Raden Panji Wanayasa [Senopati.1.1.2] - Keturunan (Inventaris)

Dari Rodovid ID

Orang:920484
Langsung ke: panduan arah, cari
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?+?> Raden Panji Wanayasa [Senopati.1.1.2] [Senopati]
lahir: Versi 2

2

61/2 <1+?+?> 5. Syekh Abdul Muhyi [Brawijaya V]
32/2 <1> 2. Untung Suropati (Tumenggung Wiranegara) [Brawijaya V]
lahir: 1660?
perkawinan: <3> Raden Ayu Gusik Kusuma [Kartasura]
wafat: 17 Oktober 1706, Pasuruan
gelar: 3 November 1975, Jakarta, Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975
UNTUNG SUROPATI adalah pelarian dari Banten, karena telah menghancurkan Pasukan Kuffeler yang akan menjemput Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Benteng Tanjungpura. Untung Suropati menjadi buronan utama Kompeni Belanda. Untung Suropati lari ke Mataram, sambil mengantar istri Pangeran Purbaya ”Gusik Kusuma” pulang ke Kartasura. Sampai di Kartasura Suropati di terima baik oleh Sri Susuhunan Amangkurat II.

Pebruari 1686 Kapten Francois Tack terbunuh oleh Suropati di halaman istana Kartasura, ketika tentara VOC akan menangkap Suropati. Karena takut pada VOC, Amangkurat II merestui Suropati yang di bantu Patih Nerangkusuma (ayah Gusik Kusuma) pergi ke timur untuk merebut Kabupaten Pasuruan (Bupati Anggajaya).

Dalam hal ini rakyat Madiun mendukung Untung Surapati baik berupa harta-benda maupun bantuan prajurit Madiun. Maka VOC mendapat hambatan yang serius ketika melakukan pengejaran Pasukan Surapati ke timur melewati wilayah Madiun, dengan demikian secara langsung Madiun ikut berperang melawan Kompeni Belanda. Banyak pemimpin Madiun yang menjadi senopati perang melawan tentara VOC, diantaranya Sindurejo (kemudian menetap di Ponorogo), Singoyudo kemudian menetap dan menjadi cikal bakal Desa Candi, Bagi Kecamatan Sawahan. Pertempuran di Madiun banyak memakan korban pihak tentara VOC yang pimpin Kapten Zaz.

Tahun 1703 sepeninggal Sri Susuhunan Amangkurat II, terjadi perang suksesi Jawa I (1704-1708), yaitu perang perebutan kekuasaan Kartasura antara Amangkurat III (Sunan Mas) dengan pamannya yaitu, Pangeran Puger. Pangeran Puger kemudian pergi ke Semarang, disana beliau diangkat sebagai Susuhunan oleh para bangsawan dan Pemerintah Belanda.

Bupati Madiun Pangeran Tumenggung Balitar Tumapel wafat karena usia tua, putri sulungnya Raden Ayu Puger menggantikan kedudukan Bupati Madiun, beliau juga membantu mengirim prajurit-prajurit Madiun untuk membantu perjuangan Suropati. Tahun 11 September 1705 suami Bupati Madiun, Pangeran Puger memasuki istana Kartasura, dinobatkan menjadi raja Mataram Kartasura dengan gelar Sri Susuhunan Paku Buwono I, tentunya Raden Ayu Puger mengikuti suaminya bertahta di Kartasura, sebagai penggantinya ditunjuklah saudaranya bernama Pangeran Harya Balitar menjadi Bupati Madiun.

Pada saat itu perang Surapati beralih ke timur, yaitu Pasuruan. Untung Surapati berhasil menduduki tahta Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara. Untuk mengurangi jatuhnya korban, Susuhunan Paku Buwono I memerintahkan Kabupaten Madiun untuk menghentikan perlawanan. Namun sudah terlanjur banyak korban dari Madiun, diantaranya Kyai Ronggo Pamagetan, Tumenggung Surobroto, dan Pangeran Mangkunegara dari Caruban.

Tahun 1705 Pangeran Sunan Mas (Amangkurat III) diusir dari istana Kartasura dan bergabung dengan Untung Surapati di Pasuruan. Tahun 1706 terjadi pertempuran hebat di Bangil, Benteng Untung Surapati dapat dihancurkan oleh prajurit gabungan, Untung Surapati tewas tanggal 17 Oktober 1706. Peperangan masih dilanjutkan oleh putra Suropati yaitu Raden Pengantin, Surapati dan Suradilaga yang di bantu prajurit dari Bali sampai tahun 1708, akhirnya banyak melarikan diri dan bergabung dengan Bupati Jayapuspita di Surabaya, sedangkan Amangkurat III tertangkap dan di buang ke Srilangka.

Setelah perang Suropati selesai, iring-iringan prajurit gabungan Kartasura dan VOC kembali melalui Kertosono, Caruban, Madiun, Ponorogo, Kedawung dan sampai di Kartasura. Setelah perang Trunojoyo dan Suropati, selama hampir 40 tahun keadaan Madiun aman dan tentram, VOC tidak mau ikut campur urusan pemerintahan di Kabupaten Madiun. Bupati yang berkuasa pada waktu itu adalah Pangeran Harya Balitar, dilanjutkan Tumenggung Surowijoyo dan Pangeran Mangkudipuro hingga sampai masa Palihan Nagari.
23/2 <1> 1. Arif Muhammad [Brawijaya V]
44/2 <1> 3. Abdul Manaf [Brawijaya V]
55/2 <1> 4. [Brawijaya V]

3

71/3 <6+2> 3. Syekh Sayyid Faqqih Ibrahim / Sunan Cipager [Azmatkhan]
== HUBUNGAN DENGAN SUNAN WANAPERIH ==

Sunan Wanaperih atau Pangeran Salingsingan atau Raden Aria kikis merupakan putra sulung dari Prabu Pucuk Umum dari Ratu Sunyalarang (putri Sunan Parung, saudara sebapak Ratu Pucuk Umun suami Pangeran Santri) dan menjadi Raja di Kerajaan Talaga Manggung pada tahun 1553-1556 Masehi, Prabu Pucuk Umum atau Raden Rangga Mantri yang merupakan cicit Raja Pajajaran Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja. Sunan Wanaperih mendirikan pesantren tertua di Majalengka serta memindahkan Ibukota Kerajaan Talaga, dari Sangiang ke Wanaperih yang termasuk wilayah Desa Kagok saat ini.

Setelah Ratu Sunyalarang meninggal dunia, Arya Kikis atau Sunan Wanaperih mendirikan pesantren dan mendatangkan guru mengaji Syekh Sayyid Faqih Ibrahim yang merupakan putra Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan Tasikmalaya dikenal dengan Sunan Cipager makamnya berjarak 1 kilometer dari sini atau

Masa-masa pemerintahan Sunan Wanaperih diwarnai dengan perkembangan Islam yang pesat. Pada masa kepemimpinannya seluruh rakyat di Talaga Manggung telah menganut agama Islam dan agama Islam semakin berkembang karena Sunan Wanaperih berputra 6 orang yaitu Dalem Cageur, Dalem Kulanata, Apun Surawijaya, Ratu Radeya, Ratu Putri dan Dalem Wangsa Goparana, keturunannya turut menyebarkan Islam bahkan sampai ke luar wilayah Majalengka.

Ratu Radeya menikah dengan Arya Saringsingan, sedangkan Ratu Putri menikah dengan anak Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan Tasik yaitu Syekh Sayyid Faqqih Ibrahim yang dikenal sebagai Sunan Cipager dan mereka menjadi penyebar Islam disamping putranya Dalem Wangsa Goparana yang pindah ke Sagala Herang Cianjur dan keturunannya menjadi trah Bupati Cianjur seperti Bupati Wiratanudatar I (Dalem Cikundul) dan seterusnya.

Pada tahun 1550 M. Pada generasi kedua masa pemerintahan Islam Talaga, sepeninggal Ratu Parung (Ratu Sunyalarang), Talaga dipimpin oleh Raden Aria Kikis (Sunan Wanaperih) putera kedua Ratu Parung (Ratu Sunyalarang). Arya Kikis adalah seorang Senapati dan Da'i Islam yang handal. Dia mewarisi ketaatan yang tulus, ilmu-ilmu kanuragan dan ilmu-ilmu keislaman dari Sunan Gunung Djati. Salah satu cucu dia adalah Raja Muda Cianjur yang dikenal dengan Kanjeung Dalem Cikundul.

Hubungan Demak dan Cirebon

Diawali dangan ikut campurnya Demak untuk menarik upeti dari Talaga melalui Cirebon, sedangkan kondisi rakyat Kerajaan Talaga yang sangat memerlukan perhatian pemerintah (lagi susah), akhirnya permintaan Cirebon dan Demak untuk menarik upeti dari Talaga "ditolak". Selanjutnya, dengan tiba-tiba saja pasukan Cirebon yang dibantu Demak menyerang Talaga. Dengan demikian terjadilah peperangan hebat antara Pasukan Talaga yang dipimpin langsung oleh Senopati Aria Kikis melawan pasukan penyerobot dari Cirebon dan Demak. Di medan laga sekalipun prajurit-prajurit Kerajaan Talaga yang dibantu ketat oleh puragabaya serta pendekar-pendekar dari padepokan-padepokan dan pesantren-pesantren Islam itu jumlah pasukan dan senjatanya lebih kecil dibanding jumlah serta kekuatan para aggresor, akan tetapi pasukan Talaga dengan penuh semangat dan patriotisme tetap mengadakan perlawanan.

Dengan teriakan dan gaung Allahu Akbar, serentak pasukan Talaga dengan kecepatan dan kesigapan yang luar biasa menerjang lawannya dan terus menerus mengkikis habis para aggressor yang datang menyerang tanpa kesopanan dan tatakrama itu. Syukurlah bahwa akhirnya kekuatan para penyerobot itu dapat dilumpuhkan dan semua pasukan Cirebon dan Demak dapat diusir keluar dari wilayah Kerajaan Talaga

Kesepakatan Keraton Ciburang

Karena peristiwa itu Kanjeng Sinuhun Susuhunan Cirebon, Syarif Hidayatullah serta merta datang ke Talaga dan disambut secara khidmat dan hormat oleh Pangeran Satyapati Arya Kikis, Senapati Kerajaan Talaga, Sang Sunan Wanaperih; tidak urung dengan mendapatkan penghormatan besar dari para prajurit, puragabaya, para pendekar dan rakyat kerajaan Talaga serta Galuh Singacala. Sesuai dengan kesepakatan pada musyawarah di Keraton Ciburang yang diselenggarakan oleh para Raja dari Galuh beberapa waktu yang silam, yang menyatakan bila Kanjeng Waliyullah sendiri mengucapkan titahnya, mereka semua akan tumut kepada Kanjeng Sinuhun Cirebon, Syarif Hidayatullah.

Ternyata kesepakatan di Keraton Ciburang itu dengan takdir Allah terkabul juga. Pada saat itulah Kanjeng Sinuwun Sunan Gunung Jati Cirebon bersabda; Bahwa peperangan itu sungguh ditakdirkan Allah; tetapi bukan merupakan perang agama, sebab di Jawadwipa hanya pernah ada satu perang agama, yaitu antara Demak dan Majapahit. Terjadinya perang Talaga hanya karena tindakan keliru pasukan Cirebon dan Demak. Dalam riwayat lain berkata : “Perang dengan telaga berawal dari masalah sepele, yaitu perselisihan antara Demang Talaga dan Tumenggung ( Caruban ) Kertanegara akibat salah paham. Mereka berkelahi dan Demang Talaga terbunuh dalam perkelahian itu. Kematian Demang Talaga ternyata telah membuat marah Yang Dipertuan Talaga, Prabu Pucuk Umun, dan putera mahkota, Sunan Wanaperih (Pangeran Salingsingan / Raden Aria kikis) . Kabarnya, mereka dihasut oleh Rsi Bungsu, yang menuduh peristiwa tewasnya Demang talaga itu didalangi oleh yang Dipertuan Caruban. Lalu, pasukan Talaga disiapkan untuk menyerbu wilayah Caruban.”

Kemudian Sinuwun Cirebon mendamaikannya dan Sinuwun Syarif Hidayatullah mengizinkan kepada Pangeran Aria Kikis untuk beruzlah dan berkholwat (riyadhah dan mujahadah) di kampungnya yaitu di Leuweung Wana yang selanjutnya disebut Wanaperih, dengan hasrat untuk mendalami hakikat ajaran Agama Islam sedangkan kerajaan Talaga tetap berdiri secara mandiri, adapun kepemimpinannya diayomi oleh Kanjeng Waliyullah, Sunan Gunung Djati.
82/3 <6+2> 1. Syekh Abdullah [Azmatkhan]
93/3 <6+2> 2. Dalem Bojong [Azmatkhan]
104/3 <6+2> 4. Nyi Madya Kusumah [Azmatkhan]
115/3 <6+?> 5. Syekh Kiai Nadzar [Azmatkhan]
126/3 <6+?> 6. Syekh Atam [Azmatkhan]
137/3 <6+?> 7. Nyi Raden Usim [Azmatkhan]
148/3 <6+?> 8. Nyi Raden Arunah [Azmatkhan]
159/3 <6+?> 9. Nyi Raden Ayu Chatisah [Abdul Muhyi]
1610/3 <6+1> 10. Kiai Bagus Muhammad [Azmatkhan]
1711/3 <6+1> 11. Nyi Raden Siti [Azmatkhan]
1812/3 <6+1> 12. Nyi Raden Ajeng [Azmatkhan]
1913/3 <6+?> 13. Nyi Raden Candra [Azmatkhan]
2014/3 <6+?> 14. Nyi Raden Ajeng Enur [Azmatkhan]
2115/3 <6+?> 15. Nyi Raden Jabaniah [Azmatkhan]
2216/3 <6+?> 16. Nyi Raden Ajeng Nidor [Azmatkhan]
2317/3 <6+?> 17. Raden Bagus Atim [Azmatkhan]
2418/3 <6+?> 18. Raden Ali Akbar [Azmatkhan]
2519/3 <3> Raden Arya Suradilaga [Surapati] 2620/3 <3> Raden Pengantin [Surapati]
2721/3 <3> Raden Surapati [Surapati]

4

281/4 <25+5> Raden Museng / Raden Adipati Arya Soeroadiningrat III [Cakraningrat IV]
pekerjaan: Regent Sedayu 1816 - 1855
292/4 <15+?> 2. Raden Sura Jaya [Jaya Sentika]
lahir: 1756, Barugbug, Ciomas, Banten
303/4 <7+4> Wargakusumah [Majalengka]

5

311/5 <28> Raden Adipati Arya Soeroadiningrat IV [Cakraningrat IV]
pekerjaan: Regent Sedayu 1855 - 1884
322/5 <29> Raden Irfan [Jaya Sentika]
333/5 <30> Radja Larang . [Sumedang Larang]

6

341/6 <31> Raden Adipati Arya Soeroadiningrat V / Kanjeng Sepuh Jombang (Bupati Jombang I) [Kasepuhan]
pekerjaan: Regent (Bupati) Sedayu 1884 - 1910, lalu pindah ke Jombang dan menjadi Bupati Jombang I 1910 - 1930
perkawinan: <8> Raden Ayu Maemunah [Suryowinoto I]
R.A.A Soeroadiningrat merupakan keturunan ke-15 dari Prabu Brawijaya V, Raja terakhir Majapahit. Menurut silsilah, R.A.A. Soeroadiningrat, dalam silsilah disebutkan R.A.A. Soeroadiningrat V (Bupati Jombang I) adalah putera dari R.A.A. Soeroadiningrat IV (Regent Sedayu, 1855-1884). R.A.A. Soero adiningrat IV merupakan keturunan langsung Raden Museng atau R.A. A. Soeroadiningrat III (Regent Sedayu, 1816-1855). Raden Museng adalah keturunan dari Ratu Anom dan Raden Arya Suradilaga (Patih Panembahan Madura). Ratu Anom merupakan puteri Tjakraningrat IV (1718-1745 ). Tjakraningrat IV keturunan dari Raden Undakan atau Tjakraningrat II (Panembahan Madura,1648-1707 dan Bupati-Wedana Bangwetan,1705-1707). Raden Undakan putera dari Raden Prasena atau Tjakraningrat I (Adipati Madura, 1624 -1648). Raden Prasena putera Raden Kara (Pangeran Tengah Arosbaya, Bangkalan, 1592-1621). Raden Kara putra Raden Pratanu (Pangeran Lemah luhur/Lemahdu wur, Arosbaya, Bangkalan, 1531-1592). Raden Pratanu putra Ki Pragalba (Pangeran Palakaran, Bangkalan). Ki Pragalba putra Ki Demung (Demang Palakaran, Kota-Anyar, Arosbaya, Bangkalan). Ki Demung putra Nyi Ageng Buda. Nyi Ageng Bud a putri Aria Pratikel/Pabekel (Madekan, Sampang). Aria Pratikel putra Aria Menger (Madekan, Sampang). Aria Menger putra Raden Lembu Peteng (Madekan, Sampang, Madura). Raden Lembu Peteng putra Prabu Brawijaya V (Kertawijaya/Bra Tumapel, 1447-1478) dengan Kanjeng Ratu Handarawati (Putri Cempa). Masa kecil Raden Adipati Arya Soeroadiningrat bernama Bagus Badrun.
352/6 <32> Raden Chidir [?]

7

361/7 <34+8> Raden Ayu Badarijah [Cakraningrat IV]
puteri dari Raden Adipati Arya Suroadiningrat, Bupati Sedayu, dan th,1910 Bupati Jombang (Kanjeng Sepuh), pensiun Th 1930, wafat di Sampang Madura (sedo murco).
372/7 <35> Rd. H. Moch. Adam [Chidir]
383/7 <35> Rd. H. Suta Asria [Chidir]

8

391/8 <36+9> Raden Ayu Satarinah (Jeng Wiek) [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
perkawinan: <10> Raden Suwono [Pusponegaran - Gresik]
Raden Ayu Satarinah(Jeng Wiek)memiliki Acte Anderwygeres dari Belanda
412/8 <36+9> Raden Ayu Kristinah (Keek) [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
perkawinan: <11> Raden Handoyo [Handoyo]
Mempunyai banyak anak (nama tidak tercatat) Saat itu bertempat tinggal di Kaliwaron Surabaya
423/8 <36+9> Raden Bagus Djalil [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
pekerjaan: Pegawai Vraag & Ambos Surabaya, pindah ke Jakarta
perkawinan: <12> Raden Ayu Emie [Kasepuan - Surabaya]
Banyak anak tidak tercatat nama namanya
434/8 <36+9> Raden Ayu Koestinah [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
perkawinan: <13> Raden Djoko Martedjo [Martedjo]
Putra satu, nama tidak ada catatan
445/8 <36+9> Raden Bagus Abdul Khodir [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
pekerjaan: Jombang, Pegawai Kabupaten Jombang
perkawinan: <14> Istri nama tidak tercatat (putri Raden Panji Sukadi Tjondrowiryaningrat) [Kasepuan - Surabaya]
456/8 <36+9> Raden Bagus Abdul Muchni (Mook) [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
pekerjaan: Surabaya, Bagian Kearsipan (CKC/KPPN) Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya
perkawinan: <15> Sumiyati [Gombong Kebumen]
467/8 <36+9> Raden Ayu Lelie Katridjah [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
Belum menikah, catatan : sakit di kota Batu Malang (biaya perawatan ditanggung Raden Bagus Abdul Kodir/Beni No:6
478/8 <36+9> Raden Bagus Abdul Hamid Kromoadinegoro (Amiek) [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: 6 Oktober 1929, Mojokerto, * Level 1 = Putera dari R Abdul Madjid /RAA Kromoadinegoro(Bupati Mojokerto) * Level 2 = Cucu dari R.A.A. Suroadiningrat V / Kanjeng Sepuh / R. Badrun (Bupati Jombang I) * Level 6 = Udheg-udheg dari Pangeran Cakraningrat IV / Raden Djurit (Jalur Bupati Jombang I Kanjeng Sepuh) * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
pekerjaan: Surabaya, Komis Kepala Stasiun di Gubeng
gelar: Jawa Tmur, Ex. Anggota Detasemen I Brigade 17 Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jatim ; Bintang Kehormatan Yang Diperoleh: 1. Tanda Jasa Pahlawan (Bintang Gerilya); 2. Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan ke-I; 3. Satyalancana Peristiwa Perang K
perkawinan: <16> Raden Ayu Beppie Eugenie Morjaar [Cokrokusumo] d. 29 Oktober 2013
wafat: 25 Januari 2005, Surabaya
penguburan: 25 Januari 2005, Pesarean Sentonoasri - Kromodjayan Kanoman, Desa Terusan-Kab.Mojokerto
penguburan: 1 Juli 2018, Sidoarjo, Karena sesuatu hal pada tanggal 01 Juli 2018 kerangka dipindah ke Makam Delta Praloyo Sidoarjo.
409/8 <36+9> Raden Bagus Abdul Badar [Kromodjayan - Kanoman]
lahir: * Dari Pancer Ki Ageng Dermoyudo pada Level 10 = Galih Asem; * Dari Pancer RAA Kromodjoyodirono/RB Glundung, pada level 5 = Wareng.
pekerjaan: SIdoarjo, Perwira TNI pangkat Letnan (jaman agressie Belanda 1948 di Kediri). Pada jaman penyerahan kedaulatan menjadi pegawai klerk di Kantor Kec.Kota Sidoarjo. Nama istri tidak tercatat dan tidak mempunyai anak.
wafat: 16 April 1957, Sidoarjo, Dimakamkan di Sidoarjo
4810/8 <37> Raden Mochammad Hasan [Hasan]
4911/8 <38> Rd. H. Marhasan [Suta Asria]
Tampilan
Peralatan pribadi