Bendoro Raden Ayu Suryodilogo [Pa.1.8.2] - Keturunan (Inventaris)

Dari Rodovid ID

Orang:903619
Langsung ke: panduan arah, cari
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 Bendoro Raden Ayu Suryodilogo [Pa.1.8.2] [Paku Alam I]

2

21/2 <1+1> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI / Kanjeng Gusti Pangeran Notokusumo [Pakualam V]
lahir: 9 April 1856
perkawinan: <2> Gusti Kanjeng Ratu Timur [Paku Alam III]
gelar: 11 April 1901 - 9 Juni 1902, Yogyakarta, Gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI
wafat: 9 Juni 1902, Kulon Progo
KPH Notokusumo dilahirkan pada 9 April 1856 (versi lain 1860). Ia adalah putra Paku Alam V dari permaisuri. Walaupun tidak sampai selesai dalam menuntut ilmu, Notokusumo pernah sekolah di HBS. Ia merupakan tokoh yang representatif dan dapat baca-tulis dalam bahasa Belanda. Notokusumo ditahtakan menggantikan almahrum ayahnya pada 11 April 1901 dan langsung menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI. Dari Pemerintah Hindia Belanda ia juga mendapat pangkat Kolonel tituler. Sungguh sayang kondisinya yang kurang sehat menyebabkan banyak tugas yang diserahkan kepada adiknya, KPH Notodirojo. KGPAA Paku Alam VI memiliki 9 putra-putri. Secara mendadak penguasa Kadipaten Paku Alaman ini meninggal pada 9 Juni 1902 dan dimakamkan di Girigondo, Adikarto (sekarang Kabupaten Kulon Progo bagian selatan). Banyak tugas yang belum dapat ia kerjakan selama memegang tampuk pemerintahan yang sangat singkat.

3

31/3 <2+2> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII / Bendoro Raden Mas Aryo Surarjo [Paku Alam VII]
lahir: 9 Desember 1882, Yogyakarta
gelar: 16 Oktober 1906, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo
gelar: 16 Oktober 1906 - 16 Februari 1937, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII
perkawinan: <3> Gusti Bendoro Raden Ayu Retno Puwoso [Pakubuwono X] , Yogyakarta
wafat: 16 Februari 1937, Kulon Progo
penguburan: 18 Februari 1937, Kulon Progo
BRMH Surarjo (lahir di Yogyakarta, 9 Desember 1882 – meninggal 16 Februari 1937 pada umur 54 tahun) adalah putra Paku Alam VI dari permaisuri. Ia ditinggal mangkat oleh ayahnya saat masih menyelesaikan studi di HBS Semarang. Sambil menunggu Surarjo menyelesaikan studi, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat sebuah Raad van Beheer/Dewan Perwalian Pakualaman untuk menyelenggarakan pemerintahan Pakualaman sehari-hari. Akhirnya pada 16 Oktober 1906 ia diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai penguasa tahta Pakualaman dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo. Namun upacara resmi pentahtaan baru dilaksanakan pada 17 Desember tahun yang sama.

Setelah bertahta Prabu Suryodilogo, bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda, mengadakan beberapa pembaruan dibidang sosial dan agraria. Kemudian ia juga mereformasi bidang pemerintahan dengan mulai menerbitkan rijksblad (semacam lembaran Negara) untuk daerah Pakualaman. Pengertian yang konservatif secara berangsur digantikan dengan pikiran yang modern dan berpandangan luas. Pada 10 Oktober 1921 pengganti Paku Alam VI menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII dan oleh Pemerintah Hindia Belanda diberi pangkat Kolonel tituler. Pembaruan tidak berhenti pada tahun itu tetapi terus berlanjut, terutama dalam penyempurnaan pengelolaan anggaran keuangan. Pemerintah desa pun tidak luput dari pembenahan dan reorganisasi. Status kewarganegaraan penduduk dipertegas dengan membedakan antara warga Negara (kawulo kerajaan/kadipaten) dan bukan warga Negara (kawulo gubermen).

Disamping pemerintahan perhatian Paku Alam VII juga tertuju pada kesenian. Pagelaran wayang orang berkembang dengan baik. Dalam kesempatan menerima tamu-tamu dari luar negeri ia acapkali menjamu mereka dengan wayang orang dan beksan (tari-tarian klasik). Dalam bidang pendidikan ia mengijinkan sekolah-sekolah berdiri di daerah Adikarto (bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang) serta mengadakan sebuah lembaga beasisiwa untuk menjamin kelanjutan studi bagi mampu melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.

Pada 5 Januari 1909 Paku Alam VII menikah dengan GBRA Retno Puwoso, Putri dari Pakubuwono X, Sunan Surakarta. Seluruh putra-putrinya ada 7 orang. Ketika putra mahkota berkunjung ke Nederland untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Mahkota Belanda Juliana dan Pangeran Bernard, Paku Alam mangkat. Ia meninggal pada 16 Februari 1937 dan dimakamkan pada 18 Februari tahun yang sama di Girigondo Adikarto (sekarang bagian selatan Kabupaten Kulon Progo).
42/3 <2> Putri [Pakualam VI] 53/3 <2+2> Bendoro Raden Ajeng Amiratna [Pa.6.2] (Bendoro Raden Ayu Mangkudiningrat) [Paku Alam VI] 64/3 <2> Bendoro Raden Mas Haryo Surtiyo [Pa.6.1] [Paku Alam VI]

4

71/4 <3+3> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII / Bendoro Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno (Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo) [Pakualaman]
lahir: 10 April 1910, Yogyakarta
perkawinan: <6> Kanjeng Bendoro Raden Ayu Purnamaningrum [Pakualaman]
perkawinan: <7> Kanjeng Raden Ayu Ratnaningrum [?]
gelar: 13 April 1937, Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
gelar: 1942 - 11 September 1998, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII
pekerjaan: 1 Oktober 1988 - 3 Oktober 1998, Yogyakarta, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
wafat: 11 September 1998, Yogyakarta
Pendidikan yang ditempuh adalah Europesche Lagere School Yogyakarta, Christelijk MULO Yogyakarta, AMS B Yogyakarta, Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - sampai tingkat candidaat). Pada 13 April 1937 ia ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo menggantikan mendiang ayahnya. Setelah kedatangan Bala Tentara Jepang pada tahun 1942 ia mulai menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII.

Pada 19 Agustus 1945 bersama Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII mengirimkan telegram kepada Sukarno dan Hatta atas berdirinya RI dan terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Pada 5 September 1945 secara resmi KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan Amanat/Maklumat (semacam dekrit kerajaan) bergabungnya Kadipaten Pakualaman dengan Negara Republik Indonesia. Sejak saat itulah kerajaan terkecil pecahan Mataram ini menjadi daerah Istimewa. Melalui Amanat Bersama antara Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII dan dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober tahun yang sama, ia berdua sepakat untuk menggabungkan Daerah Kasultanan dan Kadipaten dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jabatan yang dipangku selanjutnya adalah Wakil Kepala Daerah Istimewa, Wakil Ketua Dewan Pertahanan DIY (Oktober 1946), Gubernur Militer DIY dengan pangkat Kolonel (1949 setelah agresi militer II). Mulai tahun 1946-1978 Paku Alam VIII sering menggantikan tugas sehari-hari Hamengkubuwono IX sebagai kepala daerah istimewa karena kesibukan Hamengkubuwono IX sebagai menteri dalam berbagai kabinet RI. Selain itu ia juga menjadi Ketua Panitia Pemilihan Daerah DIY dalam pemilu tahun 1951, 1955, dan 1957; Anggota Konstituante (November 1956); Anggota MPRS (September 1960) dan terakhir adalah Anggota MPR RI masa bakti 1997-1999 Fraksi Utusan Daerah.

Setelah Hamengkubuwono IX mangkat pada tahun 1988, Paku Alam VIII menggantikan sang mendiang menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sampai akhir hayatnya pada tahun 1998. Perlu ditambahkan bahwa pada 20 Mei 1998 ia bersama Hamengkubuwono X mengeluarkan Maklumat untuk mendukung Reformasi Damai untuk Indonesia. Maklumat tersebut dibacakan di hadapan masyarakat dalam acara yang disebut Pisowanan Agung. Beberapa bulan setelahnya ia menderita sakit dan meninggal pada tahun yang sama. Sri Paduka Paku Alam VIII tercatat sebagai wakil Gubernur terlama (1945-1998) dan Pelaksana Tugas Gubernur terlama (1988-1998) serta Pangeran Paku Alaman terlama (1937-1998).
82/4 <4> Raden Mas Emawan Brotokoesoemo [Pakualam VI] 93/4 <3+3> B. R. A. Koespinah [Paku Alam VII] 104/4 <3+3> B. R. A. Soelastri (B. R. A. Soegirwo) [Paku Alam VII]
115/4 <3+3> B. R. A. Koesbandinah (B. R. A. Soetardjo Kartoningprang) [Paku Alam VII]
126/4 <3+3> B. R. A. Koesdarinah (B. R. A. Harjono Djoeroemartani) [Paku Alam VII]
137/4 <3+3> B. R. A. Koesbinah (B. R. A. Soegoto Kartonegoro) [Paku Alam VII]

5

151/5 <8+8> Raden Mas Koentjaraningrat Brotokoesoemo [Pakualam VI]
lahir: 15 Juni 1923, Yogyakarta
perkawinan: <10> Kustiati Sarwono [Prawirohardjo]
wafat: 23 Maret 1999, Jakarta
142/5 <7+6> w Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam IX / Bendoro Raden Mas Haryo Ambarkusumo [Pakualam VIII]
lahir: 7 Mei 1938, Yogyakarta
perkawinan: <11> Koesoemarini / Kanjeng Bendoro Raden Ayu Paku Alam IX [Pakualaman] d. 20 Desember 2011
gelar: 26 Mei 1999 - 21 November 2015, Yogyakarta
wafat: 21 November 2015, Yogyakarta
173/5 <7+7> w Kanjeng Pangeran Hario Anglingkusumo / Kanjeng Angling [Pakualam VIII] 304/5 <7+6> Bendoro Raden Ayu Retno Widanarni [Pakualam VIII]
perkawinan: <13> Hersapandi [?]
wafat: 18 Juni 2021, Yogyakarta
295/5 <7+6> Kanjeng Pangeran Haryo Tjondrokusumo [Pakualam VIII]
wafat: 9 Maret 2023, Kulonprogo, Hastana Giriganda
166/5 <8+8> Raden Ayu Kusumastuti Brotokoesoemo [Pakualam VI]
187/5 <7+7> Kanjeng Pangeran Haryo Probokusumo [Pakualam VIII]
198/5 <7+7> Bendoro Raden Ayu Retno Sundari [Pakualam VIII]
209/5 <7+7> Bendoro Raden Ayu Retno Sewayani [Pakualam VIII]
2110/5 <7+7> Kanjeng Pangeran Haryo Songkokusumo [Pakualam VIII]
2211/5 <7+7> Bendoro Raden Ajeng Retno Pudjawati [Pakualam VIII]
2312/5 <7+7> Kanjeng Pangeran Haryo Ndoyokusumo [Pakualam VIII]
2413/5 <7+7> Kanjeng Pangeran Haryo Wijoyokusumo [Pakualam VIII]
2514/5 <7+6> Bendoro Raden Ayu Retno Martani [Pakualam VIII]
2615/5 <7+6> Kanjeng Pangeran Haryo Gondhokusumo [Pakualam VIII]
2716/5 <7+6> Bendoro Raden Ayu Retno Suskamdani [Pakualam VIII]
2817/5 <7+6> Bendoro Raden Ayu Retno Rukmini [Pakualam VIII]
3118/5 <7+6> Kanjeng Pangeran Haryo Indrokusumo [Pakualam VIII]

6

321/6 <14+11> w Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X [Pa.9.1] / Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo (Raden Mas Wijoseno Hariyo Bimo) [Pakualam IX]
lahir: 15 Desember 1962, Yogyakarta
perkawinan: <14> Atika Purnomowati / Bendoro Raden Ayu Atika Suryodilogo [Pakualaman]
gelar: 2012, Yogyakarta, Kanjeng Bendara Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
gelar: 7 Januari 2016, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X
332/6 <14+11> Bendoro Raden Mas Haryo Hariyo Seno [Pakualaman]
lahir: 1972
343/6 <14+11> Bendoro Raden Mas Haryo Hariyo Danardono Wijoyo [Pakualaman]
lahir: 1974
354/6 <15+10> Siti Damayanti Koentjaraningrat [Koentjaraningrat]
365/6 <15+10> Inu Dewanto Koentjaraningrat [Koentjaraningrat]
376/6 <15+10> Rina Tamara Koenjaraningrat [Koentjaraningrat]
387/6 <17+12> Ψ Raden Ayu Retno Setyoboma Savitri Kusumoputri / Bendoro Raden Ayu Wasitonagoro [Pakualam VIII]
398/6 <17+12> Raden Ayu Dyah Renggowati Retno Puasa Setyawati Kusumodewi / Bendoro Raden Ayu Satyonagoro [Pakualam VIII]
409/6 <17+12> Raden Ayu Retno Puspita Mandarwati Kusumawardhani / Bendoro Raden Ayu Wiroyudho [Pakualam VIII]

7

411/7 <32+14> Bendoro Raden Mas Haryo Suryo Sri Bimantoro [Pakualam X]
lahir: 1993?
perkawinan: <16> Maya Lakshita Noorya [Prio] b. 27 April 1991
422/7 <32+14> Bendoro Raden Mas Haryo Bismo Srenggoro K. Nugroho [Pakualam X]
lahir: 1998?
433/7 <40+15> Raden Mas SM. Syailendra Satria Sularso Narendra [Pakualam VIII]
Tampilan
Peralatan pribadi