Pangeran Kedawung

Dari Rodovid ID

Orang:189905
Langsung ke: panduan arah, cari
Marga (saat dilahirkan) Brawijaya V
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) Pangeran Kedawung
Nama lainnya Jumeneng Raja Blambangan nama gelar Pangeran TAWANGALUN
Orang Tua

1. Sunan Rebut Payung / Menak Beduyu [Brawijaya V]

Momen penting

kelahiran anak: Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran [Brawijaya V] d. 1638

gelar: Blambangan Timur, Kasatriya

Catatan-catatan

Pangeran Kedawung di Blambangan Wetan(timur) = Banyuwangi; dikenal sebagai kasatria yang tangguh


Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
Menak Werdati / Menak Lampor
lahir: NB: Eyang dari Raden Paku Sunan Giri. PANCER Trah Dermoyudo
gelar: Jumeneng Bupati Blambangan
perkawinan:
Kakek-nenek
Orang Tua
2. Menak Lapat
lahir: Leluhur dari Trah Dermoyudo, ataupun Kromodjayan
gelar: Lumajang, Adipati Blambangan Kulon (Barat) bergelar Adipati Lumajang
Nyai Lurah Sutodjayan
gelar: Peneleh Surabaya
Nyai Wongsosuto
gelar: Surabaya
Ψ Kyai Lanang Glangsing
gelar: -1686, Pasuruan, Tumenggung Pasuruan
1. Sunan Rebut Payung / Menak Beduyu
lahir: Leluhur/nenek moyang dari Trah Kasepuan - Kanoman
gelar: Blambangan, Adipati Blambangan Timur bergelar Pangeran Rebut Payung
Orang Tua
 
== 3 ==
Sunan Tawang Alun
gelar: 1596, Jawa Timur - Banyuwangi, Raja Blambangan Wetan
Pangeran Kedawung
gelar: Blambangan Timur, Kasatriya
== 3 ==
Anak-anak
Nyai Ageng Brondong
lahir: Sedayu - Lawas / Lamongan, Puteri Ki Bimotjili dari Djungpangkah (Ujungpangka) di Sedayu Lawas Surabaya.
perkawinan: Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran
Ki Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran
lahir: Di Desa Brondong – Sedayu Lawas, atau Paciran Lamongan tepi laut utara Jawa. Kiyahi Ageng Brondong memiliki keturunan Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro I, Bupati Sidoarjo yang pertama, diambil dari silsilah pangeran Lanang Dangiran Kyai Ageng Brondong kang sumareh ing pesarehan sentono Botoputih Surabaya. Pangeran Lanang Dangiran Kiyahi Ageng Brondong. Kang Sumareh Ing Pesarehan “Sentono Boto Putih” Surabaya Riwayat Hidup Kiyahi Ageng Brondong Botoputih Suroboyo. Konon dituturkan Pangeran Kedawung, disebut juga Sunan Tawangalun adalah raja di Blambangan atau dikatakan juga Bilumbangan. Beliau mempunyai 5 orang anak dan diantaranya ialah pangeran Lanang Dangiran. Diceritakan bahwa Lanang Dangiran pada usia 18 tahun bertapa dilauy dan menghanyutkan dirinya diatas sebuah papan kayu sebuah beronjong (alat penangkap ikan), tanpa makan atau minum, arus air laut dan gelombang membawa Lanang Dangiran hingga dilaut jawa dan akhirnya suatu taufan dan gelombang besar melemparkan Lanang Dangiran dengan beronjongnya dalam keadaan tidak sadar, disebabkan karena berbulan-bulan tidak makan dan minum, dipantai dekat Sedayu. Seluruh badannya telah dilekati oleh karang, keong serta karang-karang (remis) sehingga badan manusia itu seolah-olah ditempeli dengan bakaran jagung yang disebut dengan bahasa jawa “Brondong” Badan Pangeran Lanang Dangiran diketemukan oleh seorang kiyahi yang bernama Kiyahi Kendil Wesi. Pangeran Lanang Dangiran dirawat oleh Kiyahi Kendil Wesi serta istrinya dengan penuh kasih sehingga sadar kembali dan akhirnya menjadi sehat seperti sediakala. Pangeran Lanang Dangiran menceritakan asal-usulnya kepada Kiyahi Kendil Wesi. Setelah Kiyahi Kendil Wesi mendapat keterangan tentang asal usulnya Pangeran Lanang Dangiran, maka diceritakan oleh Kiyahi tadi bahwa ia juga asal keturunan dan raja-raja di Blambangan yang bernama Menak Soemandi dimana beliau masih satu keturunan dengan Lanang Dangiran. Lanang Dangiran tinggal dan kumpul dengan Kiyahi Kendil Wesi, dan dianggap sebagai anaknya kiyahi sendiri. Pangeran Lanang Dangiran memeluk agama Islam, karena rajin dan keteguhan imannya serta keluhuran budinya serta kesucian hatinya, maka tidak lama pula ia dapat tampil kemuka sebagai guru Agama Islam, Pangeran Lanang Dangiran berisitrikan putrid dan Ki Bimotjili dan Panembahan di Cirebon yang asal usulnya dituliskan sebagai berikut : Pangeran Kebumen Bupati Semarang, berisitrikan putrid dan Sultan Bojong, bernama Prabu Widjaja (Djoko Tingkir). Ki Bomotjili adalah salah satu seorang putra dan Pangeran Kebumen tersebut diatas, seorang putri dan Ki Bimotjilimi bersuamikan Pangeran Lanang Dangiran alias Kiyahi Brondong (dimakamkan di Boto Putih). Nama Brondong diperoleh karena ia diketemukan oleh Kiyahi Kendil Wesi badannya dilekati dengan “Brondong” Kiyahi Kendil Wesi yang waspada dan mengetahui nasib seseorang, mengatakan kepada Lanang Dangiran yang sudah mendapat sebutan Kiyahi Brondong dan masyarakat sekitar tempat Kiyahi Kendil Wesi, supaya pergi ke Ampel Dento Suroboyo, dan meluaskan ajaran Agama Islam, karena di Surabaya Kiyahi Brondong kelak akan mendapat kebahagiaan serta turun temurunnya kelak akan timbul dan tambah menjadi orang-orang yang mulya. Kemudian Kiyahi Brondong dengan istrinya dan beberapa anaknya yang masih kecil pergi ke Surabaya dan pada Tahun 1595 menetap diseberang timur kali Pegiri’an, dekat Ampel ialah Dukuh Boto Putih (Batu Putih) ditempat baru inilah Kiyahi Brondong mendapatkan martabat yang tinggi dan masyarakat, karena keluhuran budinya Kiyahi Brondong (pangeran Lanang Dangiran) wafat pada tahun 1638 dalam usia + 70 tahun dan meninggalkan 7 orang anak, diantaranya 2 orang laki-laki yaitu : Honggodjoyo dan Honggowongso. Bupati Sidoarjo yang pertama adalah keturunan dan Honggodjoyo, Kiyahi Ageng Brondong (Pangeran Lanang Dangiran) dikebumikan ditempat kediamannya sendiri di Botoputih Surabaya makamnya dimulyakan oleh putra-putranya dan selanjutnya dihormati oleh turun-turunnya hingga kini. Semoga arwah beliau diterima Allah Swt, dan Allah Swt juga memberikan kepada seluruh keturunannya Kiyahi Ageng Brondong kemulyaan, kesehatan dan kesejahteraan sebagaimana beliau senantiasa mendoakan cucu cicitnya selama hidupnya. Ada hal penting yang anda ketahui bahwa bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Sidoarjo, pejabat Pemerintah Kabupaten Sidoarjo beserta rombongan merupakan agenda rutin berkunjung ke : Pesarean Asri ing Pendem untuk nyekar ke makam Bupati pertama Sidoarjo Raden Tumenggung Panji Tjokronegoro I wafat tahun 1863 Ke Pesarehan keluarga Tjondronegoro (belakang masjid Djamik/ Agung Sidoarjo) nyekar Raden Adipati Aryo Panji Tjondronegoro I wafat tahun 1906 Langsung menuju Pesarehan Boto Putih Surabaya ke makam Raden Tumenggung Adipati Aryo Tjondronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono).
gelar: Surabaya, Pangeran Lanang Dangiran / Kyai Ageng Brondong sebagai PANCER = yaitu Leluhur/nenek moyang Trah Kasepuhan & Kanoman Surabaya / sebagai cikal bakal / pakem Sejarah Kasepuan – Kanoman Surabaya, atau Level 1 = Putera ke 2 Pangeran Kedawung ;
perkawinan: Nyai Ageng Brondong
wafat: 1638
Anak-anak
Cucu-cucu
1. Kyai Tumenggung Onggodjoyo I / Kyai Lanang Glangsing (Honggodjoyo / Gentono)
pekerjaan: 1678 - 1686, Pasuruan, Adipati Pasuruan
wafat: 1690, Surabaya, Dimakamkan di Pesarean Sentono Botoputih Surabaya
Patih Wiroguno
gelar: Kartosuro - Mataram, Patih Kasunanan Kartosuro-Mataram
perkawinan: 5. Nyai Lurah nDalem Wiroguno
5. Nyai Lurah nDalem Wiroguno
lahir: ?, Surabaya, Menurunkan Trah Demang Sutoyudo Peneleh - Suroboyo
perkawinan: Patih Wiroguno
4. Nyai Setro / Astro
lahir: Surabaya, Menurunkan Trah Botoputih Surabaya
3. Nyai Danoe Singopoero
lahir: Menurunkan Trah Singopredaton
7. Nyai Wongsoito / Nyai Wongsosuto
lahir: Menurunkan Trah Tumenggung Setjonegoro, Tjibolang dan Trah Honggosutan / Wongsosutan
Kyai Tumenggung Djangrono I / Kyai Onggowongso (Honggowongso)
lahir: Surabaya, Catatan: >> nama lain : Ki Lembu Amiluhur / ver RB Yasin )
gelar: 1670 - 1678, Surabaya, Adipati Surabaya XI
wafat: Desember 1678, Surabaya, Gugur di Kediri dalam peperangan, dimakamkan di Pesarean Sentono Boto Putih Surabaya
Cucu-cucu

Peralatan pribadi