awal-mula atau terdahulu).[5][6]
Penyebaran Islam di Tatar Sunda
Bratalegawa dan keluarganya pulang ke Kawali, ibukota Galuh di tahun 1337, dimana ia mencoba untuk menyebarkan Islam di kalangan istana. Ia mencoba untuk mengislamkan saudara kandungnya, Giri Dewanti dan Ratu Banawati, namun ajakannya tersebut ditolak oleh kedua saudara kandungnya.[1] Dikarenakan pengaruh Hindu yang masih sangat kuat di tatar Sunda, Bratalegawa memutuskan untuk keluar dari Kawali dan menetap di Caruban Girang (sekarang Kab. Cirebon) yang masih bagian dari wilayah Galuh, dimana penyebaran Islam yang dilakukan olehnya disana cukup berhasil.[3] Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Bratalegawa di Caruban Girang menghasilkan terbentuknya komunitas muslim pesisir pertama di wilayah tatar Sunda, dimana Caruban Girang atau Cirebon sepeninggalnya menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah Kerajaan Sunda dan Galuh.[7]
[sunting] Sumber-sumber
- ↑ https://id.wikipedia.org/wiki/Bratalegawa#:~:text=Bratalegawa%2C%20Dewa%20Bratalegawa%2C%20Haji%20Purwa,ini%20tercantum%20dalam%20Carita%20Parahyangan. -
- ↑ http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/17/1105.htm -
- ↑ https://ganaislamika.com/penyebaran-islam-di-tanah-sunda-2-para-perintis/ -
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

wafat: 4 September 1357, Perang Bubat