Bendoro Raden Ayu Suryo Sastraningrat - Keturunan (Inventaris)

Dari Rodovid ID

Orang:903600
Langsung ke: panduan arah, cari
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> Bendoro Raden Ayu Suryo Sastraningrat [Hamengku Buwono II]

2

21/2 <1+1> Gusti Kanjeng Ratu Timur [Paku Alam III] 32/2 <1+1> Bendoro Pangeran Haryo Sosroningrat [Paku Alam III]

3

41/3 <2+2> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII / Bendoro Raden Mas Aryo Surarjo [Paku Alam VII]
lahir: 9 Desember 1882, Yogyakarta
gelar: 16 Oktober 1906, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo
gelar: 16 Oktober 1906 - 16 Februari 1937, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII
perkawinan: <4> Gusti Bendoro Raden Ayu Retno Puwoso [Pakubuwono X] , Yogyakarta
wafat: 16 Februari 1937, Kulon Progo
penguburan: 18 Februari 1937, Kulon Progo
BRMH Surarjo (lahir di Yogyakarta, 9 Desember 1882 – meninggal 16 Februari 1937 pada umur 54 tahun) adalah putra Paku Alam VI dari permaisuri. Ia ditinggal mangkat oleh ayahnya saat masih menyelesaikan studi di HBS Semarang. Sambil menunggu Surarjo menyelesaikan studi, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat sebuah Raad van Beheer/Dewan Perwalian Pakualaman untuk menyelenggarakan pemerintahan Pakualaman sehari-hari. Akhirnya pada 16 Oktober 1906 ia diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai penguasa tahta Pakualaman dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo. Namun upacara resmi pentahtaan baru dilaksanakan pada 17 Desember tahun yang sama.

Setelah bertahta Prabu Suryodilogo, bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda, mengadakan beberapa pembaruan dibidang sosial dan agraria. Kemudian ia juga mereformasi bidang pemerintahan dengan mulai menerbitkan rijksblad (semacam lembaran Negara) untuk daerah Pakualaman. Pengertian yang konservatif secara berangsur digantikan dengan pikiran yang modern dan berpandangan luas. Pada 10 Oktober 1921 pengganti Paku Alam VI menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII dan oleh Pemerintah Hindia Belanda diberi pangkat Kolonel tituler. Pembaruan tidak berhenti pada tahun itu tetapi terus berlanjut, terutama dalam penyempurnaan pengelolaan anggaran keuangan. Pemerintah desa pun tidak luput dari pembenahan dan reorganisasi. Status kewarganegaraan penduduk dipertegas dengan membedakan antara warga Negara (kawulo kerajaan/kadipaten) dan bukan warga Negara (kawulo gubermen).

Disamping pemerintahan perhatian Paku Alam VII juga tertuju pada kesenian. Pagelaran wayang orang berkembang dengan baik. Dalam kesempatan menerima tamu-tamu dari luar negeri ia acapkali menjamu mereka dengan wayang orang dan beksan (tari-tarian klasik). Dalam bidang pendidikan ia mengijinkan sekolah-sekolah berdiri di daerah Adikarto (bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang) serta mengadakan sebuah lembaga beasisiwa untuk menjamin kelanjutan studi bagi mampu melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.

Pada 5 Januari 1909 Paku Alam VII menikah dengan GBRA Retno Puwoso, Putri dari Pakubuwono X, Sunan Surakarta. Seluruh putra-putrinya ada 7 orang. Ketika putra mahkota berkunjung ke Nederland untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Mahkota Belanda Juliana dan Pangeran Bernard, Paku Alam mangkat. Ia meninggal pada 16 Februari 1937 dan dimakamkan pada 18 Februari tahun yang sama di Girigondo Adikarto (sekarang bagian selatan Kabupaten Kulon Progo).
62/3 <3+3> R. A. Soetartinah [Paku Alam III]
lahir: 14 September 1890
perkawinan: <5> Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) [Paku Alam III] b. 2 Mei 1889 d. 26 April 1959
143/3 <3+3> Raden Mas Johannes Soedarto Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 25 Desember 1895, Yogyakarta
perkawinan: <6> Raden Ajeng Siti Pailah [Paku Alam III] b. 17 Juli 1902
154/3 <3+3> R. A. Maria Soelastri Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 22 April 1898, Yogyakarta
perkawinan: <7> Raden Mas Jacobus Soejadi Darmosapoetro [Darmosapoetro]
wafat: 18 September 1975, Semarang
penguburan: Kompleks Gua Maria Kerep, Ambarawa, Semarang
Sedari kanak-kanak hingga remaja, Maria Soelastri begitu tertarik mempelajari budaya bangsa lain, termasuk diantaranya budaya barat, untuk menjawab rasa ingin tahu beliau kenapa tanah air Indonesia dikuasai bangsa barat. Sebaliknya, ayahanda beliau, Pangeran Sasraningrat, sangat menaruh minat pada Kesusasteraan Jawa Kuno dengan pergolakan-pergolakan dan perubahan jamannya. Kegiatan beliau dalam bidang jurnalistik membawa beliau berkenalan dengan tamu-tamu dari luar daerah, juga dari Batavia. Salah satunya adalah Dr. Hazeu, penasehat urusan pemerintahan jajahan, yang membawa serta seorang anggota Misi Gereja Katolik untuk Jawa Tengah yaitu Romo van Lith. Romo van Lith yang kemudian sering berkunjung untuk mempelajari Sastra Jawa, adat istiadat dan kebudayaan Jawa.

Th. 1906 dengan rekomendasi Romo van Lith dan disetujui ibunda B.R.A. Sasraningrat masuklah Ibu Maria Soelastri ke Europeese Meisjesschool dari Ordo Suster Fransiskanes Kidul Loji Mataram, Yogyakarta.

Dari sejarah keluarga Maria Soelastri ini, dan dari lingkungan dan komunitas keluarga yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh pendidikan pada masa itu, tentu menjadi mudahlah bagi kita untuk dapat memahami sifat dan sikap nasionalisme Maria Soelastri yang kental, amat peduli pada rakyat kecil dan berpikiran maju. Perasaannya yang halus dan mudah tersentuh pada penderitaan kaum lemah begitu kuat, yang kemudian mendorong untuk melakukan suatu tindakan nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Secara khusus perhatiannya tercurah pada buruh perempuan di pabrik cerutu Negresco dan pabrik gula di Yogyakarta dan usaha untuk mencarikan jalan keluar bagi kesejahteraan dan masa depan mereka. Dari kaum buruh inilah usaha peningkatan derajat dan martabat wanita pada umumnya dan wanita katolik pada khususnya dimulai.

Saat awal didirikannya Poesara Wanita Katholiek – kelak menjadi Wanita Katolik RI – bersama teman-temannya pada tanggal 26 Juni 1924, yang terpilih sebagai ketua pertamanya adalah adik Maria Soelastri, yaitu R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat karena R.A. Maria Soelastri bertempat tinggal di Magelang. Terlihat betapa Maria Soelastri ini amat ‘sepi ing pamrih’ (tak punya pamrih atau ambisi pribadi), namun sepak terjangnya dalam membela kaum buruh dan kegigihannya itu membuatnya mendapat julukan ‘singa betina’ yang amat disegani.

Th. 1914 Ibu R.Ay. Maria Soelastri Sasraningrat dipersunting oleh Dokter Hewan R.M. Jacobus Soejadi Darmosapoetro, yang meskipun seorang pegawai negeri dalam pemerintahan tetapi berideologi politik melawan Politik Kapitalis Kolonial.

Ketika Wanita Katolik RI merayakan ulangtahunnya yang ke-50 di tahun 1974, Maria Soelastri menuliskan sebagian dari pengalaman perjuangannya, dengan antara lain menulis :

Sebagai langkah perjuangan yang pertama Ibu (Maria Soelastri – red) menemui pengusaha-pengusaha Belanda dari Pabrik Cerutu dan Pabrik Gula di Yogyakarta yang kedua-duanya juga beragama katolik. Buruh kedua pabrik ini sebagian besar terdiri dari buruh wanita. Pertemuan berlangsung dalam suasana damai. Pembicaraan diadakan dari hati ke hati dengan berpedoman pada Ensiklik-ensiklik Gereja Katolik, antara lain Rerum Novarum dari Bapak Leo ke XIII di Roma dan Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI. Sebagai hasil pembicaraan, dengan segera dibentuklah peraturan-peraturan di kedua belah pabrik tersebut untuk perbaikan nasib para buruhnya pada umumnya dan buruh wanita pada khususnya. Langkah berikutnya dari Organisasi Wanita Katolik meliputi kerja sama dengan Usahawan-usahawan Katolik Belanda untuk mengadakan segala macam perbaikan nasib para buruh. … (Maria Soejadi Darmosaputro Sasraningrat, 24-6-1974) – oleh Iswanti, Kodrat yang Bergerak

Kini buah pikiran dan gagasan ibu R.A. Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat telah semakin dikembangkan dan diwujud-nyatakan secara meluas. Dari gagasan yang muncul dari seorang perempuan ningrat yang peduli pada kaumnya, dari sebuah tempat ikrar di Kidul Loji, Yogyakarta, kini telah meluas ke seluruh nusantara. Dan gagasan itu semakin dikembangkan oleh srikandi-srikandi masa kini yang mengambil tongkat estafet dari para pendahulunya, namun sampai sekarang gagasan inti tetap tak lekang oleh waktu, tertuang dalam visi misi organisasi Wanita Katolik RI : demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, dengan dilandasi nilai-nilai Injil dan Ajaran Sosial Gereja.

R.A. Maria Soelastri wafat di Semarang tanggal 8 September 1975 dan dimakamkan di Kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).
55/3 <2+2> Bendoro Raden Ajeng Amiratna [Pa.6.2] (Bendoro Raden Ayu Mangkudiningrat) [Paku Alam VI] 76/3 <3+3> Raden Mas Prawironingrat [Paku Alam III]
87/3 <3+3> Raden Mas Notoningrat Soetjipto [Paku Alam III]
98/3 <3+3> Raden Mas Soeprapto [Paku Alam III] 109/3 <3+3> R. A. Martodirdjo [Paku Alam III]
1110/3 <3+3> Raden Mas Soerojo Sosroningrat [Paku Alam III]
1211/3 <3+3> R. A. Soekapsilah [Paku Alam III]
1312/3 <3+3> Raden Mas Soejatmo [Paku Alam III]
1613/3 <3+3> Raden Mas Santjojo Sosroningrat [Paku Alam III]
1714/3 <3+3> R. A. Catharina Soekirin Sosroningrat [Paku Alam III]

4

181/4 <4+4> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII / Bendoro Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno (Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo) [Pakualaman]
lahir: 10 April 1910, Yogyakarta
perkawinan: <9> Kanjeng Bendoro Raden Ayu Purnamaningrum [Pakualaman]
perkawinan: <10> Kanjeng Raden Ayu Ratnaningrum [?]
gelar: 13 April 1937, Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
gelar: 1942 - 11 September 1998, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII
pekerjaan: 1 Oktober 1988 - 3 Oktober 1998, Yogyakarta, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
wafat: 11 September 1998, Yogyakarta
Pendidikan yang ditempuh adalah Europesche Lagere School Yogyakarta, Christelijk MULO Yogyakarta, AMS B Yogyakarta, Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - sampai tingkat candidaat). Pada 13 April 1937 ia ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo menggantikan mendiang ayahnya. Setelah kedatangan Bala Tentara Jepang pada tahun 1942 ia mulai menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII.

Pada 19 Agustus 1945 bersama Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII mengirimkan telegram kepada Sukarno dan Hatta atas berdirinya RI dan terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Pada 5 September 1945 secara resmi KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan Amanat/Maklumat (semacam dekrit kerajaan) bergabungnya Kadipaten Pakualaman dengan Negara Republik Indonesia. Sejak saat itulah kerajaan terkecil pecahan Mataram ini menjadi daerah Istimewa. Melalui Amanat Bersama antara Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII dan dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober tahun yang sama, ia berdua sepakat untuk menggabungkan Daerah Kasultanan dan Kadipaten dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jabatan yang dipangku selanjutnya adalah Wakil Kepala Daerah Istimewa, Wakil Ketua Dewan Pertahanan DIY (Oktober 1946), Gubernur Militer DIY dengan pangkat Kolonel (1949 setelah agresi militer II). Mulai tahun 1946-1978 Paku Alam VIII sering menggantikan tugas sehari-hari Hamengkubuwono IX sebagai kepala daerah istimewa karena kesibukan Hamengkubuwono IX sebagai menteri dalam berbagai kabinet RI. Selain itu ia juga menjadi Ketua Panitia Pemilihan Daerah DIY dalam pemilu tahun 1951, 1955, dan 1957; Anggota Konstituante (November 1956); Anggota MPRS (September 1960) dan terakhir adalah Anggota MPR RI masa bakti 1997-1999 Fraksi Utusan Daerah.

Setelah Hamengkubuwono IX mangkat pada tahun 1988, Paku Alam VIII menggantikan sang mendiang menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sampai akhir hayatnya pada tahun 1998. Perlu ditambahkan bahwa pada 20 Mei 1998 ia bersama Hamengkubuwono X mengeluarkan Maklumat untuk mendukung Reformasi Damai untuk Indonesia. Maklumat tersebut dibacakan di hadapan masyarakat dalam acara yang disebut Pisowanan Agung. Beberapa bulan setelahnya ia menderita sakit dan meninggal pada tahun yang sama. Sri Paduka Paku Alam VIII tercatat sebagai wakil Gubernur terlama (1945-1998) dan Pelaksana Tugas Gubernur terlama (1988-1998) serta Pangeran Paku Alaman terlama (1937-1998).
372/4 <6+5> Soediro Alimoerto [Paku Alam III]
lahir: 9 Agustus 1925
383/4 <14> R. A. Maria Siti Soedarti Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 8 September 1925, Dobo, Kepulauan Aru
Bersekolah di Middelbare Handelsschool, Tempelstraat 4 (kini Jl. Kepanjen), Surabaya. Lalu bekerja sebagai pegawai Tata Usaha di Fak. Teknik Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta
394/4 <14> Raden Ajeng Elisabeth Soeparti Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 19 November 1928, Donggala
Bersekolah di Kweekschool (sekolah guru atas) Stella Duce, Jl. Sumbing no. 1, Yogyakarta. Selulus kweekschool, melanjutkan pendidikan ke Belanda. Lalu bekerja sebagai guru di SLB A, Bandung. RA. Elisabeth Soeparti Sosroningrat tidak menikah.
345/4 <6+5> Bambang Sokawati Dewantara [Paku Alam III]
lahir: 9 Maret 1930
406/4 <14> w Raden Mas Fransiskus Harsono Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 27 Juli 1931, Yogyakarta
perkawinan: <11> R. A. Clara Siti Katijah Mangoenwinoto [Mangoenwinoto]
337/4 <6+5> Sjailendra Widjaja [Paku Alam III]
lahir: 28 September 1932
418/4 <14> R. A. Theresia Hartini Goestin Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 1 Desember 1932, Semarang
Menempuh pendidikan keperawatan di RS St. Elizabeth, Candi Baru, Semarang
429/4 <14> Raden Mas Maria Benediktus Soeprapto Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 11 Juni 1936, Semarang
Mengecap pendidikan di IKIP Bandung.
4310/4 <14> Raden Mas Maria Emanuel Jaktiawa Amir Katamsi Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 24 Desember 1938, Yogyakarta
Bersekolah di SMA De Brito, Yogyakarta
4411/4 <14> Raden Mas Agustinus Maria Widodo Sosroningrat [Paku Alam III]
lahir: 22 Januari 1941, Surabaya
1912/4 <15+7> Raden Mas Benedictus Soetarjono [Darmosapoetro]
2013/4 <15+7> R. A. Henriette Arbiati [Darmosapoetro]
2114/4 <15+7> R. A. Georgia Srikanali [Darmosapoetro]
2215/4 <15+7> Raden Mas Franciscus Xaverius Prahasto [Darmosapoetro]
2316/4 <15+7> Raden Ajeng Melani [Darmosapoetro]
Meninggal saat bayi
2417/4 <15+7> Raden Mas Augustinus Soejanadi [Darmosapoetro]
2518/4 <15+7> Raden Mas Constantinus Satrijo [Darmosapoetro]
2619/4 <15+7> R. A. Mardoesari [Darmosapoetro]
2720/4 <15+7> Raden Mas Aloysius Prijohoetomo [Darmosapoetro]
2821/4 <15+7> R. A. Catharina Soeharti [Darmosapoetro]
2922/4 <15+7> Raden Mas Ignatius Soesanto [Darmosapoetro]
3023/4 <15+7> Raden Mas Petrus Canisius Pulunggono [Darmosapoetro]
3124/4 <15+7> R. A. Margareta Widihastoeti [Darmosapoetro]
3225/4 <6+5> Ratih Tarbijah [Paku Alam III]
3526/4 <6+5> Asti Wandansari [Paku Alam III]
3627/4 <6+5> Soebroto Aria Mataram [Paku Alam III]
4528/4 <4+4> B. R. A. Koespinah [Paku Alam VII] 4629/4 <4+4> B. R. A. Soelastri (B. R. A. Soegirwo) [Paku Alam VII]
4730/4 <4+4> B. R. A. Koesbandinah (B. R. A. Soetardjo Kartoningprang) [Paku Alam VII]
4831/4 <4+4> B. R. A. Koesdarinah (B. R. A. Harjono Djoeroemartani) [Paku Alam VII]
4932/4 <4+4> B. R. A. Koesbinah (B. R. A. Soegoto Kartonegoro) [Paku Alam VII]

5

501/5 <18+9> w Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam IX / Bendoro Raden Mas Haryo Ambarkusumo [Pakualam VIII]
lahir: 7 Mei 1938, Yogyakarta
perkawinan: <13> Koesoemarini / Kanjeng Bendoro Raden Ayu Paku Alam IX [Pakualaman] d. 20 Desember 2011
gelar: 26 Mei 1999 - 21 November 2015, Yogyakarta
wafat: 21 November 2015, Yogyakarta
512/5 <18+10> w Kanjeng Pangeran Hario Anglingkusumo / Kanjeng Angling [Pakualam VIII] 643/5 <18+9> Bendoro Raden Ayu Retno Widanarni [Pakualam VIII]
perkawinan: <15> Hersapandi [?]
wafat: 18 Juni 2021, Yogyakarta
634/5 <18+9> Kanjeng Pangeran Haryo Tjondrokusumo [Pakualam VIII]
wafat: 9 Maret 2023, Kulonprogo, Hastana Giriganda
525/5 <18+10> Kanjeng Pangeran Haryo Probokusumo [Pakualam VIII]
536/5 <18+10> Bendoro Raden Ayu Retno Sundari [Pakualam VIII]
547/5 <18+10> Bendoro Raden Ayu Retno Sewayani [Pakualam VIII]
558/5 <18+10> Kanjeng Pangeran Haryo Songkokusumo [Pakualam VIII]
569/5 <18+10> Bendoro Raden Ajeng Retno Pudjawati [Pakualam VIII]
5710/5 <18+10> Kanjeng Pangeran Haryo Ndoyokusumo [Pakualam VIII]
5811/5 <18+10> Kanjeng Pangeran Haryo Wijoyokusumo [Pakualam VIII]
5912/5 <18+9> Bendoro Raden Ayu Retno Martani [Pakualam VIII]
6013/5 <18+9> Kanjeng Pangeran Haryo Gondhokusumo [Pakualam VIII]
6114/5 <18+9> Bendoro Raden Ayu Retno Suskamdani [Pakualam VIII]
6215/5 <18+9> Bendoro Raden Ayu Retno Rukmini [Pakualam VIII]
6516/5 <18+9> Kanjeng Pangeran Haryo Indrokusumo [Pakualam VIII]

6

661/6 <50+13> w Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X [Pa.9.1] / Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo (Raden Mas Wijoseno Hariyo Bimo) [Pakualam IX]
lahir: 15 Desember 1962, Yogyakarta
perkawinan: <16> Atika Purnomowati / Bendoro Raden Ayu Atika Suryodilogo [Pakualaman]
gelar: 2012, Yogyakarta, Kanjeng Bendara Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
gelar: 7 Januari 2016, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X
672/6 <50+13> Bendoro Raden Mas Haryo Hariyo Seno [Pakualaman]
lahir: 1972
683/6 <50+13> Bendoro Raden Mas Haryo Hariyo Danardono Wijoyo [Pakualaman]
lahir: 1974
694/6 <51+14> Ψ Raden Ayu Retno Setyoboma Savitri Kusumoputri / Bendoro Raden Ayu Wasitonagoro [Pakualam VIII]
705/6 <51+14> Raden Ayu Dyah Renggowati Retno Puasa Setyawati Kusumodewi / Bendoro Raden Ayu Satyonagoro [Pakualam VIII]
716/6 <51+14> Raden Ayu Retno Puspita Mandarwati Kusumawardhani / Bendoro Raden Ayu Wiroyudho [Pakualam VIII]

7

721/7 <66+16> Bendoro Raden Mas Haryo Suryo Sri Bimantoro [Pakualam X]
lahir: 1993?
perkawinan: <18> Maya Lakshita Noorya [Prio] b. 27 April 1991
732/7 <66+16> Bendoro Raden Mas Haryo Bismo Srenggoro K. Nugroho [Pakualam X]
lahir: 1998?
743/7 <71+17> Raden Mas SM. Syailendra Satria Sularso Narendra [Pakualam VIII]
Tampilan
Peralatan pribadi