25. Pangeran Cokrokusumo - R. Abdurrasid (Kyai Mendhung - Mbah Demang)

Dari Rodovid ID

(Perbedaan antarrevisi)
Langsung ke: panduan arah, cari
Revisi per 17:55, 19 Juli 2018 (sunting)
Abdul Rasjid (Pembicaraan | sumbangan)

← Perbedaan sebelumnya
Revisi sekarang (16:02, 8 November 2019) (sunting) (batalkan)
Abdul Rasjid (Pembicaraan | sumbangan)

 
(9 revisi antara tak ditampilkan.)
Baris 2: Baris 2:
<person> <person>
<sex>m</sex> <sex>m</sex>
- <clan>[[Clan:Cokroadiningrat II]]</clan>+ <clan>[[Clan:Cakraadiningrat II]]</clan>
- <fname>- Kyai Mendhung+ <fname>- R. Abdurrasid
-Raden Abdul Rasjid</fname>+Kyai Mendhung - Mbah Demang</fname>
- <name>Pangeran Cokrokusumo+ <name>25. Pangeran Cokrokusumo</name>
-Kyai Mendhung</name>+
<parents>919005,1138302</parents> <parents>919005,1138302</parents>
<children>919007,1138269,1138271,1138272,1138274,1138275</children> <children>919007,1138269,1138271,1138272,1138274,1138275</children>
Baris 18: Baris 17:
Atas dasar itulah, akhirnya Pangeran Cokrokusumo memutuskan meninggalkan Bangkalan dengan membawa istri, anak-anak dan kerabat dekatnya. Selain menghindari tugas dari Pemerintah Hindia Belanda tadi, Pangeran Cokrokusumo juga bercita-cita agar hari depan keluarga, anak-anak dan keturunannya bisa hidup damai dan sejahtera. Kejadian itu terjadi pada tahun 1835 dimana beliau meninggalkan anak sulungnya : R. Muhammad Hanafiah gelar R. Ario Cokrokusumo di Bangkalan. Atas dasar itulah, akhirnya Pangeran Cokrokusumo memutuskan meninggalkan Bangkalan dengan membawa istri, anak-anak dan kerabat dekatnya. Selain menghindari tugas dari Pemerintah Hindia Belanda tadi, Pangeran Cokrokusumo juga bercita-cita agar hari depan keluarga, anak-anak dan keturunannya bisa hidup damai dan sejahtera. Kejadian itu terjadi pada tahun 1835 dimana beliau meninggalkan anak sulungnya : R. Muhammad Hanafiah gelar R. Ario Cokrokusumo di Bangkalan.
Rombongan Pangeran Cokrokusumo menyeberangi selat Madura dan mendarat di pantai Gresik. Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah perguruan (pesantren) Dosermo melalui Surabaya dan Wonokromo. Rombongan Pangeran Cokrokusumo menyeberangi selat Madura dan mendarat di pantai Gresik. Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah perguruan (pesantren) Dosermo melalui Surabaya dan Wonokromo.
-Dalam perjalanan ini mereka berusaha menyembunyikan jati diri dengan merubah nama dan identitas diri lainnya. Pangeran Cokrokusumo mengubah namanya menjadi “Kyai Mendhung”.</ext>+Dalam perjalanan ini mereka berusaha menyembunyikan jati diri dengan merubah nama dan identitas diri lainnya. Pangeran Cokrokusumo mengubah namanya menjadi “Kyai Mendhung”.
 + 
 + 
 +'''[[File ini direview oleh : Bank Data Ikatan Keluarga Besar Pangeran Cokrokusumo (IKBPC)]]'''</ext>
<language>id</language> <language>id</language>
<id>919006</id> <id>919006</id>

Revisi sekarang

Marga (saat dilahirkan) Cakraadiningrat II
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) 25. Pangeran Cokrokusumo - R. Abdurrasid
Nama belakang lainnya Kyai Mendhung - Mbah Demang
Orang Tua

Panembahan Cakraningrat VIII / Sultan Cakraadiningrat II (Pangeran Adipati Secoadiningrat III - R. Abdul Kadirun) [Cakraadiningrat I] d. 1847

5. Ratu Knoko - Garwa Ampiyan (Selir) [- Garwa Ampiyan]

Nomor referensi Madura en Zijn Vorstenhuis., P. Cakraningrat Vorstenhuis van Madura., Zainal Fattah, "Sedjarah Tjaranja Pemerintahan Di Daerah-Daerah di Kepulauan Madura Dengan Hubungannya", The Paragon Press, 1951.
[1][2][3][4][5]

Momen penting

lahir: Putra ke-25 dari Sultan Bangkalan II (Sultan Cokroadiningrat II / R. Abdul Kadirun) dengan Istri ke-V (Ratu Knoko)

kelahiran anak: R. Ngt. Bainah Paulina [Cokrokusumo]

kelahiran anak: R. Baren Eliso [Cokrokusumo]

kelahiran anak: R. Paing Karolus Wiryoguno [Cokrokusumo]

kelahiran anak: R. Muhammad Hanafiah [Cokrokusumo]

kelahiran anak: R. Ngt. Kawistah Tabita [Cokrokusumo]

kelahiran anak: R. Samodin Simson [Cokrokusumo]

perkawinan: Istri I Bok Hanafiah (Dorkas), Bok Hanafiah (Dorkas) [Arya Pecat Tondoterung] , Bok Baren [?] d. 1843

Catatan-catatan

Pada jaman itu sering terjadi pertikaian dan peperangan antar kelompok atau kerajaan akibat ulah pemerintah Belanda yang melakukan taktik ”adu domba” . Pangeran Cokrokusumo sendiri beranggapan bahwa memenuhi permintaan Pemerintah Hindia Belanda ini sama dengan menciptakan penderitaan bagi sanak keluarganya. Akan tetapi ia sadar bahwa cepat atau lambat, dirinya akan menerima giliran memimpin barisan Madura untuk melawan sesama bangsa pribumi. Jika menolak tugas, berarti sama saja melawan pemerintah Hindia Belanda dan itu akan berakibat buruk baginya. Atas dasar itulah, akhirnya Pangeran Cokrokusumo memutuskan meninggalkan Bangkalan dengan membawa istri, anak-anak dan kerabat dekatnya. Selain menghindari tugas dari Pemerintah Hindia Belanda tadi, Pangeran Cokrokusumo juga bercita-cita agar hari depan keluarga, anak-anak dan keturunannya bisa hidup damai dan sejahtera. Kejadian itu terjadi pada tahun 1835 dimana beliau meninggalkan anak sulungnya : R. Muhammad Hanafiah gelar R. Ario Cokrokusumo di Bangkalan. Rombongan Pangeran Cokrokusumo menyeberangi selat Madura dan mendarat di pantai Gresik. Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah perguruan (pesantren) Dosermo melalui Surabaya dan Wonokromo. Dalam perjalanan ini mereka berusaha menyembunyikan jati diri dengan merubah nama dan identitas diri lainnya. Pangeran Cokrokusumo mengubah namanya menjadi “Kyai Mendhung”.


File ini direview oleh : Bank Data Ikatan Keluarga Besar Pangeran Cokrokusumo (IKBPC)

[sunting] Sumber-sumber

  1. http://www.pulaumadura.com/2013/02/sultan-r-abdul-kadir-cakra-adiningrat-ii.html -
  2. Silsilah Madura : Bangkalan Dan Sumenep - Buku I -
  3. Silsilah Kajoran Mataram Kartosuro - Buku II -
  4. Silsilah Kelompok (Kerabat) Lain - Buku III -
  5. Stamboom Van Het Geslacht Tjakra Adi Ningrat -

Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
Kakek-nenek
Orang Tua
Orang Tua
 
== 3 ==
38. Pangeran Suryonegoro Alias Cakraadiningrat (R. Hasim - Bupati Pertama di Bangkalan)
perkawinan: R. A. Mesri
gelar: 1882 - 1885, Madura, Panembahan Cakraningrat XI
gelar: 1885 - 1905, Bangkalan, Madura
25. Pangeran Cokrokusumo - R. Abdurrasid (Kyai Mendhung - Mbah Demang)
lahir: Putra ke-25 dari Sultan Bangkalan II (Sultan Cokroadiningrat II / R. Abdul Kadirun) dengan Istri ke-V (Ratu Knoko)
perkawinan: Bok Hanafiah (Dorkas) , Bok Baren
== 3 ==
Anak-anak
R. Muhammad Hanafiah
lahir: Anak ke-1
gelar: R. Ario Cokrokusumo di Bangkalan
R. Ngt. Kawistah Tabita
lahir: Anak ke-2
R. Ngt. Bainah Paulina
lahir: Anak ke-5
R. Baren Eliso
lahir: Anak ke-6 dari istri kedua Bok Baren
Anak-anak
Cucu-cucu
R. Muso Jebus Wiryosentono
gelar: Bau Aris II Mojowarno
R. Eprayim Setu Brontodiwiryo
lahir: (19 Juli 1859 - 19 Oktober 1910)
pekerjaan: 1. Guru Injil Kertorejo (1880 - 1898)
pekerjaan: 2. Pendiri Gedung Gereja Kertorejo (1880 - 1898)
pekerjaan: 3. Pemimpin Babad Hutan Tanjungputih / Tunjungrejo (Kepala Desa dan Guru Injil I Jemaat Tunjungrejo) 17 Juli 1898 - 19 Oktober 1910 (12 thn.)
R. Simsim Mestoko
lahir: (25 Oktober 1862 - 2 Desember 1932)
pekerjaan: 1. Guru Injil Ngoro (Desember 1893)
pekerjaan: 2. Pendiri Gedung Gereja Ngoro (10 Juni 1894)
pekerjaan: 3. Pendiri Sekolah Kristen Ngoro (1 Oktober 1894)
R. Ngt. Ayu Lesningwati
gelar: Istri Lurah Mojowangi
Cucu-cucu

Peralatan pribadi
Bahasa lain