Kanjeng Susuhunan Pakubuwono VII / Raden Mas Malikis Solikin (Pangaran Adipati Purbaya) b. 28 Juli 1796 d. 28 Juli 1858
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Pakubuwono IV |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | Kanjeng Susuhunan Pakubuwono VII / Raden Mas Malikis Solikin |
Nama belakang lainnya | Pangaran Adipati Purbaya |
Orang Tua
♂ Kanjeng Susuhunan Pakubuwono IV / Raden Mas Subadya (Sunan Bagus) [Pakubuwono IV] b. 2 September 1768 d. 2 Oktober 1820 | |
Halaman-wiki | [[1]] |
Momen penting
28 Juli 1796 lahir: Surakarta
kelahiran anak: ♀ Gusti Raden Ajeng Maknowiyah (Gusti Raden Ayu Suryaningrat) [Pakubuwono VII]
perkawinan: ♀ Ratu Kencana [Pakubuwono III]
perkawinan: ♀ Ratu Paku Buwono [Madura]
perkawinan: ♀ Raden Ayu Retnodiluwih [Joyoningrat]
14 Juni 1830 - 28 Juli 1858 gelar: Surakarta, [[Special:Titleline/Susuhunan Surakarta Ke-VII [1830–1858]|Susuhunan Surakarta Ke-VII [1830–1858]]]
28 Juli 1858 wafat: Surakarta
Catatan-catatan
Sri Susuhunan Pakubuwana VII (lahir di Surakarta, 28 Juli 1796 – meninggal di Surakarta, 28 Juli 1858 pada umur 62 tahun) adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 1830 – 1858.
Nama aslinya ialah Raden Mas Malikis Solikin, putra Pakubuwana IV yang lahir dari permaisuri Raden Ayu Sukaptinah alias Ratu Kencanawungu. Ia dilahirkan tanggal 28 Juli 1796.
Pakubuwana VII naik takhta tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, yaitu Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon oleh Belanda. Saat itu Perang Diponegoro baru saja berakhir. Masa pemerintahan Pakubuwana VII relatif damai apabila dibandingkan masa raja-raja sebelumya. Tidak ada lagi bangsawan yang memberontak besar-besaran secara fisik setelah Pangeran Diponegoro. Jika pun ada hanyalah pemberontakan kecil yang tidak sampai mengganggu stabilitas keraton.
Keadaan yang damai itu mendorong tumbuhnya kegiatan sastra secara besar-besaran di lingkungan keraton. Masa pemerintahan Pakubuwana VII dianggap sebagai puncak kejayaan sastra di Kasunanan Surakarta dengan pujangga besar Ranggawarsita sebagai pelopornya. Hampir sebagian besar karya Ranggawarsita lahir pada masa ini. Hubungan antara raja dan pujangga tersebut juga dikisahkan sangat harmonis.
Pakubuwana VII juga menetapkan undang-undang yang berlaku sampai ke pelosok negeri, bernama Anggèr-anggèr Nagari. Selain itu, pada masanya dirilis pula pranata mangsa versi Kasunanan yang dimaksudkan menjadi pedoman kerja bagi petani dan pihak-pihak terkait dengan produksi pertanian. Pranata mangsa versi Kasunanan ini banyak dianut petani di wilayah Mataraman hingga diperkenalkannya program intensifikasi pertanian di awal 1970-an.
Pemerintahannya berakhir saat kematiannya pada tanggal 28 Juli 1758. Karena tidak memiliki putra mahkota, Pakubuwana VII digantikan oleh kakaknya (lain ibu) bergelar Pakubuwana VIII yang naik takhta pada usia 69 tahun.
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
gelar: Dan setrusnya menjadi PANCER dari keturunannya ( Trah Kyai Adipati Nitidiningrat - Pasuruan )
perkawinan: ♀ Garwo Padmi [ Putri Dari Tjakraadiningrat V, Nama Tidak Tercatat ]
gelar: 27 Juli 1751 - 8 November 1799, Pasuruan, Bupati Pasuruan I bergelar Kyai Adipati Nitiadiningrat I
perkawinan: ♀ Raden Ayu Sosrokusumo / Ratu Kencana
perkawinan: ♀ Ratu Mas / Kanjeng Ratu Ageng
gelar: 10 Februari 1820 - 5 September 1823, Surakarta, Bergelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono V
wafat: 5 September 1823, Surakarta
perkawinan: ♀ Bendoro Raden Ajeng Ngaisah
gelar: 17 Agustus 1858, Surakarta, Susuhunan Surakarta Ke-VII
wafat: 28 Desember 1861, Surakarta
penguburan: Astana Gadingan Bawah, Kalasan, Sleman
wafat: 1882, Surakarta