6. Sunan Prabu Amangkurat Agung / Susuhunan Ing Alaga (Raden Mas Sayidin) b. 24 Juni 1619 d. 13 Juli 1677

Dari Rodovid ID

(Perbedaan antarrevisi)
Langsung ke: panduan arah, cari
Revisi per 12:52, 22 Februari 2016 (sunting)
Retang (Pembicaraan | sumbangan)

← Perbedaan sebelumnya
Revisi per 13:31, 5 September 2022 (sunting) (batalkan)
Agus Kurniawan (Pembicaraan | sumbangan)

Perbedaan selanjutnya →

Revisi per 13:31, 5 September 2022

Marga (saat dilahirkan) Mataram
Jenis Kelamin Pria
Nama lengkap (saat dilahirkan) 6. Sunan Prabu Amangkurat Agung / Susuhunan Ing Alaga
Nama belakang lainnya Raden Mas Sayidin
Nama lainnya Amangkurat I / Pangeran Arya Prabu Adi Mataram
Orang Tua

1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang) [Mataram] b. 1593 d. 1645

Kanjeng Ratu Kulon [Gp.1] / Ratu Mas Tinumpak (Ratu Mas Ayu Sakluh) [Cirebon] d. 1653

Halaman-wiki [[1]]
[1][2][3]

Momen penting

24 Juni 1619 lahir:

kelahiran anak: 12. Gusti Raden Ayu Mangkuyudo [Mataram]

kelahiran anak: 10. Ratu Klenting Biru / Raden Ayu Pucang (Gusti Raden Ayu Adip Sindurejo) [Amangkurat I]

kelahiran anak: 8. Pangeran Satoto [Mataram]

kelahiran anak: 13. Gusti Raden Ayu Adipati Mangkupraja [Mataram]

kelahiran anak: 9. Pangeran Hario Panular [Amangkurat I] d. Agustus 1722?

kelahiran anak: 15. Bandara Raden Ayu Danureja / Bra. Bendara [Mataram]

kelahiran anak: Ratu Ayunan [Amangkurat I]

kelahiran anak: Bendoro Raden Ayu Klating Wungu [Amangkurat I]

kelahiran anak: Pangeran Purbaya III [Amangkurat I]

kelahiran anak: Nji Raden Ajoe ? (Nn) [?]

kelahiran anak: 7. Pangeran Notoprojo [Mataram]

kelahiran anak: 6. Pangeran Silarong [Mataram]

kelahiran anak: 16. Gusti Raden Ayu Wiromenggolo / R.Aj. Pusuh [Mataram]

kelahiran anak: 2. Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger (Raden Mas Drajat) [Mataram] d. 1719

kelahiran anak: 1. Kangjeng Susuhunan Prabu Mangkurat II / Mangkurat Admiral (Amral) (R. Mas Rahmat / R. Mas Kuning / P. Mas / G. P. H. Puger) [Amangkurat I (Mataram)] d. 1703

kelahiran anak: 4. Pangeran Martosono / Raden Mas Tapa [Amangkurat I] d. 1678?

kelahiran anak: 5. Pangeran Haryo Singasari / Raden Mas Pandonga (Raden Haryo Tiron) [Amangkurat I]

kelahiran anak: 14. Pangeran Hario Mataram / Raden Mas Tapa [Amangkurat I]

kelahiran anak: 3. Gusti Raden Ayu Pamot [Mataram]

kelahiran anak: 11. Bendoro Raden Ayu Kaleting Kuning [Amangkurat I]

1646 - 13 Juli 1677 gelar: SULTAN MATARAM KE 4 bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung (Amangkurat 1)

13 Juli 1677 wafat: Wanayasa, Banyumas

Catatan-catatan

Sri Susuhunan Amangkurat Agung atau disingkat Amangkurat I adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah tahun 1646-1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo. Ia banyak mengalami pemberontakan selama masa pemerintahannya. Ia meninggal dalam pelariannya tahun 1677 dan dimakamkan di Tegalwangi (dekat Tegal), sehingga dikenal pula dengan gelar anumerta Sunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum. Nama lainnya ialah Sunan Getek, karena ia terluka saat menumpas pemberontakan Mas Alit adiknya sendiri.

Silsilah Amangkurat I Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin, putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupati Batang (keturunan Ki Juru Martani). Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.

Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Amangkurat I memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran Pekik dari Surabaya menjadi Ratu Kulon yang melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak menjadi Amangkurat II. Sedangkan putri keluarga Kajoran menjadi Ratu Wetan yang melahirkan Raden Mas Drajat, kelak menjadi Pakubuwana I.

Awal pemerintahanPada tahun 1645 ia diangkat menjadi raja Mataram untuk menggantikan ayahnya, dan mendapat gelar Susuhunan Ing Alaga. Ketika dinobatkan secara resmi tahun 1646, ia bergelar Amangkurat atau Mangkurat, lengkapnya adalah Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung. Dalam bahasa Jawa kata Amangku yang berarti "memangku", dan kata Rat yang berarti "bumi", jadi Amangkurat berarti "memangku bumi". Demikianlah, ia menjadi raja yang berkuasa penuh atas seluruh Mataram dan daerah-daerah bawahannya, dan pada upacara penobatannya tersebut seluruh anggota keluarga kerajaan disumpah untuk setia dan mengabdi kepadanya.

Amangkurat I mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah Mataram yang sangat luas. Dalam hal ini ia menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat. Amangkurat I juga menyingkirkan tokoh-tokoh senior yang tidak sejalan dengan pandangan politiknya. Misalnya, Tumenggung Wiraguna dan Tumenggung Danupaya tahun 1647 dikirim untuk merebut Blambangan yang telah dikuasai Bali, namun keduanya dibunuh di tengah jalan.

[[Pada tahun 1647 ibu kota Mataram dipindah ke Plered]]. Istana baru ini lebih banyak dibangun dari batu bata, sedangkan istana lama di Kerta terbuat dari kayu. Perpindahan istana tersebut diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, adik Amangkurat I yang menentang penumpasan tokoh-tokoh senior. Pemberontakan ini mendapat dukungan para ulama namun berakhir dengan kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti menghadapi para ulama. Mereka semua, termasuk anggota keluarganya, sebanyak 5.000 orang lebih dikumpulkan di alun-alun untuk dibantai.

Hubungan dengan pihak lainAmangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.

Permusuhan Mataram dan Banten juga semakin buruk. Pada tahun 1650 Cirebon ditugasi menaklukkan Banten tapi gagal. Kemudian tahun 1652 Amangkurat I melarang ekspor beras dan kayu ke negeri itu.

Sementara itu hubungan diplomatik Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya hancur di tangan putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan itu ditolak.

Perselisihan dengan putra mahkotaAmangkurat I juga berselisih dengan putra mahkotanya, yaitu Raden Mas Rahmat yang menjadi Adipati Anom. Perselisihan ini dilatarbelakangi oleh berita bahwa jabatan Adipati Anom akan dipindahkan kepada Pangeran Singasari (putra Amangkurat I lainnya).

Pada tahun 1661 Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta tetapi gagal. Amangkurat I menumpas seluruh pendukung putranya itu. Sebaliknya, Amangkurat I juga gagal dalam usaha meracun Mas Rahmat tahun 1663. Perselisihan memuncak tahun 1668 saat Mas Rahmat merebut calon selir ayahnya yang bernama Rara Oyi.

Amangkurat I menghukum mati Pangeran Pekik mertuanya sendiri, yang dituduh telah menculik Rara Oyi untuk Mas Rahmat. Mas Rahmat sendiri diampuni setelah dipaksa membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri.

Pemberontakan TrunajayaMas Rahmat yang sudah dipecat dari jabatan Adipati Anom berkenalan dengan Raden Trunajaya menantu Panembahan Rama alias Raden Kajoran tahun 1670. Panembahan Rama mengusulkan agar ia membiayai Trunajaya untuk melakukan pemberontakan. Kemudian Trunajaya dibiayai untuk melakukan pemberontakan terhadap Amangkurat I.

Maka dimulailah [[pemberontakan Trunajaya pangeran Madura]]. Trunajaya dan pasukannya juga dibantu para pejuang Makasar pimpinan Karaeng Galesong, yaitu sisa-sisa pendukung Sultan Hasanuddin yang dikalahkan VOC tahun 1668. Sebelumnya tahun 1674 pasukan Makasar ini pernah meminta sebidang tanah untuk membuat perkampungan, namun ditolak Amangkurat I.

Pertempuran demi pertempuran terjadi di mana kekuatan para pemberontak semakin besar. Diperkirakan terjadi perselisihan antara Trunajaya dan Adipati Anom, sehingga Trunajaya tidak jadi menyerahkan kekuasaan kepada Adipati Anom sebagaimana yang direncanakan sebelumnya dan malah melakukan penjarahan terhadap istana Kartasura. Mas Rahmat yang tidak mampu lagi mengendalikan Trunajaya pun berbalik kembali memihak ayahnya.

Puncaknya, tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered. Amangkurat I dan Mas Rahmat melarikan diri ke barat. Babad Tanah Jawi menyatakan, dengan jatuhnya istana Plered menandai berakhirnya Kesultanan Mataram. Setelah mengambil rampasan perang dari istana, Trunajaya kemudian meninggalkan keraton Mataram dan kembali ke pusat kekuasaannya di Kediri, Jawa Timur.

Kesempatan tersebut diambil oleh Pangeran Puger untuk menguasai kembali keraton yang sudah lemah, dan mengangkat dirinya menjadi raja di Plered dengan gelar Susuhunan ing Alaga. Dengan demikian sejak saat itu terpecahlah kerajaan Mataram.

Kematian Amangkurat IPelarian Amangkurat I membuatnya jatuh sakit. Menurut Babad Tanah Jawi, kematiannya dipercepat oleh air kelapa beracun pemberian Mas Rahmat. Meskipun demikian, ia tetap menunjuk Mas Rahmat sebagai raja selanjutnya, tapi disertai kutukan bahwa keturunannya kelak tidak ada yang menjadi raja, kecuali satu orang dan itu pun hanya sebentar. Amangkurat I meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas dan berwasiat agar dimakamkan dekat gurunya di Tegal. Karena tanah daerah tersebut berbau harum, maka desa tempat Amangkurat I dimakamkan kemudian disebut Tegalwangi atau Tegalarum. Oufers hadir disana dengan dua belas orang serdadu. Amangkurat I juga berwasiat agar Mas Rahmat meminta bantuan VOC dalam merebut kembali takhta dari tangan Trunajaya. Mas Rahmat ini kemudian bergelar Amangkurat II dan mendirikan Kasunanan Kartasura sebagai kelanjutan Kesultanan Mataram.

Sumber-sumber

  1. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=19&ved=0CGoQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F21545610%2F1816685286%2Fname%2Fkeluarga%2B1.docx&ei=usIlU5WzHI6WrAeO8IGoAg&usg=AFQjCNH9xCk2366KuvnoEOrbt5qTaW3EPQ&bvm=bv.62922401,d.bmk -
  2. http://www.royalark.net/Indonesia/solo3.htm -
  3. http://asalsilahipunparanata.blogspot.com/ -

Dari kakek nenek sampai cucu-cucu

Kakek-nenek
12. Ki Ageng Panembahan Djuminah ? (Pangeran Adipati Djuminah Petak / Pangeran Blitar I)
lahir: Level 3 = Buyut ke 12 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 2 Raden Ayu Djumilah + Panembahan Senopati
gelar: 1601 - 1613, Bupati Madiun Ke 6
11. Pangeran Adipati Pringgoloyo I ? (Raden Mas Djulig)
lahir: Level 3 = Buyut ke 11 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 1 Raden Ayu Djumilah + Panembahan Senopati
gelar: 1595 - 1601, Bupati Madiun Ke 5
13. Pangeran Adipati Martoloyo / Mangkunegoro II (Raden Mas Kanitren)
lahir: Level 3 = Buyut ke 13 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 3 Raden Ayu Djumilah + Panembahan Senopati
gelar: 1613 - 1645, Bupati Madiun Ke 7
5. Pangeran Purubaya / Raden Mas Damar (Jaka Umbaran)
lahir: 1597c, Kalkulasi Kelahiran : [(kelahiran Senapati=1530)+(Usia saat nikah=65)+((2)]= 1597
wafat: 13 Oktober 1676, Kotagede Yogyakarta
8. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati / Raden Mas Jolang (Panembahan Seda ing Krapyak)
perkawinan: Dyah Banowati / Kanjeng Ratu Mas Hadi
perkawinan: Ratu Tulungayu
perkawinan:
gelar: 1601 - 1613, Kota Gede, Mataram, Sultan Mataram Ke 2 bergelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram
wafat: 1613
gelar: 1613, "Anumerta Panembahan Seda ing Krapyak"
Pangeran Radin
lahir: DIPUTUS AYAHNYA : 26361
Kakek-nenek
Orang Tua
5. Ratu Mas Sekar / Ratu Pandansari (Raden Ajeng Walik)
perkawinan: Pangeran Pekik Suroboyo Panembahan Romo ING Kadjoran
wafat: 21 Februari 1659, Kotagede Yogyakarta, Dimakamkan di Pajimatan Imogiri
11. Gusti Ratu Wirokusumo
lahir: Ing Djipang
1. Kanjeng Ratu Batang [Gp.2] / Ratu Ayu Wetan (R.Ayu Prahilla)
lahir: Setelah Kanjeng Ratu Kulon (Cirebon) diusir dari Keraton, berubah nama menjadi Kanjeng Ratu Kulon
perkawinan: 1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang)
1. Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (Raden Mas Rangsang)
lahir: 1593, Kuto Gede - Kesultanan Mataram
perkawinan: 1. Kanjeng Ratu Batang [Gp.2] / Ratu Ayu Wetan (R.Ayu Prahilla)
perkawinan: Kanjeng Ratu Kulon [Gp.1] / Ratu Mas Tinumpak (Ratu Mas Ayu Sakluh)
perkawinan: Mas Ayu Wangen
perkawinan: Mas Ayu Sekar Rini
gelar: 1613 - 1645, Mataram, SULTAN MATARAM KE 4 bergelar Panembahan Hanyakrakusuma atau Prabu Pandita Hanyakrakusuma
wafat: 1645, Pajimatan Imogiri
Orang Tua
 
== 3 ==
6. Sunan Prabu Amangkurat Agung / Susuhunan Ing Alaga (Raden Mas Sayidin)
lahir: 24 Juni 1619
gelar: 1646 - 13 Juli 1677, SULTAN MATARAM KE 4 bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung (Amangkurat 1)
wafat: 13 Juli 1677, Wanayasa, Banyumas
== 3 ==
Anak-anak
1. Ratu Mas Blitar / Ratu Pakubuwono
perkawinan: 2. Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger (Raden Mas Drajat)
gelar: 1703 - 1704, Bupati Madiun Ke 10
wafat: 5 Januari 1732, Kertasura
2. Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger (Raden Mas Drajat)
perkawinan: 1. Ratu Mas Blitar / Ratu Pakubuwono
perkawinan: Raden Ajeng Sendhi
perkawinan: Mas Ajeng Tejawati
perkawinan: Mas Ajeng Retnowati
perkawinan: Mas Ayu Tjondrowati
gelar: 6 Juli 1704 - 1719, Kartasura, Sultan Mataram VI MATARAM KE 6, Sunan Kartasura III bergelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ingalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatulah Tanah Jawa
wafat: 1719
9. Pangeran Hario Panular
wafat: Agustus 1722?
Pangeran Panembahan Girilaya ? (Pangeran Adiningkusumah)
lahir: Cirebon
perkawinan: Nji Raden Ajoe ? (Nn)
pekerjaan: 1649, Cirebon, Sultan Cirebon IV ( 1649 - 1677 ) Catatan : Tinggal di Mataram bersama kedua anaknya : RT Martawijaya dan RT Kartawijaya. Pemerintahan dijalnkan anak ketiganya RT Wangsakerta.
wafat: 1677, Mataram
penguburan: 1677, Pasarean Girilaya, Yogyakarta
Anak-anak
Cucu-cucu
Susuhunan Prabu Amangkurat III (Raden Mas Sutikna) (Mangkurat Mas)
perkawinan: R.Ayu Honje , R. Ayu Masrani , R.Ayu Alit
perkawinan: Raden Ayu Lembah
perkawinan: Raden Ayu Himpun
gelar: 1703 - 1705, Kartasura, SULTAN MATARAM KE 6, Sunan Kartasura II Diputus : 52846
wafat: 1734, Ceylon
Bendoro Pangeran Haryo Suronegoro / Raden Manyuro (Pangeran Wahdat)
lahir: Solo, Level 6 = Udeg-Udeg ke 1 Sultan Trenggono Demak Bintoro atau putera ke 1 Raden Tjokrokusumo
gelar: Kraton Pajang, Senopati Pengawal Raja Kasunanan Kartosuro; Putro Mantu Paku Buwono I Kasunanan Surakarta Riwayat: yang menyelamatkan keluaraga kerajaan Kartosuro dari serangan Belanda (Batavia) dengan kesaktiannya menjebol benteng Keraton Kartosuro ( petilasan lokasi
perkawinan: Bandoro Raden Ayu Manis
Prabu Amangkurat IV (Mangkurat Jawi) / Raden Mas Suryaputra (Prabu Mangkurat Jawa)
Tumenggung Honggowongso / Tumenggung Arungbinang I Joko Sangrib (Kentol Surawijaya / Hangabehi Hangawangsa)
pekerjaan: Surakarta, Diangkat menjadi Mantri Gladak
perkawinan: Mas Ajeng Kuning
perkawinan: Mas Ajeng Dewi
perkawinan: Mas Ajeng Ragil
perkawinan: Dewi Retno Nawangwulan
gelar: 1749, Diangkat menjadi Bupati Nayaka dengan gelar Raden Tumenggung Aroeng Binang oleh Susuhunan Pakubuwono III
Raden Toemenggoeng Kartawidjaja / Sultan Anom I (Abil Makarimi Badriddin Sultan Anom (Kanoman))
lahir: Cirebon
gelar: 1677 - 1723, Cirebon, Sultan Kanoman I
wafat: 1723, Cirebon
Pangeran Cakraningrat IV / Panembahan Siding Kaap (Raden Jurit)
perkawinan: 10. Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, Garwa Pangeran Hindranata. ? (Raden Ayu Bengkring)
perkawinan: Gusti Bendoro Raden Ajeng Demes / Kanjeng Ratu Maduretno (Gusti Kanjeng Ratu Ayunan)
gelar: 1718 - 1746, Madura Barat, Panembahan Cakraningrat IV
wafat: 1753, Madura, Meninggal saat pengasingan di Sri Langka (Ceylon). Jenazah beliau sudah dipindahkan oleh putranya Pangeran Cakraadiningrat V ke Madura dan dimakamkan di kompleks pemakaman Aermata Eboe.
Pangeran Mas / Pangeran Adipati Kraton Katjirebonan (Pangeran Wangsakerta)
gelar: 1677, Cirebon, Panembahan Agung Gusti Cirebon
Cucu-cucu

Peralatan pribadi
Bahasa lain