2. Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger (Raden Mas Drajat) d. 1719
Dari Rodovid ID
Marga (saat dilahirkan) | Mataram |
Jenis Kelamin | Pria |
Nama lengkap (saat dilahirkan) | 2. Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger |
Nama belakang lainnya | Raden Mas Drajat |
Nama lainnya | Pangeran Haryo Kartasura |
Orang Tua
♂ 6. Sunan Prabu Amangkurat Agung / Susuhunan Ing Alaga (Raden Mas Sayidin) [Mataram] b. 24 Juni 1619 d. 13 Juli 1677 |
Momen penting
kelahiran anak: ♂ Kyai Adipati Nitiadiningrat I Raden Garudo (groedo) [Pakubuwono]
kelahiran anak: ♂ Tumenggung Honggowongso / Tumenggung Arungbinang I Joko Sangrib (Kentol Surawijaya / Hangabehi Hangawangsa) [Arungbinang]
kelahiran anak: ♂ Pangeran Adipati Purbaya / Gusti Panembahan Purbaya (Raden Mas Sasangka) [Pakubuwono I] d. 11 November 1726
kelahiran anak: ♂ Gusti Pangeran Haryo Adipati Diponegoro Madiun / Raden Mas Papak (Panembahan Eru Chokro Senopati Panatagama) [Pakubuwono I] d. 1720
kelahiran anak: ♂ Gusti Bendoro Pangeran Haryo Blitar / Sultan Ibnu Mustafa Paku Buwana (Raden Mas Sudhomo) [Pakubuwono I] d. September 1721
kelahiran anak: ♂ Gusti Pangeran Haryo Pamot [Pakubuwono I]
kelahiran anak: ♂ Gusti Pangeran Haryo Prangwedono / Raden Mas Ontowiro (Raden Mas Kawa) [Pakubuwono I]
kelahiran anak: ♀ Gusti Kanjeng Ratu Timur [Pakubuwono I]
kelahiran anak: ♀ Bendoro Raden Ayu Ronggo Prawirodirjo [Pakubuwono I]
kelahiran anak: ♀ Gusti Bendoro Raden Ajeng Demes / Kanjeng Ratu Maduretno (Gusti Kanjeng Ratu Ayunan) [Pakubuwono I]
kelahiran anak: ♀ Gusti Bendoro Raden Ayu Mataun [Pakubuwono I]
kelahiran anak: ♂ Gusti Raden Mas Suryokusumo / Gusti Pangeran Haryo Ngabehi Salor ing Pasar (Raden Mas Sudhiro) [Pakubuwono] d. 1737
kelahiran anak: ♀ Raden Ayu Himpun [Pakubuwono]
kelahiran anak: ♀ Bandoro Raden Ayu Manis [Paku Buwono ke I Kasunanan Kartosuro, lahir dari Mas Ayu Tjondrowati dari Jurug-Solo]
kelahiran anak: ♂ Prabu Amangkurat IV (Mangkurat Jawi) / Raden Mas Suryaputra (Prabu Mangkurat Jawa) [Amangkurat IV] d. 20 April 1726
kelahiran anak: ♂ Raden Mas Sengkuk [Mataram]
kelahiran anak: ♀ Raden Ayu Lembah [Pakubuwono] d. 1700
kelahiran anak: ♂ Pangeran Diposonto / Ki Ageng Notokusumo / Raden Martataruna (Raden Mas Mesir) [Pakubuwono I] d. 1719
perkawinan: ♀ 1. Ratu Mas Blitar / Ratu Pakubuwono [Mataram] d. 5 Januari 1732
perkawinan: ♀ Raden Ajeng Sendhi [?]
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Tejawati [?]
perkawinan: ♀ Mas Ajeng Retnowati [?] d. 22 Februari 1719
perkawinan: ♀ Mas Ayu Tjondrowati [?]
6 Juli 1704 - 1719 gelar: Kartasura, Sultan Mataram VI MATARAM KE 6, Sunan Kartasura III bergelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ingalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatulah Tanah Jawa
1719 wafat:
Catatan-catatan
Pangeran Puger
Pangeran Puger (lahir: Mataram, ? - wafat: Kartasura, 1719) adalah raja ketiga Kasunanan Kartasura yang setelah naik takhta bergelar Sri Susuhunan Pakubuwana I. Ia memerintah pada tahun 1704 - 1719. Naskah-naskah babad pada umumnya mengisahkan tokoh ini sebagai raja agung yang bijaksana. [[Asal-usul]]Nama asli Pangeran Puger adalah Raden Mas Darajat. Ia merupakan putra Sunan Amangkurat I, raja terakhir Kesultanan Mataram yang lahir dari Ratu Wetan atau permaisuri kedua. Ibunya tersebut berasal dari Kajoran, yaitu sebuah cabang keluarga keturunan Kesultanan Pajang.
Mas Darajat pernah diangkat menjadi pangeran adipati anom (putra mahkota), ketika terjadi perselisihan antara Amangkurat I dengan Mas Rahmat. Mas Rahmat adalah kakak tiri Mas Darajat yang lahir dari Ratu Kulon atau permaisuri pertama. Amangkurat I mencopot jabatan adipati anom dari Mas Rahmat dan menyerahkannya kepada Mas Darajat. Namun, ketika Keluarga Kajoran terbukti mendukung pemberontakan Trunajaya tahun 1674, Amangkurat I terpaksa menarik kembali jabatan tersebut dari tangan Mas Darajat.
Perang Di PleredPuncak pemberontakan Trunajaya terjadi pada tahun 1677. Pangeran dari Madura tersebut melancarkan serangan besar-besaran ke ibu kota Kesultanan Mataram yang terletak di Plered. Amangkurat I melarikan diri ke barat dan menugasi Adipati Anom (Mas Rahmat) untuk mempertahankan istana. Namun, Adipati Anom menolak dan memilih ikut mengungsi. Pangeran Puger pun tampil menggantikan kakak tirinya tersebut untuk membuktikan kepada sang ayah bahwa tidak semua anggota Keluarga Kajoran terlibat pemberontakan Trunajaya.
Ketika pasukan Trunajaya tiba di istana Plered, pihak Amangkurat I telah pergi mengungsi. Pangeran Puger pun berjuang menghadapinya. Namun, kekuatan musuh sangat besar. Ia terpaksa menyingkir ke desa Jenar. Di sana Pangeran Puger membangun istana baru bernama Kerajaan Purwakanda. Ia mengangkat diri sebagai raja bergelar Susuhunan Ingalaga.
Trunajaya menjarah harta pusaka keraton Mataram. Ia kemudian pindah ke markasnya di Kediri. Pada saat itulah Sunan Ingalaga kembali ke Plered untuk menumpas sisa-sisa pengikut Trunajaya yang sengaja bertugas di sana. Sunan Ingalaga pun mengangkat dirinya sebagai raja Mataram yang baru.
Perang Saudara Sementara itu Amangkurat I meninggal dunia dalam pengungsiannya di daerah Tegal. ia sempat menunjuk Adipati Anom sebagai raja Mataram yang baru bergelar Amangkurat II. Sesuai wasiat ayahnya tersebut, Amangkurat II pun meminta bantuan VOC - Belanda. pemberontakan Trunajaya akhirnya berhasil ditumpas pada akhir tahun 1679.
Amangkurat II merupakan raja tanpa istana karena Plered telah diduduki Sunan Ingalaga, adiknya sendiri. Ia pun membangun istana baru di hutan Wanakerta, yang diberi nama Kartasura pada bulan September 1680. Amangkurat II kemudian memanggil Sunan Ingalaga supaya bergabung dengannya tapi panggilan tersebut ditolak.
Penolakan tersebut menyebabkan terjadinya perang saudara. Akhirnya, pada tanggal 28 November 1681 Sunan Ingalaga menyerah kepada Jacob Couper, perwira VOC yang membantu Amangkurat II. Sunan Ingalaga pun kembali bergelar Pangeran Puger dan mengakui kedaulatan kakaknya sebagai Amangkurat II. Kekalahan Pangeran Puger menandai berakhirnya Kesultanan Mataram yang kemudian menjadi daerah bawahan Kasunanan Kartasura. Meskipun demikian, naskah-naskah babad tetap memuji keberadaan Pangeran Puger sebagai orang istimewa di Kartasura. Yang menjadi raja memang Amangkurat II, namun pemerintahan kasunanan seolah-olah berada di bawah kendali adiknya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah-naskah babad ditulis pada zaman kekuasaan raja-raja keturunan Pangeran Puger.
Kamatian Kapten TackAmangkurat II berhasil naik takhta berkat bantuan VOC, namun disertai dengan perjanjian yang memberatkan pihak Kartasura. Ketika keadaan sudah tenang, Patih Nerangkusuma yang anti Belanda mendesaknya supaya mengkhianati perjanjian tersebut. Pada tahun 1685 Amangkurat II melindungi buronan VOC bernama Untung Suropati. Kapten Francois Tack datang ke Kartasura untuk menangkapnya. Amangkurat II pura-pura membantu VOC.
Namun diam-diam, ia juga menugasi Pangeran Puger supaya menyamar sebagai anak buah Untung Suropati. Dalam pertempuran sengit yang terjadi di sekitar keraton Kartasura pada bulan Februari 1686, sebanyak 75 orang tentara VOC, tewas ditumpas pasukan Untung Suropati. Pasukan Untung Suropati berhasil membunuh Kapten Tack yang tidak berhasil turun dari kudanya.
Pengungsian Ke SemarangAmangkurat II meninggal dunia pada tahun 1703. Takhta Kartasura jatuh ke tangan putranya yang bergelar Amangkurat III. Menurut Babad Tanah Jawi, ketika Pangeran Puger datang melayat, ia melihat kemaluan jenazah kakaknya "berdiri". Dari ujung kemaluan muncul setitik cahaya yang diyakini sebagai wahyu keprabon. Barang siapa mendapatkan wahyu tersebut, maka ia akan menjadi raja Tanah Jawa. Pangeran Puger pun menghisap sinar tersebut tanpa ada seorang pun yang melihat. Sejak saat itu dukungan terhadap Pangeran Puger berdatangan karena banyak yang tidak menyukai tabiat buruk Amangkurat III. Hubungan antara paman dan keponakan tersebut pun diwarnai ketegangan. Kebencian Amangkurat III semakin bertambah ketika Raden Suryokusumo putra Puger memberontak. Pada puncaknya, yaitu bulan Mei 1704 Amangkurat III mengirim pasukan untuk membinasakan keluarga Puger.
Namun Pangeran Puger dan para pengikutnya lebih dahulu mengungsi ke Semarang. Yang ditugasi mengejar adalah Tumenggung Jangrana, bupati Surabaya. Namun Jangrana sendiri diam-diam memihak Puger sehingga pengejarannya hanya bersifat sandiwara belaka.
Bupati Semarang yang bernama Rangga Yudanegara bertindak sebagai perantara Pangeran Puger dalam meminta bantuan VOC. Kepandaian diplomasi Yudanegara berhasil membuat VOC memaafkan peristiwa pembunuhan Kapten Tack. Bangsa Belanda tersebut menyediakan diri membantu perjuangan Pangeran Puger, tentu saja dengan perjanjian yang menguntungkan pihaknya. Isi Perjanjian Semarang yang terpaksa ditandatangani Pangeran Puger antara lain penyerahan wilayah Madura bagian timur kepada VOC.
Kartasura di rebutPada tanggal 6 Juli 1704 Pangeran Puger diangkat menjadi raja bergelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ingalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatulah Tanah Jawa, atau lazim disingkat Pakubuwana I. Setahun kemudian, yaitu tahun 1705, Pakubuwana I dikawal gabungan pasukan VOC, Semarang, Madura (barat), dan Surabaya bergerak menyerang Kartasura. Pasukan Kartasura yang ditugasi menghadang dipimpin oleh Arya Mataram, yang tidak lain adalah adik Pakubuwana I sendiri. Arya Mataram berhasil membujuk Amangkurat III supaya mengungsi ke timur, sedangkan ia sendiri kemudian bergabung dengan Pakubuwana I.
Dengan demikian, takhta Kartasura pun jatuh ke tangan Pakubuwana I, tepatnya pada tanggal 17 September 1705.
Masa PemerintahanPemerintahan Pakubuwana I dihadapkan pada perjanjian baru dengan VOC sebagai pengganti perjanjian lama yang pernah ditandatangani Amangkurat II. Perjanjian lama tersebut berisi kewajiban Kartasura untuk melunasi biaya perang Trunajaya sebesar 4,5 juta gulden. Sedangkan perjanjian baru berisi kewajiban Kartasura untuk mengirim 13.000 ton beras setiap tahun selama 25 tahun.
Pada tahun 1706 gabungan pasukan Kartasura dan VOC mengejar Amangkurat III yang berlindung di Pasuruan. Dalam pertempuran di Bangil, Untung Surapati yang saat itu menjabat sebagai bupati Pasuruan tewas. Amangkurat III sendiri akhirnya menyerah di Surabaya pada tahun 1708, untuk kemudian dibuang ke Srilangka.
Pada tahun 1709 Pakubuwana I terpaksa menghukum mati Adipati Jangrana bupati Surabaya yang dulu telah membantunya naik takhta. Hukuman ini dilakukan karena pihak VOC menemukan bukti bahwa Jangrana berkhianat dalam perang melawan Untung Surapati tahun 1706. Jangrana digantikan adiknya yang bernama Jayapuspita sebagai bupati Surabaya. Pada tahun 1714 Jayapuspita menolak menghadap ke Kartasura dan mempersiapkan pemberontakan. Pada tahun 1717 gabungan pasukan Kartasura dan VOC bergerak menyerbu Surabaya. Menurut Babad Tanah Jawi, perang di Surabaya ini lebih mengerikan daripada perang di Pasuruan dahulu. Jayapuspita akhirnya kalah dan menyingkir ke Japan (sekarang Mojokerto) tahun 1718.
Akhir HayatSunan Pakubuwana I meninggal dunia pada tahun 1719. Yang menggantikannya sebagai raja Kartasura selanjutnya adalah putranya, yang bergelar Amangkurat IV. Pemerintahan Amangkurat IV ini kemudian dihadapkan pada pemberontakan saudara-saudaranya sesama putra Pakubuwana I, antara lain Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya, dan Pangeran Dipanegara Madiun.
Pangeran Puger Yang Lain Dalam sejarah keluarga Kesultanan Mataram terdapat tokoh lain yang juga bergelar [[Pangeran Puger]]. Salah satunya adalah putra Panembahan Senapati yang lahir dari selir Nyai Adisara, bernama asli Raden Mas Kentol Kejuron. Tokoh ini hidup pada zaman sebelum Pakubuwana I. Pangeran Puger yang ini pernah memberontak pada tahun 1602 - 1604 terhadap pemerintahan adiknya, yaitu Prabu Hanyokrowati (kakek buyut Pangeran Puger Pakubuwana I).
[sunting] Sumber-sumber
Dari kakek nenek sampai cucu-cucu
wafat: 1688, Magelang
wafat: 21 Februari 1659, Kotagede Yogyakarta, Dimakamkan di Pajimatan Imogiri
perkawinan: ♂ 1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang)
perkawinan: ♀ Ratu Pembayun
gelar: 1570 - 1649, Sultan Cirebon IV (1568-1649)
wafat: 1703
gelar: 1703 - 1704, Bupati Madiun Ke 10
wafat: 5 Januari 1732, Kertasura
wafat: 22 Februari 1719, Kertasura
gelar: Kraton Pajang, Senopati Pengawal Raja Kasunanan Kartosuro; Putro Mantu Paku Buwono I Kasunanan Surakarta Riwayat: yang menyelamatkan keluaraga kerajaan Kartosuro dari serangan Belanda (Batavia) dengan kesaktiannya menjebol benteng Keraton Kartosuro ( petilasan lokasi
perkawinan: ♀ Bandoro Raden Ayu Manis
wafat: 1719, Imogiri, Yogyakarta
perkawinan: ♀ Raden Ayu Lembah
perkawinan: ♀ Raden Ayu Himpun
gelar: 1703 - 1705, Kartasura, SULTAN MATARAM KE 6, Sunan Kartasura II Diputus : 52846
wafat: 1734, Ceylon
wafat: 1784, dimakamkan di Pemakaman Taman
perkawinan: ♂ 8. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Gusti Prabu Suyasa , Kertasura
wafat: 15 Januari 1728, Imogiri, Yogyakarta
perkawinan: ♂ Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono)
wafat: 24 Maret 1792
perkawinan: ♂ Sri Sultan Hamengku Buwono I / Pangeran Haryo Mangkubumi (Raden Mas Sujono)
wafat: 17 Oktober 1803, Tegalrejo, Yogyakarta
perkawinan: ♀ Gusti Bendoro Raden Ajeng Demes / Kanjeng Ratu Maduretno (Gusti Kanjeng Ratu Ayunan)
gelar: 1718 - 1746, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat IV
wafat: 1753, Madura, Meninggal saat pengasingan di Sri Langka (Ceylon). Jenazah beliau sudah dipindahkan oleh putranya Pangeran Cakraadiningrat V ke Madura dan dimakamkan di kompleks pemakaman Aermata Eboe.
perkawinan: ♀ 29. Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I. ? (Bendoro Raden Ayu Tongle)
pekerjaan: 13 Februari 1755 - 19 Agustus 1799, Yogyakarta, Pepatih Dalem bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo I
wafat: 19 Agustus 1799, Yogyakarta, Dimakamkan di Pajimatan Imogiri, Kadhaton Kasuwargan